ᑲᥲᑲ 9( ᥣіᥲᥒᥲ? )

7 0 0
                                    


💟→Happy reading✨

~

Bell istirahat berbunyi di setiap sudut kelas, Azura yang memang tidak memiliki teman sudah terbiasa sendirian.

“Ngapain lo masih disini?”

Azura menoleh ke arah pintu, bukannya kelas ini sudah kosong? Lalu siapa pemilik suara itu.

“Soal permen semalam, gimana?” dia adalah Reanno, cowok itu perlahan memasuki kelas.

“Gak perlu, gak pengen juga.”

Reanno menggeleng heran, sebenarnya dia kenapa? Entahlah.

Reanno menarik pergelangan tangannya, “Lesu amat, lo belum makan? Ayo makan sama gue!”

Azura menyentak kasar tangan cowok itu, “Aku dengar uc—”

Drrtt! Drrtt!

Ponsel yang berbunyi disaku Rean berhasil menghentikan ucapan Azura, gadis itu buru-buru membungkam mulutnya.

Rean berdecak kesal, lalu segera pergi meninggalkan tempat itu, sebenarnya siapa yang menelepon?

Azura menggigit bibir, barusan dia benar-benar berlaku kasar pada Rean.

“Aku denger ucapan kamu semalam.” Azura melanjutkan ucapannya yang tadi terhenti, namun sayangnya Rean sudah tidak ada disana.

Gadis itu bangkit dari duduknya, berjalan perlahan menuju pintu, mengapa semua orang disana benar-benar tidak mengetahui siapa Azura.

“Lo sendirian aja Ra? bareng sama gue aja, gimana?”

Azura melirik manusia yang terlihat galak itu, bukannya dia gadis yang menghampirinya di podium kemarin? Ah ternyata benar, dia adalah Givanna.

“Gak usah, nanti bermasalah sama Rere lagi,” ucapnya menunduk, menyusuri lorong itu.

Givanna mengikutinya dari belakang, “Lo tipe orang yang suka mikirin omongan orang lain ya Ra?”

Azura menggeleng cepat, “Aku cuman takut,” ucapnya.

“Manusia gak boleh takut sama manusia, apalagi manusia sinting kayak mereka!”

Azura mendongak, “Nanti mereka denger, takut marah lagi!”

“Gue tonjok nanti!” Giva memamerkan otot-otot lengannya.

Azura terkekeh, Givanna tidak sesangar wajahnya.

“Makasih, Givanna bego.”

Givanna melotot kaget, baru kali ini ada orang yang berani menyebutnya seperti itu, jika orang itu bukan Azura, sudah pasti Giva menghempasnya sampai ke ujung dunia.

Giva akhirnya terkekeh pelan, “Mau marah, tapi lo gak salah, gue emang bego.”

“Marah? Bukannya kita harus senang ya kalau dipuji?”

Kedua siswi itu masih melanjutkan langkah mereka menuju kantin, tak peduli bagaimana orang lain melihat keduanya saat ini.

“Pujian lo bilang? Ejekan yang ada!”

“Kata Kak Rania, bego itu artinya cantik, Rean suka manggil aku dengan sebutan itu.”

Givanna tertawa lepas, “Terserah lo deh,” ucapnya.

Di ujung sana, Gavin tersenyum simpul, Givanna benar-benar tidak bisa marah pada Azura, sepertinya sepupunya itu menepati janjinya.

•*•*•*•

Rean berlari ke ujung lapangan, jujur saja dia sangat merindukan penelepon itu, sudah dua tahun lamanya Reanno menunggu.

“Hai? Lo masih inget sama gue kan?!” ucap seseorang di seberang telepon.

ᑲᥲᥡі ᑲᥱsᥲr rᥱᥲᥒ᥆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang