ᑲᥲᑲ 24(gᥱᥒᥲs⍴ᥲ𝗍і s᥆rᥱ)

6 0 0
                                    

💟→Happy reading✨

•••••

Motor besar itu membelah jalanan kota, jalanannya masih sama, hanya saja perasaannya yang berbeda.

“Bengong terus, kenapa?” tanya Gavin. Wajah tampannya sedang memperhatikan Azura dari spion.

“Aku gak bengong,” jawab Azura.

Gadis itu berbohong, jelas-jelas sedari tadi dia menatap jalanan dengan tatapan kosong.

Sepagi ini, jalanan belum cukup ramai, membuat Gavin lebih leluasa menggunakan jalan, mereka juga sampai lebih cepat ke sekolah.

Azura segera turun dari motor itu, setelah tiga hari akhirnya dia kembali menginjakkan kakinya di parkiran sekolah lagi.

Bukan karna sakit, mood gadis itu berantakan sejak sore tiga hari yang lalu, tepatnya saat Azura menyerahkan cincin tunangannya pada Reanno.

“Ayo Ra!”

Lamunan Azura buyar kala Gavin menarik pergelangan tangannya. “Aku ... gak mau ketemu sam—”

“Rean? Dia gak masuk kelas selama tiga hari ini, sama kayak lo.” kilah Gavin dengan cepat.

“Kok bisa?”

Gavin menggeleng cepat, sebelum akhirnya keduanya melangkah untuk memasuki gerbang besar Bina Mandiri.

•*•*•*•*•

“Sudah empat hari Reanno absen tanpa keterangan, mau jadi apa dia?! Padahal beberapa bulan lagi kita akan melaksanakan Ujian Nasional!” Bu Indah sebagai wali kelas menggerutu tidak jelas.

Azura memandangi kursi kosong disebelahnya, dia rindu bagaimana cara Reanno menatapnya dan menautkan jari-jarinya saat jam pelajaran berlangsung.

Tapi dia juga benci Laki-laki itu.

Bell tanda istirahat berbunyi di setiap sudut ruangan, hampir semua murid penghuni XII IPA 2 berhamburan keluar kelas, menyisakan beberapa orang mungkin.

Azura mengeluarkan sebotol svsv dari dalam tas ranselnya, tenggorokannya serasa kering selama jam pelajaran Bu Indah berlangsung.

“Cewek penggoda kok masih minum susu!”

Azura langsung menoleh kaget, begitu juga dengan murid lain yang masih berada disana.

Itu adalah Viona dan rombongannya.

Viona sudah tau kabar menyedihkan itu dari Liana, membuat dia lebih leluasa untuk balas dendam.

“Ajarin jadi cewek penggoda dong!” salah satu dari mereka mencolek tangan Azura.

“Siniin botol susu lo, gue mau nyoba!” Rachel merebut botol itu dari tangan Azura.

Byurr!

Tanpa aba-aba, Rachel sengaja menumpahkan seluruhnya pada rambut gadis itu.

Bau khas susu langsung menyeruak disana.

Bukannya menolong, murid yang ada disana malah terdiam membatu, mungkin juga karna mereka takut akan bernasib sama, jadi lebih baik diam.

“Kenapa lo diem aja? Takut? Kasian gak ada yang belain!” Viona tertawa diujung kalimatnya.

“Jangan lupa pel lantainya, sayang!” Lola tersenyum meledek.

Ingin sekali menonjok wajah mereka satu persatu, namun apalah daya, yang ada rundungannya malah akan semakin parah.

“Viona, Rachel, Lola, Nikita, Nagita, siap-siap setelah ini!” suara berat langsung mengalihkan atensi mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ᑲᥲᥡі ᑲᥱsᥲr rᥱᥲᥒ᥆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang