You will be okay, storms don't last forever
"Mbak Eri, ini ada paket," baru saja Eri berjalan keluar dari pintu akses, Kinan memanggilnya dari meja resepsionis.
"Paket apa, Nan?" tanya Eri berjalan mendekat.
"Nggak tau, nih. Datengnya malem kata satpam," info Kinan.
"Perasaan gue nggak belanja apa-apa, deh," kata Eri sambil membolak-balikkan paket kecil berwarna hitam itu.
"Mau kemana, Mbak?" tanya Kinan, agak heran melihat Eri yang berada di lantai satu tepat sebelum jam masuk kantor.
"Mau ke depan beli sarapan," jawab Eri, tatapannya menyapu seisi lobi, seperti mencari sesuatu.
"Nyari apaan, Mbak?" Kinan mengikuti arah pandang Eri.
"Ehm? Nggak, nggak nyari apa-apa," Eri berbohong, dia sedang mendeteksi keberadaan Gama.
"ERIII! Lo mau beli sarapan kenapa nggak bilang-bilang?" panggil Bora yang baru saja turun dari lift. Ada Tika yang mengikutinya di belakang.
Eri menghembuskan napas pelan. Bora dan suaranya yang menggelegar. Kadang dia bertanya-tanya apakah temannya itu bisa berhenti memanggil namanya tanpa menarik perhatian banyak orang, seperti pagi itu.
"Tau, nih! Lo kalo mau sarapan ngomong dulu, kek. Mentang-mentang Pak Ridwan nggak masuk langsung main selonong aja," Tika mengomel sambil mengambil paket yang ada di tangan Eri, "Apa nih?" tanyanya lagi.
"Nggak, tau. Kata Kinan datang semalem," jawab Eri seadanya.
"Ehh, ehh, liat ke arah jam 9," tiba-tiba Kinan berbisik kencang. Eri, Bora dan Tika, ketiganya melihat berlawanan ke arah yang dimaksud Kinan.
"Jam 9 gue, Mbak. Bukan jam 9 kalian. Duhhh," Kinan gemas sendiri.
"Ya lo instruksinya nggak jelas," Tika protes.
"Eh, itu Dea ya?" Bora ikutan berbisik, namun suaranya tetap kencang.
Tatapan Kinan mengikuti arah Dea yang berjalan dari arah basement menuju dalam gedung kantor. Terlalu intens sampai Eri heran melihatnya.
"Jadi beneran dia sama Pak Gama pacaran?" suara pelan Tika yang mendekat pada Kinan terdengar oleh Eri.
Huh? Pacaran?
"Nah, iyaa. Gue denger dari anak marketing juga mereka pacaran," Bora ikutan mendekat.
"Gila ya Mbak Dea. Tau aja yang potensial," sindir Kinan.
"Dulu aja sama Mas Reno, gara-gara masih SPV terus bawaannya motor ditolak mentah-mentah," Tika menyiram minyak.
"Tuhh kann. Kalo hangout juga mana mau dia sama sekelas staff kayak kita," Bora ikut panas. Tampaknya masih ada dendam karena pernah ditolak Dea untuk karaoke bersama.
"Ya, beda dong, Bor. Lo liat dong bawaannya ke kantor apa? Mana mau disamain sama kita-kita yang hari-hari bau matahari," Tika dan mulut kompornya kadang membuat Eri ingin segera menyumpalnya.
"Dia kerja di sini buat main doang kali yaa? Nggak pernah lepas deh tuh tas branded dari tangannya," Kinan mulai terpengaruh.
"Tapi gue kesel, deh. Gue kira Pak Gama itu beda, nggak kayak cowok-cowok mata keranjang lainnya di kantor ini. Ternyata gue salah, dikasih senyuman dikit aja udah kayak kerbau yang hidungnya dicolok. Sama aja ternyata," Kinan mengomel.
"Yaellah, Nan. Cowok dipercaya. Ya namanya cowok ya sama aja. Siapa coba yang bisa nolak cewek kayak Dea? Lagian lo yakin mereka pacaran?" Eri mencoba menetralisir kedengkian tiga perempuan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Are A Season
FanfictionEverything happens for a reason. Seperti daun layu yang akhirnya mengalah dan gugur dari rantingnya, agar tunas baru muncul untuk melindungi semut-semut yang sedang cari makan dari teriknya sinar matahari. Atau rintik deras hujan yang menjadi pengha...