I still search for you in crowds,
in empty fields and soaring clouds.
In city lights and passing cars,
on winding roads and wishing stars-Lang Leav
Hari-hari yang biru.
Tidak ada celotehan Bora yang biasanya berhasil membangkitkan amarah Hasan. Feni yang biasanya membawa asupan makanan kecil yang dibuat ibunya, sudah beberapa hari datang dengan tangan kosong. Bahkan Tika, yang setiap pagi memutar musik keroncong untuk memulai hari, sudah membawa pulang speaker keramatnya ke rumah.
Semua orang yang berada di tim finance serentak menjadi pendiam, setelah Ridwan diskors beberapa hari yang lalu. Bahkan mereka memilih untuk tetap berada di ruangan saat istirahat makan siang, dibanding harus turun ke kantin karyawan. Seolah ada kesepakatan tidak tertulis yang membungkam tim finance. Karena dengan satu pergerakan sekecil apapun mereka akan dicurigai.
Pagi yang hening, semua orang tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Eri memilih memakan pepaya yang dibawakan ibu dalam diam, tidak berniat menawarkan pada siapapun. Baru saja dia menelan potongan pepaya terakhir, suara derap sepatu dari luar mengalihkan fokus seisi ruangan.
Jangan bilang....
Gama muncul dari balik pintu dengan empat orang lain yang tidak asing lagi bagi Eri. Tim Auditor Internal Dialka. Eri menelan ludah, firasatnya tidak salah, cepat atau lambat mereka akan kedatangan para pencari-cari kesalahan ini.
Tanpa suara, mereka saling melihat satu sama lain. Pasrah.
"Selamat pagi, Tim," sapa Gama, wajahnya masih tegang sama seperti hari-hari sebelumnya.
"Pagi, Pak," hanya Hasan yang membuka suara, mungkin merasa memiliki tanggung jawab atas tim finance karena dia yang paling senior di antara yang lain.
"Pagi ini Tim Auditor akan memulai proses audit untuk divisi finance. Karena kita semua tau, Pak Ridwan sedang dibebastugaskan, untuk proses audit kali ini saya yang akan mendampingi. Tolong siapkan data-data yang sekiranya diperlukan. Saya mohon kerja samanya untuk Bapak/Ibu semua. Terima kasih."
Gama kemudian mempersilahkan tim auditor untuk masuk ke ruang Ridwan.
"Gue nggak pernah di-audit dadakan gini lagi," bisik Tika dari cubicle sebelah Eri. Eri hanya melihat Tika dengan tatapan khawatir, perutnya melilit sangking gugupnya.
"Gue mual, Tik," aku Eri.
"Perlu pemberitahuan ke divisi-divisi lain sama cabang nggak nih, kalau kita lagi audit?" tanya Amar yang tiba-tiba sibuk beberes berkas di mejanya.
"Biasanya Pak Ridwan yang ngasih tau kan kalo kita lagi audit? Mau di-cut off per-kapan nih? Gue masih mau transaksi pagi ini," Bora sedikit panik, audit di saat dia harus melakukan banyak transaksi tidak terlalu baik, ditambah tidak ada manajer yang bisa membelanya di depan auditor.
"San, lo ngomong gih sama Pak Gama. Biar kita cut off dulu," usul Bora lagi.
"Ri, lo masuk grup manajer kan? Infoin di grup aja," Hasan malah menyuruh Eri.
"Loh? Kok gue? Lo aja sana ngomong sama Pak Gama, di grup ada Pak Roni, males gue," tolak Eri.
"Ya ellahh, timbang ngomong doang. Ya udah, lo sana yang masuk bilang ke Pak Gama. Biar gue bantuin anak-anak nyiapin data-data," kata Hasan lagi.
"Iya, Ri. Lo ngomong dulu ke Pak Gama. Lagian lo deket kan sama anak-anak audit, temen-temen MT lo juga kan itu?" Amar ikut mengompor-ngompori.
"Udahh cepetan sana, Ri," Bora ikutan menyuruhnya untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Are A Season
FanfictionEverything happens for a reason. Seperti daun layu yang akhirnya mengalah dan gugur dari rantingnya, agar tunas baru muncul untuk melindungi semut-semut yang sedang cari makan dari teriknya sinar matahari. Atau rintik deras hujan yang menjadi pengha...