"Jangan macam-macam, Gal. Papa izinkan Kamu membawa Halera ke sini buat fitting gaun pengantin bukan berbuat mesum."Nangala diam seolah apa yang dikatakan oleh Ganesha hanya angin lewat. Masuk telinga kanan lalu keluar lagi melalui telinga kirinya. Tak mau ambil pusing. Keduanya sedang menunggu Disa dan Hera yang masih mengurus perkara gaun pengantin dan tata bengeknya.
"Kamu dengar apa yang Papa bicarakan?"
"Hmm."
"Kalau dengar jangan di ulangi lagi sebelum hari pernikahan tiba."
Nangala diam. Malas menyahut.
Senyuman tipis remaja lelaki tersebut terpatri begitu melihat sang kekasih sudah selesai di samping sang gadis ada Mama Disa yang terlihat tertawa. Entah apa yang membuat kedua perempuan itu tampak bahagia.
"Sayang, nanti pulangnya sama supir mama saja ya."
"Iy---,"
"Biar Gala yang antar, Mah." potong Nangala begitu mendengar perkataan keduanya.
"Enggak boleh. Kamu masih masih dalam perjanjian jadi gak boleh dekat-dekat sama Hera." Disa berucap seraya mengusap tangan Hera di sampingnya. " Iya kan, Pah?"
Hera tersenyum kikuk begitu mendengar jawaban dari pria paruh baya di depannya. Namun tak urung ada kelegaan di hatinya.
"Iya, Hera di antara supir saja." sahut Ganesha membuat Nangala memasang wajah datarnya. "Ayo, kita pulang sayang." ajak Ganesha pada sang istri.
"Ayo, duluan ya sayang jangan lupa sama pembicaraan kita." Disa mengedipkan sebelah matanya yang dibalas senyuman oleh sang empu.
Setelah pasangan tersebut pergi barulah Nangala menghela napas panjang. Penghambat kesenangannya sudah pergi. Nangala tersenyum begitu melihat Hera di sampingnya.
Hera ikut mendongak, mata keduanya saling bertatapan beberapa detik sebelum akhirnya ia memutuskan kontak mata. Terlebih senyuman tanpa dosa lelaki itu membuat Hera dongkol, benar-benar kesal. Gara-gara kepergok tadi membuatnya agak canggung.
Terlihat di ujung sana ada seorang berjalan menghampiri mereka berdua. Tampaknya dia adalah supir yang dikatakan Mama Disa tadi. Dan benar saja pria paruh baya itu sudah bersiap mengatakan sesuatu namun suara lain terlebih dahulu memotong.
"Biar saya yang antar aja mang." ujar Nangala membuat supir pribadi ibunya ragu.
Hera menoleh kaget. "Tidak. Gue di antar supir aja." tolaknya.
"Gue antar."
Nangala tersenyum sambil mengusap kepala Hera membuat gadis itu kaget. Ada perasaan aneh yang menyerangnya begitu tangan besar Nangala mengusap-usap kepalanya dengan lembut.
"Den nanti tuan bisa marah sama saya."
Nangala dan Hera menoleh bersamaan. Tubuh pria di depan mereka tampak gelisah. Hera meringis begitu wajah takut sang supir. Apa om Ganesha akan mengamuk sehingga membuatnya ketakutan seperti itu.
"Tidak akan. Biar saya yang akan menjelaskan nantinya. Ayo!" Nangala menarik lembut tangan Hera membuat gadis itu tanpa sadar mengikuti.
"Gal, supir nya.....,"
"Suttt, ayo kita pulang."
"Enggak, gue di antar supir Mama Disa aja. Gue gak enak sama---,"
Belum sempat Hera menyelesaikan perkataan Nangala sudah menarik tubuh Hera membuat gadis itu masuk ke dalam pelukannya. "Nurut sama gue sayang. Pulang sama gue, oke. Gue janji Mang Udin akan aman nanti." bisik Nangala lirih.

KAMU SEDANG MEMBACA
NANGALA (Revisi)
Teen FictionSEBELUM BACA, ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW AUTHOR DULU❤️ DARK ROMANCE **** Di jadohin sama cowok yang memiliki rumor gay padahal aslinya brutal. Hati Halera seperti dibuat ganjang- ganjing, saat berhadapan langsung dengan cowok gila, seperti Nangala Put...