Bagian 9 ( Bagaimana jika bisa? )

4 0 0
                                    

   Meskipun yayasan mereka kembali berjalan dengan lancar, pasutri itu mulai merasakan tekanan yang semakin besar dalam rumah tangga mereka. Jumlah waktu yang mereka habiskan bersama semakin berkurang karena kesibukan mereka masing-masing. Vio sering harus bekerja lembur untuk menyelesaikan proyek-proyek penulisannya, sementara Mido terlalu fokus pada operasional yayasan yang kembali stabil.

   Pada suatu malam, setelah seharian penuh dengan rapat dan deadline, keduanya duduk di ruang tamu dengan wajah lelah. Mereka saling menatap, merasakan jarak yang semakin membesar di antara mereka.

"sayang, aku merindukan waktu kita bersama," ujar vio dengan suara lembut.

   Vio mengangguk, namun tatapannya tetap terpaku pada layar ponselnya. "aku juga merindukannya, sayang. Tapi kita harus bekerja keras untuk menjaga yayasan tetap berjalan."

   Vio merasa kesal. "Yayasan ini memang penting, tapi kita juga harus mengutamakan hubungan kita. Kita tidak bisa terus begitu sibuk sampai-sampai lupa satu sama lain."

   Mido menghela napas. "Mido tahu, sayang. Maafkan aku jika terlalu fokus pada pekerjaan."

   Namun,meskipun mereka berjanji untuk lebih memperhatikan satu sama lain, jarak diantara mereka semakin sulit untuk diatasi. Setiap hari, mereka terjebak dalamrutinitas yang melelahkan, hingga mereka hampir lupa bagaimana cara salingterhubung

   Konflik di antara keduanya semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Mereka mulai sering bertengkar tentang hal-hal kecil, seperti pekerjaan rumah tangga mereka yang tidak selesai atau waktu yang dihabiskan dengan keluarga masing-masing.

   Suatu malam, pertengkaran mereka mencapai puncaknya. Mido pulang larut malam setelah bekerja lembur, sementara istrinya menunggu dengan wajah penuh kekhawatiran. Begitu mido tiba, vio langsung melontarkan pertanyaan yang membuat suasana semakin tegang.

"Sayang aku tau kamu lelah, tapi aku ingin mengucapkan sesuatu,hal saat ini sudah terlalu sering terjadi. aku merasa kita semakin jauh satu sama lain. Apakah kita masih memiliki masa depan bersama? apa visi-misi kita masih sama?

   suaminya terkejut dan terluka oleh kata-kata vio. "maaf sayang, aku terlalu lelah, namun apa maksudmu sayangku? Kita telah berjuang bersama-sama melalui begitu banyak hal. Apakah semua itu tidak berarti apa-apa bagimu?"

   vio menggelengkan kepala. "Tentu saja itu berarti bagiku, sayang. Tapi aku merasa kita terlalu terjebak dalam rutinitas dan kesibukan kita sendiri sampai-sampai kita lupa bagaimana cara saling mendukung."

   Pertengkaran itu berlanjut hingga larut malam, meninggalkan luka yang dalam di hati keduanya. mereka merasa terombang-ambing di tengah badai emosi yang mengguncang rumah tangga mereka, Fatih, anak mereka tak pernah diperlihatkan cekcok yang kurang bagus ini, fatih yang masih kecil, selalu disimpan dikamar dahulu, atau ia ditidurkan dahulu

Namun, bagaimana jika bisa?

Bagaimana jika bisa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang