1. SEMESTER BARU, 2019.

62 29 0
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA SHANKARA DAN SHEVARA LOV🤍

TOLONG RESPON BAIKNYA UNTUK DUA MANUSIA INI🎀

****

Di bumi ini, selalu ada orang yang berhasil dengan cintanya, adapula yang hanya mendapat sakitnya. —Shevara.


Silau dari sinar mentari terasa menyilaukan pandangan murid-murid BINTARA yang sedang melaksanakan upacara bendera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Silau dari sinar mentari terasa menyilaukan pandangan murid-murid BINTARA yang sedang melaksanakan upacara bendera. Hari pertama semester baru akan di mulai.

Kepala sekolah yang berada di atas podium mulai memberi salam serta nasehat-nasehat yang membangun untuk sekolah mereka ini. Tapi, bagi Shankara semua itu tidaklah penting di telinganya, Cowok itu selalu malas mendengar ucapan Kepala sekolahnya, yang menurutnya hanya itu-itu saja yang akan beliau katakan.

Shankara lebih memilih menatap barisan kelas tetangganya. XI BAHASA 3, yang merupakan kelas Shevara. Cowok itu tidak lepas memandang sosok gadis yang sedang tunduk-tunduk di belakang tubuh temannya, agar tidak terkena paparan sinar matahari. Shankara tersenyum melihat betapa jahilnya Shevara yang sesekali menarik helaian rambut temannya.

"Lihat apa?" bisik Liam.

Shankara menoleh sejenak, menatap Liam yang sedang mencondongkan badannya ke arahnya. "Lihat calon pacar," jawab Shankara, kemudian kembali ke posisi awal.

"Oh. Cewek yang suka Shaka," timpal Keenan sembari tertawa kecil.

Shankara menulikan pendengarannya saat mendengar sahutan menjengkelkan dari Keenan.

"Apaan bawa-bawa gue?" Shaka mendelik tidak suka saat namanya di sebut oleh Keenan.

"Tuh cewek emang suka sama elo kali, Shak," ucap Keenan lagi.

"Kata siapa sih?"

"Kata orang-orang yang sering ngelihat lo bareng sama dia," Shankara menyahut, menimpali ucapan dari Shaka.

"Jangan mudah percaya sama apa yang di ucapin orang-orang. Sheva nggak suka gue, kita berdua cuma temen, sama kaya lo bertiga," kata Shaka menjelaskan, kemudian Cowok itu menghadap ke depan sembari memperbaiki topinya.

Ketiga temannya terdiam, tidak berani menyela ucapan Shaka. Saat Shaka sudah speak up tentang berita mengenai dirinya, berarti itu semua tidak benar. Tapi lain hal dengan Shankara, Cowok itu tidak percaya begitu saja, pasalnya, dia seringkali melihat Shaka dan Shevara yang berjalan bersama, serta menghabiskan waktu di perpustakaan.

"Apa yang lo lihat itu belum tentu bener sama apa yang ada di pikiran lo, Kar," sahut Shaka lagi.

Shankara kaget mendengar ucapan dari Shaka, apa Cowok itu cenayang? Apa Shaka bisa membaca pikirannya?

Dengan cepat Shankara menghapus pikiran negatif tentang Shaka dan Shevara. "Gue mikirin apa emang?" Tanya Shankara.

Shaka membuang napas gusar, Cowok itu sedikit kesal dengan sifat Shankara yang seperti ini, "Gue sama si anak Bahasa itu," balas Shaka dengan cepat.

Ditengah panasnya matahari, mereka masih berdiri ditengah-tengah lapangan, sudah sekitar 10 menit lebih Kepala sekolah memberi wejangan. Begitupun dengan barisan Shankara dan teman-temannya, yang tidak ada henti-henti mengobrol satu sama lain. Membicarakan hal-hal tidak penting.

Sekitar limabelas menit, Kepala sekolah menyudahi acaranya yang berbicara panjang lebar mengenai cara agar lingkungan sekolah lebih nyaman dan tentunya bersih dari sampah-sampah berserakan. Kini murid-murid BINTARA berbondong-bondong meninggalkan lapangan upacara, mereka berjalan dengan langkah cepat menuju kelas masing-masing.

Tetapi, tidak bagi Shankara. Cowok itu menjauh dari kerumunan teman-temannya, dia memilih jalan memutari kelas XI BAHASA keseluruhan. Kegiatannya setiap hari di hari sekolah adalah berjalan memutari kelas BAHASA dan, baru akan jalan ke kelasnya sendiri.

Shankara berjalan pelan, mengabsen satu persatu siswa-siswi yang di tangkap oleh radar penglihatannya.

XI BAHASA 3.

Cowok itu kini berdiri didepan kelas Shevara, pintu kelas gadis itu terbuka dengan lebar, memperlihatkan riuhnya kelas dengan gerutuan-gerutuan dari murid perempuan, serta ponsel murid laki-laki yang sedang bermain game. Shankara dapat melihat, Shevara di ujung sana. Shankara menatap lamat-lamat sosok Shevara yang sedang bercanda gurau dengan teman-temannya, Cowok itu tersenyum tipis, kala menyadari ada yang beda dari Shevara. Potongan rambut, gadis itu baru saja memotong rambutnya. Menambah kesan kecantikan bagi Shankara yang diam-diam menjadi penggemar berat dari gadis penjelajah Sastra itu.

"Nyari siapa?" Tanya seseorang yang baru saja menepuk pundaknya pelan. Shankara di buat kaget dengan tepukan tiba-tiba dari arah belakang.

"Shevara," jawab Shankara pelan. Jawaban itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Seseorang yang tadi membuatnya kaget terlihat mengangguk. Shankara dapat membaca namanya dari balik name tag cowok itu. Julius Bratadikara. Shankara cukup sering mendengar nama Julius.

"Mau gue panggilin?" Tawar Lius.

Shankara mengalihkan pandangannya, bersitatap dengan Lius yang masih memandangi dirinya. Dapat Shankara lihat, tatapan Lius itu seperti orang sedang marah, tapi suaranya tidak terdengar marah.

"Boleh. Lo sekelas, kan?" Shankara kembali melayangkan pertanyaan basic pada Lius.

Lius mengangguk sejenak, "Gue seksi olahraga di kelas ini. Jangan kemana-mana, biar gue panggilin dia dulu," kata Lius, kemudian melangkah masuk ke kelasnya untuk memanggil Shevara.

Shankara berdiri mematung, tadinya Cowok itu berdiri tepat didepan pintu kelas Shevara, tapi, sekarang dia sudah menepi, Shankara memilih menunggu di samping sebelah kiri.

"Kenapa, Kar?" Tanya Shevara yang berhasil memecah lamunan Shankara.

Shankara menelan salivanya susah payah, berhadapan langsung dengan gadis didepannya selalu membuat dirinya kaku untuk berbicara. Kata, Liam, itu sihir dari Shevara.

"Mau minjem buku Sastra jepang, lo bawa?" Tanya balik Shankara, menghadiahi sedikit bumbu-bumbu kebohongan, atau mungkin kemodusan.

Kening Shevara mengkerut, kemudian mengangguk antusias, "Lo beruntung, kebetulan gue bawa, mau minjem, yah?" Kata Shevara.

"Iya, jam ketiga gue ada pelajaran peminatan, dan gue ambilnya Sastra jepang," balas Shankara.

"Boleh, kebetulan gue juga lagi nggak belajar itu hari ini, mau gue ambilin sekarang?"

Shankara dengan cepat mencegat tangan Shevara yang baru saja ingin masuk kedalam kelasnya. "Boleh tolong bawain ke kelas gue jam ketiga nanti? Atau setelah istirahat juga bisa," ujar Shankara.

"Bisa, nanti gue bawain," balas Shevara cepat. Gadis itu selalu cekatan jika seseorang ingin meminjam barang padanya.

"Gue tunggu," ucap Shankara sembari memamerkan senyumnya. "Gue tunggu buku Sastra jepang yang datengnya di anter lo, Shev," sambungnya dalam hati.

Lagi-lagi Shankara berterimakasih pada semesta yang selalu mendukungnya berdekatan dengan Shevara. Shankara harap, semesta tidak sedang menyiapkan sesuatu yang akan menyakiti dirinya.

****

Jatuh cinta itu menyenangkan, bagi mereka yang mengerti arti dalam 'mencintai'. — Shankara.

TINGGALIN JEJAK SEHABIS MEMBACA🎸📖

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA LOV🤍

1304.gszTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang