SELAMAT MEMBACA LOV🤍
TYPO TANDAIN YAHH‼️
****
Semoga kita tidak tenggelam didalam luka yang diciptakan oleh harapan kita sendiri. —Shankara.
Bel tanda istirahat pertama sudah berbunyi, membuat murid-murid dikelas Shevara membuang napas lega. Pelajaran mematikan dari Matematika di jam pertama setelah upacara. Membuat otak mereka rasanya ingin pecah."Van, gue mau ke kelas Shankara dulu, lo kalo mau ke kantin duluan aja, nanti gue susulin," ucap Shevara sembari mengemasi buku-bukunya yang berserakan di atas meja. Gadis itu dengan cepat merogoh laci mejanya, mencari buku Sastra jepang untuk dia pinjamkan pada Shankara.
"Mau ngapain?" Tanya Vanya. Lavanya Kenzura, teman sebangkunya dari jaman SMP.
"Nganterin buku ini ke dia," Shevara mengangkat buku Sastra jepang yang berada di genggamannya.
"Jangan lama-lama, gue males sendirian di kantin. Btw, mau di pesenin apa?" Tanya Vanya. Perihal dia malas sendirian di kantin itu memang Vanya tidak suka berada di keramaian.
"Nasi goreng aja, minumnya es teh," jawab Shevara, tak lupa dia juga memberikan selembar uang duapuluh ribu pada Vanya.
"Oke, sana pergi," usir Vanya yang di hadiahi pelototan maut oleh Shevara.
"Ngusir banget, yaudah gue pergi, yah," usai menjawab ucapan dari Vanya, Shevara sudah ngacir meninggalkan ruangan kelasnya, berlari menuju kelas Shankara yang berada di ujung depan. Lumayan jauh dari kelasnya. Karena, posisi kelas mereka itu saling ujung pukul ujung. Kelasnya berada di ujung belakang, sedangkan Shankara di ujung depan.
"Gurunya belum keluar?" Tanya Shevara sembari mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan. Matanya menangkap pintu kelas Shankara masih belum di buka.
XI MIPA 1.
Shankara yang konon katanya penyuka musik itu memilih masuk dalam jurusan MIPA. Saat pendaftaran, dia di beri angket pemilihan jurusan, dan jurusan yang tertera hanya ada tiga, yaitu, MIPA, IPS dan BAHASA. Karena teman-temannya memilih MIPA, alhasil dia mengikut, Cowok itu malas jika harus berpisah dari anak sableng seperti temannya itu.
"Shev?" Panggilan dari arah belakang membuat Shevara dengan cepat menoleh.
Shaka. Cowok pemilik senyum indah itu sedang berdiri di belakangnya. Shaka berdiri sambil memperbaiki tatanan dasinya yang sedikit miring ke samping.
"Oh, Shaka, kirain siapa," balas Shevara.
"Mau bawain Kara buku Sastra jepang, kan?" Tanya Shaka tepat sasaran.
"Iya, tapi kelas lo pintunya masih ketutup. Gurunya belum keluar?"
"Udah, tapi emang mereka sering nutup pintu kalo udah istirahat gini, mau main game online," ucap Shaka, memberitahu kebiasaan kelasnya pada Shevara.
KAMU SEDANG MEMBACA
1304.gsz
JugendliteraturTentang Shankara si penyuka musik, dan, Shevara penjelajah sastra.