Chapter 7

222 48 1
                                    

"[Name], apa kau ingin pergi ke taman hiburan denganku?" tanya Yoimiya.

[Name] mendongak, mengalihkan perhatiannya sejenak dari buku di depannya. "Kapan?"

"Akhir pekan ini."

"Ah...." [Name] mengetuk-ngetuk penanya di atas buku dan menggeleng. "Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut."

"Kudengar kalian membicarakan taman hiburan," sambung Ayaka yang tiba-tiba ikut ke dalam percakapan. "Apa ini tentang Taman Vanarana?"

"Iya."

Yoimiya tampak sedikit kecewa, tetapi senyum cerianya tetap tak pudar. "Ah, sayang sekali. Kupikir kita bisa pergi bersama."

[Name] mengangguk sambil tersenyum, merasa sedikit bersalah karena harus menolak ajakan itu. Namun, dia memang sudah punya rencana lain untuk akhir pekan ini—dan tentu dia tidak bisa membatalkan janjinya itu.

"Kenapa kau tidak bisa ikut, [Name]?" tanya Ayaka dengan nada penasaran. "Apakah ada acara keluarga?"

[Name] ragu sejenak sebelum menjawab. "Tidak juga, sebenarnya... aku hanya ada janji lain."

"Dengan Tartaglia?" Semprot Yoimiya tiba-tiba, [Name] tersenyum kecut mendengarnya.

Ya, tepat sekali. Memang karena pemuda itu. Kalau [Name] memutuskan untuk mengurungkan niatnya pergi dengan pemuda—atau lebih mudahnya, kekasihnya—itu, Tartaglia akan mulai merajuk dan mengganggunya lagi.

Yoimiya menatap [Name] dengan tatapan usil, senyum lebar tersungging di wajahnya. "Aku tahu! Aku benar, kan?" katanya sambil terkikik.

Ayaka menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menyembunyikan senyumnya yang mulai terbentuk. "Aku tidak tahu kalau kau akan sangat serius menjalaninya, [Name]," sambungnya.

Perempatan di dahi [Name] muncul. "Tolong jangan tertawa. Apa kalian pikir aku bisa menolaknya?"

Dan kedua temannya pun tahu apa jawaban atas pertanyaan retorisnya itu. Tidak, tentu tidak. Akan lebih terlihat aneh jika dia tidak merasa senang dan menolaknya ketika Tartaglia yang mengundangnya pertama kali untuk "berkencan" mengingat dirinya yang mengungkapkan perasaannya lebih dulu.

Dia benar-benar tidak punya sedikit pun petunjuk tentang bagaimana sebenarnya menjadi sepasang kekasih. Sekadar jalan-jalan di taman? Menonton film bersama? Makan bersama yang romantis? Membicarakan kegiatan dan minat bersama? Atau... bagaimana?

Aku bisa gila—!

Dan sesungguhnya, selama hampir sebulan ini ia menjadi kekasih Taryaglia, pemuda itu selalu yang memegang tuas kendalinya. Dari yang mengajaknya untuk makan bersama di kantin sampai percakapannya yang sederhana. Pernah sekali [Name] berpikir untuk mengontaknya lebih dulu, tapi ia bahkan tidak terpikirkan tentang apa yang harus dikatakannya dan berakhir ia mengurungkan pesan untuk mengirimkan Tartaglia pesan singkat.

Mendapati [Name] tampak begitu terbebani, Yoimiya dan Ayaka saling berpandangan sejenak sebelum kembali menatap [Name]. Mereka berdua tahu betapa rumit situasinya dan bisa merasakan ada sesuatu yang tidak sepenuhnya sesuai di antara [Name] dan Tartaglia.

"Benar, kau tidak bisa menolaknya tanpa alasan," kata Ayaka kemudian, suaranya terdengar lembut dan penuh pengertian. "Tapi setidaknya aku berharap kau bisa lebih menikmatinya, [Name]."

Yoimiya mengangguk setuju. "Benar, tolong jangan terlalu keras pada dirimu sendiri dan jangan kau merasa terpaksa melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kau inginkan."

[Name] tersenyum kecil. "Terima kasih banyak."

[Name] mengangguk, rasa bersalah dan kebingungan kembali memenuhi pikirannya. Hubungannya dengan Tartaglia, yang dimulai secara tidak sengaja, telah menjadi lebih rumit dari yang pernah dia bayangkan. Di satu sisi, dia tidak ingin menyakiti perasaan Tartaglia, tetapi di sisi lain, ada perasaan yang belum terselesaikan dengan Ayato Kamisato—perasaan yang dia tidak bisa diungkapkan dengan benar.

[18+] Unintended Romance: The Confession That Went Wrong | Tartaglia x Reader!AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang