Chapter 1

330 58 34
                                    

Seminggu sebelumnya.

"Aku memang suka pelajaran Olahraga tapi bukan di tengah siang bolong seperti ini."

"Kau benar," aku Wriothesley sambil menyampirkan jaket olahraganya di bahu. "Kepalaku sampai pusing karena terlalu lama terkena terik matahari."

"Pak Capitano juga ketat seperti biasanya," celetuk Kaeya. "Padahal kalau dengan para gadis, dia tidak akan sekejam itu."

"Tapi dia mengabaikanku lagi!" Tukas Tartaglia kesal. "Padahal aku yang paling bersemangat diantara para pria di kelas saat materi lompat kangkang."

Dimulai lagi. Tartaglia adalah pria paling atletis di kelasnya, dia selalu menguasai semua bidang olahraga yang dia ikuti dengan mudah dan paling bersemangat untuk melakukannya. Namun tetap saja, sang Guru—Capitano—tidak pernah meliriknya apalagi memintanya untuk ikut ke dalam olimpiade.

Mungkin karena sang guru tahu yang diinginkan Tartaglia adalah sebuah atensi, atau mungkin dia tidak terlalu tertarik pada siswa yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Dia tidak tahu itu tapi sejujurnya, itu cukup membuat pemuda berambut ginger itu tersinggung.

"Bukan begitu, Ketua OSIS?" Lanjut Tartaglia sambil tersenyum miring.

Ayato melirik ke arahnya saat ia tengah menyeka keringatnya yang bercucuran menggunakan handuk. "Iya. Kau bersemangat seperti biasanya," tuturnya acuh.

"Iya, 'kan?" Tartaglia membalas pongah. Dia pun berbelok memasuki ruang kelasnya. "Mungkin pada materi berikutnya, aku harus bersikap sedikit kurangajar?"

"… si bodoh ini, apa yang dipikirkannya?" Celetuk Wriothesley sambil menatap Tartaglia tidak percaya. "Kau sudah gila rupanya."

"Kalau begitu, bagaimana jika aku bersikap layaknya para gadis di kelas?" Sambil bilang begitu, Tartaglia menarik kursinya keluar. "Apa kali ini dia akan mengabaikanku lagi?"

Kaeya tertawa renyah. "Coba saja. Akan kupastikan saat kau melakukan itu, semua orang di Outstagram melihatnya."

"Sekalian saja dengan…."

Tartaglia mendengus dan tersenyum miring. Saat ia mengeluarkan pakaian bersihnya yang ia letakan di dalam kolong mejanya, sesuatu terjatuh dari dalam sana—sebuah surat.

Alis Tartaglia naik sebelah. Matanya menyipit penuh curiga. Dia meraih surat dengan amplop berwarna [warna favorit], tangannya merasakan tekstur kertas yang lembut namun kokoh.

Perlahan ia membolak-balikkan surat itu di tangannya, memperhatikan setiap detail kecil yang mungkin memberikan petunjuk tentang pengirimnya. Namun nihil, orang itu tidak menuliskan apa pun di sana. Saat dia membuka amplop itu, tercium aroma harum yang samar menguar dari dalamnya.

Saat itu dia berpikir, siapa orang jahil yang meletakannya di dalam mejaku?

"Apa ini?" Sembur Kaeya sambil mengambil surat itu dari tangan Tartaglia dan tertawa geli. "Surat cinta?"

Wriothesley mendengus. "Sungguh? Mungkin saja dia yang menulisnya sendiri dan dia juga yang meletakannya di sana."

"Atau mungkin, seseorang salah meletakannya," celetuk Kaeya, dia dan Wriothesley tertawa bersama.

"Jaga mulut kalian, kawanku yang budiman!" Tukas Tartaglia sarkas sembari menyambar surat itu dari tangan Kaeya. "Kalau iri, bilang aja sini."

"Tidak akan!"

Tartaglia membuka surat itu dengan perlahan, lalu mulai membaca isinya di dalam hati. Ekspresinya berubah dari kebingungan menjadi penuh kebanggaan, dia tersenyum samar.

"Dengar ini, teman-teman. Sepertinya aku punya penggemar rahasia yang benar-benar serius," katanya.

Wriothesley menceletuk, "tidak ada yang ingin mendengarnya."

[18+] Unintended Romance: The Confession That Went Wrong | Tartaglia x Reader!AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang