Chapter 2

432 69 48
                                    

"Aku ingin melakukan test mingguan untuk kelas kalian hari ini."

"Tapi, Bu Faruzan—"

"Tidak ada alasan!" Sergah Faruzan padanya. "Aku sudah membicarakan ini sejak dua minggu yang lalu, tapi kalian selalu berusaha mengalihkan perhatianku untuk ini. Terutama kau, Tartaglia."

Dan itu memang benar. Sebetulnya awalnya dia hanya berbicara asal-asalan, sekadar untuk menceletuk apa pun yang dikatakan Faruzan saat mengajar di kelasnya agar dia menceritakan lebih banyak saat masa-masa studinya.

Namun lama-kelamaan, dia jadi terbiasa untuk melakukan hal itu pada jam-jam terakhir mata pelajaran dan pada saat seperti itu, siswa lain di kelasnya tidak ada yang berniat untuk memperotes agar Faruzan berhenti bercerita.

"[Name]! Kebetulan sekali, cepatlah ke sini," pinta Faruzan saat melihat gadis itu melewatinya begitu saja, dia menoleh ke belakang dan tersenyum canggung.

"Selamat siang, Bu Faruzan," sapanya.

"Setelah ini kelasku, bukan?" Tanya Faruzan langsung yang dijawab anggukkan cepat [Name]. "Sudah sampai mana materiku? Matriks? Sistem dan program linear? Atau, statistika?"

"Matriks, saya rasa."

"Matriks?" Ulang Faruzan dengan penuh keterkejutan di sana. "Kenapa kelasmu…."

Pada saat itulah Faruzan mulai berceloteh panjang lebar tentang alasan kenapa materi kelasnya sedikit terlambat daripada kelas lain atau sebagainya, guru matematika satu ini tiba-tiba lupa kalau sebelumnya dia masih berbicara dengannya dan Ayato sekarang.

Tartaglia berbisik, "kita akan diam seperti ini saja?"

"Kau benar."

Lalu mata Tartaglia bergulir, mendapati [Name] tampak kalut menghadapi Faruzan dan hanya tersenyum kaku sambil menjawab seadanya.

Kadang terdengar gadis itu mencoba menyergah sambil menjelaskan sesuatu, Faruzan yang terus berbicara panjang lebar tanpa henti pun tidak sekali terlihat membuat gadis itu menahan tawanya. Saat [Name] tersenyum sekali lagi, Tartaglia mendengus.

Dia merasakan pandangannya tertumbuk kepada gadis di depannya. Sungguh, sulit untuk mengalihkan perhatiannya pada gadis ini sekarang. Tidak sadarkah dia bahwa senyuman lebar yang membuat sudut matanya ikut melengkung sambil menunjukkan deretan gigi-giginya yang putih terlihat menawan?

"Baiklah, baiklah, saya mengerti, Bu Faruzan. Tapi sebelum itu, Ibu tidak lupa dengan… ya, dua orang di belakang, 'kan?" Ucap [Name] pasrah, berusaha mengalihkan perhatiannya.

Faruzan akhirnya menyadari bahwa dia telah melupakan Tartaglia dan Ayato. "Kau benar. Baiklah, cukup tentang itu. Kita kembali ke kelas sekarang," tukasnya. Faruzan beralih ke arah Tartaglia kemudian menunjuknya. "Dan Tartaglia, jangan coba-coba mengalihkan perhatianku lagi."

Tartaglia hanya bisa mengangguk patuh sambil tersenyum canggung. Dia menoleh ke arah [Name] yang sudah berjalan menuju kelasnya bersama Faruzan.

Setelah [Name] pergi, Ayato yang sejak tadi diam saja akhirnya angkat bicara. "Kau tertarik padanya?"

Tartaglia terkejut dengan pertanyaan langsung itu. "Apa? Tidak—maksudku, aku baru saja mengenalnya."

"Tapi kau terus memperhatikannya," Ayato mengamati. Matanya menyipit curiga. "Itu lebih dari sekadar rasa ingin tahu, bukan?"

Tartaglia mengalihkan tatapannya, kemudian menyentuh tengkuknya dengan canggung. "Mungkin. Aku sendiri belum yakin, tapi dia menarik perhatianku."

Ayato terdiam sejenak, menatapnya dengan tatapan yang—entah kenapa, terasa begitu dalam kepadanya. Seolah ia sedang menyiratkan sesuatu di sana.

[18+] Unintended Romance: The Confession That Went Wrong | Tartaglia x Reader!AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang