All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.
Warning: OOC, typo(s), crack couple(s), plot hole(s)!
.
.
.
Hinata menatap lekat-lekat iris gelap yang juga memandangnya. Sasuke memandang dengan tekad, meskipun ada setitik keraguan di sana. Hinata pun tidak jauh berbeda. Ia mengernyit bingung mendengar ajakan Sasuke. "Ti... dak?" Hinata menjawab ragu.
"Kenapa?"
Hinata membetulkan duduknya. Mengambil napas dalam, ia berusaha menjelaskan dengan tenang. "Sasuke-san benar. Aku ditinggalkan. Aku... patah hati." Hinata menggigit bibir bawahnya. Ia menunduk ragu sebelum kembali menjelaskan.
"Mungkin Sasuke-san menganggapku seperti perempuan tak tahu malu yang suka berkenalan dengan banyak lelaki. Tapi menurutku, di usia dan kondisiku saat itu, aku membutuhkannya. Meskipun pada akhirnya aku terluka seperti sekarang. Aku tidak menyesali perbuatanku. Dan bukankah Sasuke-san sendiri bilang, jika Sasuke-san tidak bisa dengan perempuan yang berkenalan dengan banyak lelaki?"
Sasuke sadar, ia memang pernah bicara seperti itu. Seharusnya Sasuke menjelaskan, atau meminta maaf dan pengertian. Tapi, lidahnya terasa kelu. Pikirannya tiba-tiba penuh.
"Untuk sekarang, mungkin aku ingin beristirahat dulu. Atau tidak?" Hinata menelengkan kepalanya. "Entahlah. Aku hanya tidak ingin terluka lagi. Aku... butuh waktu. Juga dengan sikap Sasuke-san yang membuatku bingung. Apa Sasuke-san benar menyukaiku?"
"Terima kasih sudah menghubungiku, Sasuke-san. Tapi mungkin aku bukan perempuan yang baik. Aku jadi teringat untuk segera menghapus akun bumble-ku untuk sementara waktu."
Hinata terus bicara, tanpa sempat Sasuke menimpalinya. Entah tidak sempat atau Sasuke yang tak menyempatkan diri. Nyalinya seketika menghilang. Ia hanya terdiam mendengarkan curahan isi pikiran Hinata. Sembari fokus pada rintikan air di ujung kaus Hinata akibat rambutnya yang basah, Sasuke membiarkan Hinata pergi malam ini. Mungkin mereka masih perlu waktu untuk berpikir. Seperti kata Hinata.
.
.
"Aku tidak mengerti." Buk. Ino menutup majalah yang dibacanya sembari tiduran di sofa. "Mengapa kau selalu bertemu laki-laki yang membingungkan?" Ino memiringkan badannya, menatap Hinata yang sedang berdiri di dekat kompor.
"Belum selesai dengan laki-laki bernama Gaara, sekarang ada lagi urusan dengan laki-laki lain. Terlebih dia seorang Uchiha, dan kenalan Ibumu." Ino mendudukkan diri ketika melihat Hinata mendekat. "Aku sudah selesai dengan Gaara."
Trak. Hinata menaruh wadah di atas meja. "Jangan terlalu kasar membukanya, majalah ini mau aku bawa ke acara tanda tangan Ravens besok." Hinata mengambil majalah yang digenggam Ino. "Bisa tolong kau coba kimchi-nya, Ino? Apakah pedasnya sudah pas?"
Ino mengesah. Ia mengambil sejumput kimchi dari wadah dengan enggan. Kres Kres. Ino mencoba kimchi dan mengacungkan jempolnya sambil mengangguk-angguk. "Kau mau bawa kimchi ke acara tanda tangan Ravens besok?" Hinata mengangguk. "Shikamaru-san sedang tertarik dengan masakan Korea," katanya sembari membereskan wadah untuk dibungkus.
"Effort sekali! Kau bahkan memasak makanan yang tidak bisa kau makan untuk idolamu?" tanya Ino retoris. "Kalau ada yang tahu, mungkin mereka akan mengira kau kekasihnya."
"Apa yang salah? Mengidolakan atlet baseball adalah hobiku. Dan selama ada kesempatan, aku akan mendukungnya." Hinata membela diri. Ia merapikan bungkusan dan menaruhnya di kabinet dapur. "Tapi, kau serius?" Hinata mengangguk, mendudukkan dirinya di samping Ino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble Trouble [SasuHina X GaaHina]
FanfictionRating: M, 21+ | HINATA VS EVERYBODY Usia segini memang sedang gencar-gencarnya merasa kesepian. Darah muda yang haus perhatian. Sana-sini mencari kenalan. Kalau pada akhirnya hanya akan dilupakan, kenapa malah memulai sentuhan? "Hi, boleh kenalan?"...