Start to End

18 3 0
                                    

Ada awal di segala sesuatu dan akan selalu ada awal.
Bukan aku menginginkan lebih, bukan aku yang meminta begini. Aku hanya mengikuti jalan yang diberikan.

Juni, 2021

Siang hari yang biasanya panas menyengat membakar kulit tidak tampak hari ini, malahan awan kelabu yang menutupi matahari, pertanda akan datangnya hujan.

“Kayak mau hujan deh” gumam Alea, perempuan cantik berambut sebahu ini tengah duduk di meja bundar sedang memotong bunga bunga segar yang akan dimasukkannya kedalam vas bunga bening yang cukup tinggi berisi air.

Di sebelah toko bunga alea adalah cafe milik sahabatnya, wanda. Biasanya cafe ini ramai pengunjung, ada yang lihat lihat saja atau mampir untuk membaca buku, bahkan ada yang sekedar menumpang wifi. Di cafe wanda terdapat banyak buku buku rapi yang tersusun didalam beberapa rak yang tinggi di samping kasir, terlihat jelas dari pintu depan, yang ke semuanya itu rata-rata ialah novel, buku-buku referensi umum, majalah fashion dan pula koran-koran bekas, terkhusus koran-koran bekas itu Wandalah yang mengumpulkan, kata Wanda ‘koran-koran bekas itu barang antik, pasti akan berguna nantinya’ hanya sebagai bahan bacaan pengunjung saja. Ia dan Wanda memang suka sesuatu yang berbau bunga, buku dan coffee. Kalau kata Wanda sih perpaduan langka yang ga bisa di temukan dimana aja.

Walau bersebelahan, tapi cafe Wanda dan toko bunga alea hanya dipisahkan oleh tembok kaca, yang mana tembok tersebut hampir memperlihatkan seperempat  toko Alea. Hanya ada beberapa karyawan yang bekerja di bagian dapur di cafe ini dan tentunya mereka berdua. Kadang beberapa kali orang ‘yang katanya pacar Alea’ datang untuk membantu Alea disini. Seperti jadi kurir dadakan ataupun merangkai bunga bersama alea.

“Alea” dia Wiliam, kekasih Alea.

“Hai Li!!” Sapa Alea dengan girang.

“Loh kamu kesini? Ini kan hari Sabtu, biasanya kamu futsal sama temen temenmu?” Bukannya menjawab pertanyaan Alea, Liam malah bertanya balik

“Aku mau bicara sebentar bisa?”

“Bisa lah, kenapa emang?”

Lelaki itu, Liam menarik nafas panjang, seperti ada sesuatu yang sangat ingin ia bicarakan, tapi sepertinya ia menunggu waktu yang tepat.

“Let’s break up, aku kalah taruhan futsal”
Mereka berdua sama sama terdiam untuk beberapa saat.

Oke” jawab alea santai.

Tapi didalam kepalanya, ia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Liam. Bagaimana bisa dengan mudahnya lelaki ini memutuskan Alea, hanya karna taruhan futsal? Yang benar saja! Alea tidak menyangka akan diputuskan dengan cara seperti ini.

“Kita udah ga cocok aja. Aku capek Lea, kamu selalu aja sibuk sama duniamu sendiri, kamu selalu ga punya waktu untuk aku. Kamu selalu sibuk kerja kuliah kerja kuliah, bahkan kabarin aku aja ga sempat, terus kamu bilang ‘tolong ngertiin aku’. Kamu pernah ga mikir kalau aku bosan karena kamu tinggal terus?”

“Udah, oke gini-gini, aku ga pernah bilang ke kamu kalau kamu harus ngertiin aku. Yang ada itu kamu memutar balikan fakta, kamu yang ga punya waktu buat aku, kamu selalu nongkrong sana sini sama temen temen kamu Aku juga ga menuntut kamu ini itu, kamu juga udah punya pacar baru kan? kamu kira aku ga tau?” tutur Alea panjang lebar.

“Kalau mau putus ya tinggal putus, gausah bertele-tele” lanjutnya.

Alea tidak menyangka akan mengeluarkan segala emosi yang ia tahan beberapa bulan terakhir. Semenjak sikap Lian sedikit berubah kepadanya. Awalnya Alea acuh dengan sikap Liam, ia pikir Liam juga sedang sibuk sampai Ia tau dan melihat sendiri. Dengan bahagia dan senyuman manis yang Liam tunjukan untuk perempuan yang ia ajak jalan di taman beberapa hari lalu saat Alea juga pergi ke taman yang sama untuk beristirahat sejenak dari kesibukannya. Betapa bahagianya Liam menggandeng tangan wanita itu, ia tau persis itu Liam, melihat gelang rajut berwarna hitam berbandul bintang yang Liam kenakan, yang alea buatkan khusus untuk Liam di hari ulang tahunnya.

INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang