The Trees Around River

7 0 0
                                    

If your world was ending and I still  there for you
—Denta to mama—

Oktober, 2023

Mungkin jika di beri pilihan antara ia ingin dilahirkan atau tidak, kemungkinan Denta tak ingin dilahirkan jika tau kedepannya ia akan menjalani hidup seperti ini. Namun, tak ada waktu untuk mengasihi kehidupannya kini, ia harus fokus pada dirinya dan adik adiknya.
Hari ini tepat 21 tahun pernikahan ibu dan ayahnya, biasanya dihari ini Denta akan pergi ke makam ibunya untuk merayakan hari jadi pernikahan ibu dan ayahnya.

Ya.. Ibu Denta meninggal satu tahun lalu.

Dan ya... Denta akan pergi hari ini, ia selalu pergi sendiri. Bukan karena tidak ingin mengajak adik adiknya bersamanya, tapi ia tau. Semenjak tiadanya ibu mereka, adik Denta selalu mengurung diri di hari apa pun itu yang menyangkut “mama“ kesayangan mereka ini. Denta pasti akan pergi sendiri.

Sebenarnya pun adik perempuannya akan dengan senang hati ikut dengannya, dikarenakan waktu yang Denta punya dan yang adiknya punya sering bertabrakan, seperti hari ini, Denta sedang berada di mobilnya. Ponselnya terus berbunyi tanda pesan masuk, Denta hanya bisa sedikit mengintip ponselnya untuk mengetahui siapa yang mengirimi pesan bertubi-tubi padanya, dan benar saja, itu Naya adiknya.

Sedang marah marah tak jelas di room chat Denta, Denta abai saja, membiarkan ponselnya terus berbunyi. Memang sebelumnya Naya sudah mengirimi pesan padanya tadi malam lewat grup chat mereka bertiga bersama adik Denta satunya, Senan. Tapi Denta tak mengizinkannya, entahlah, Denta rasa ia ingin sendirian saja mengunjungi ibunya.

Hari ini juga Denta, menggunakan kemeja hijau Tosca kesayangannya yang pernah dipuji bundanya itu, rapi dengan celana hitam kain dan jas berwarna senada. Ia duduk bersimpuh di depan makam mamanya, yang tidak begitu berantakan karena sering dibersihkan.
Denta mengusap nisan yang bertuliskan nama ibunya itu, menatapnya dengan senyum yang dipaksakan, sebab menahan sesak di dada.

Ingat bunga yang Denta beli? bunga itu bukan untuk acara pernikahan, melainkan untuk merayakan 21 tahun pernikahan ibu dan ayahnya. Dulu Ibu Denta pernah bercerita bahwa ibu Denta suka sekali Tulip, dan pada hari pernikahannya, ayah Denta memberikannya bunga tulip berwarna putih, entah apa maksudnya, Denta juga tak mengerti.

Jika kalian bertanya, kenapa ayah Denta tidak ikut merayakan 21 tahun pernikahannya, karena ayah Denta sudah menikah lagi dan pergi ke negara asalnya, Italia. Iya, tepat sekali, kalian tidak salah dengar, Denta memiliki darah. Campuran Italia—Indonesia yang mengalir di dalam tubuhnya.

Ayah Denta memang memenuhi kebutuhan hidup Denta dan adik adiknya tanpa mau bertemu atau bahkan mengetahui keseharian anak anaknya itu. Memang sudah benar, ayahnya tidak lepas dari tanggung jawabnya. Tapi apakah pantas untuk menikah lagi bahkan belum genap 2 minggu ibunya meninggal dunia. Menurut Denta itu tidak pantas.

Denta benci ayahnya, ia tak pernah menepati janjinya, hannyalah bisa berkata kata manis saja. Bahkan saat ibunya itu di rawat di rumah sakit, ayahnya malah bersenang senang dengan wanita lain, ia benci itu. Lelaki sejati harus tepat janji, dalam keadaan apapun. Prinsip Denta; Jika seseorang itu telah berjanji harus di tepati, jika dia tidak bisa menepati maka jangan berjanji.

“Mama, hari ini mama sama papà anniversary loh... happy anniversary mama” ucap Denta dengan logat Italia yang masih kental.

“Mama suka tulip kan? Ini ya ma, Abang kasih bunga kesukaan mama, mama seneng ga?” Denta meletakkan buketnya tersebut dengan sangat hati-hati.

INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang