I Think He's The Enemy

11 0 0
                                    

Kesemuanya tergantung bagaimana cara menanggapi, memahami dan mengerti apa yang sedang dirasakan.

Oktober, 2023

Mobil Lexus RX350 hitam terparkir rapi di dalam garasi rumah Denta. Ia mematikan mesin mobilnya tersebut dan berdiam di dalamnya, Denta menarik nafas panjang, siang ini begitu panas untuk Denta, hari yang cukup melelahkan baginya. Ia coba memejamkan matanya di dalam sana, menerawang jauh. Apa yang akan terjadi selanjutnya, apa yang terjadi selanjutnya, ia bingung harus berbuat apa.

Dalam keheningan itu, tiba-tiba pintu mobil sebelah kiri dibuka dengan kasar Brak~ dan menutupnya kembali dengan keras Brak~
Sang empu tadi telah duduk di kursi mobil Denta, melipat kedua tangan dan menekuk wajahnya tanda ia kesal.

“Abang, aku kan udah bilang kalau mau lihat mama ajak aku”
“Naya sekolah, Abang males jemput-jemput kamu” ia Denta membalas dengan acuh sambil menutup matanya dengan lengan kirinya dan kembali menghela nafas.
“Susah ya tunggu Naya libur sekolah?” Ucapnya tak mau kalah dengan si Abang.
Denta pun menoleh pada adik perempuan satu-satunya itu. Terlalu lelah harinya saat ini, energinya sudah habis, ia akhirnya mengalah pada Naya.
“Ya sudah iya, kapan-kapan kalau Abang senggang atau tunggu kamu libur sekolah”

“Naya sudah makan?” Naya menggeleng pelan dengan senyum lebar ia berkata “Aku lagi ga mau masak hehe”
“Makan di luar?” Tawar Denta, yang ditawari bersorak kegirangan, kapan lagi makan diluar, gratis pula, tak perlu keluar uang. “LET'S GOOO!!!”. Bukannya menyalakan mobil seperti yang Naya kira, Denta mengambil tasnya di kursi belakang lalu mengeluarkan dompetnya, lalu membuka pintu mobilnya diikuti dengan Naya yang masih kebingungan.
“Mau kemana, bang?” tanya Naya keheranan.

Denta merangkul pundak Naya dengan tersenyum padanya. “Jalan kaki aja ya nay, di depan kompleks banyak yang jual makanan, kan? Abang capek nyetir, bahaya entar”.
“Naya masih pake seragam loh, bang”
“Depan kompleks doang, makan terus pulang”
“Kebiasaan SMP, Siap Makan Pulang” Denta tertawa mendengarnya, singkat itu selalu dilontarkan Naya setelah selesai makan (di manapun itu) dan Denta selalu mengajaknya pulang, padahal Naya belum selesai makan.
“Ayo, Abang super laper” ucapnya mendramatisir sambil memegangi perutnya.

Naya tersenyum senang, ia berjalan mendahului Denta dengan riang, menari berputar dan sesekali melompat. Seakan lupa bahwa dia seorang siswi SMA. Denta berjalan  dibelakang, ia memasukan satu tangannya kedalam saku celana kargo pendeknya itu. Beginilah Naya saat bersama Denta dan Senan, ia akan sangat leluasa mengekspresikan dirinya sendiri.

15 menit berjalan dari rumah menuju depan kompleks perumahan mereka. Melihat banyak orang berjualan disana membuat Naya girang bukan kepalang, di depan kompleks mereka itu memang ialah surganya junk food dan sejenisnya. Tempatnya yang strategis dekat dengan lapangan bola dan ruko-ruko tempat berjualan makanan juga dekat dengan jalan besar membuatnya sangat ramai seperti bazar makanan yang buka setiap hari.

Bahkan Naya sempat tertegun dan berhenti melihat banyaknya makanan dan jajan, dari mulai jajanan ringan seringan gula kapas sampai yang berat seberat Burger triple degree double cheese no pickles —kalorinya yang akhirnya jatuh di tangan Naya, hasil memohon-mohon pada Denta agar dibelikan.

Denta kemudian menyeret Naya untuk mencari tempat makan yang nyaman, jika dibiarkan perempuan kecil yang makannya melebihi kapasitas dirinya ini akan lepas, bisa saja membeli satu persatu makanan yang dijual disini.

Naya dan Denta berjalan sekitar 10 meter dari tempat Naya membeli burger, di sanalah tempat nyaman Denta makan warung Soto khas Solo, di apit oleh toko roti dan toko buku bekas di kanan dan kiri tidak menjadikan warung tersebut sepi pengunjung, bahkan sangat ramai di hari libur.

Tapi bersyukurlah Denta hari ini, karena warung tersebut tidak begitu ramai. Selain menjual Soto, warung tersebut juga menjual beraneka macam makanan rumahan. Hanya warung inilah yang cocok dengan lidah Denta. Denta bukanlah tipe orang yang pemilih soal makanan, tidak seperti Senan yang sangat selektif soal makanan, Denta hanya kurang suka makan.

Hampir selangkah lagi masuk kedalam warung Soto tersebut, matanya tak sengaja melirik ke toko roti di samping kanan warung soto, ia mendapati sosok gadis dengan dress biru motif bunga dengan rambutnya yang sebahu  baru saja keluar dari toko roti itu. Denta sempat berhenti sebentar, Naya melihat wajah Denta dari samping dengan heran, ia mengikuti arah pandang Denta dan melihat ke arah gadis tersebut.

Naya menepuk pelan lengan Denta “Abang”
“Sebentar ya nay, Abang kesana dulu” ia menunjuk gadis tersebut dan meninggalkan Naya berdiri dengan kebingungan didepan warung Soto.

Denta berjalan pelan mendatangi gadis tersebut, yang tidak disadari olehnya, gadis itu sibuk dengan ponselnya dan saat ia mendongak ia mendapati Denta berada tepat di depannya. Gadis itu terkejut, sampai ponselnya hampir terjatuh, untungnya berhasil ditangkap oleh Denta. “Chat gue kenapa ga lo bales?” Katanya sambil mengembalikan ponsel milik gadis tersebut.

Gadis itu itu menautkan kedua alisnya, ia tak merasa ada yang mengirimkannya pesan. “Kamu siapa sih?” Ucapnya masih dengan kedua alis yang saling bertautan.
“Astaga.. gue Denta”
Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya “Omg.. I'm so blind, sorry ya, tapi ada keperluan apa kamu cari saya”
Nothing, just wanna make sure you know me
“Hah?”
“Jangan lupa bales chat gue, gue mau makan dulu, see you Alea”
Alea' dengan wajah yang sangat kebingungan menatap kepergian Denta. Ada apa dengan lelaki itu?

Ia dikejutkan lagi dengan kedatangan Wanda “Lo ngeliat siapa le?”
“Emm.. nothing, let go, I'm to late now” katanya dengan terburu-buru menuju mobil Wanda.

Tujuan mereka datang ke toko roti itu karena toko itu lah yang mensuplai pastry salah satu dishes yang dijual Wanda di cafenya.
“Buru-buru ke mana? Kata lo lo tadi lagi nyantai”
“T-ttadi gue dapet orderan, gue lupa, yuk.. yuk..” dustanya, melihat gestur tangan dan wajah Alea' yang merah karena panik membuat Wanda wanda pun ikut panik dibuatnya.
“Ayo, ayo” dengan segera Wanda membuka pintu mobilnya dan dengan cepat melesat meninggalkan tempat tersebut.

Naya yang masih berdiri ditempat tadi, melihat kedua orang yang sedang berbincang singkat entah membicarakan apa. Tak lama dari itu Abangnya datang mendatanginya yang menutupi dahinya dengan tangan karena panas. Ia melihat gadis itu dengan wajah penuh dengan keheranan dengan perginya Denta.

“Siapa bang?”
“Temennya Wanda”
“Lah emang kak Wanda mana?”
“Ya Abang ga tau, udah, ah, hayuk makan..” sekarang gantian Dentalah yang bersorak dan berjalan mendahului Naya yang masih melihat gadis tersebut. Sejujurnya ia penasaran, namun apa boleh buat, bukan urusannya juga. Ia pun menyusul Denta masuk kedalam sana.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠ƷƸ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

To be continued
Happy reading~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang