4. Mama! aku sudah dewasa!

7 2 0
                                    

"Aku pulang!" Teriak Ami lalu melepaskan sepatu dan kaos kaki nya sambil duduk di teras rumahnya, lalu mama menghampiri Ami

"sendirian aja? Dimana Yukie?" Tanya mama

"Yukie hari ini pulang lebih awal, dia ada acara keluarga"

jawab Ami dengan singkat, lalu masuk ke rumah dan meninggalkan mama di teras,

"ganti bajumu lalu makan ya!" teriak mama, "baiklah.." jawab Ami lalu masuk ke dalam kamarnya,

Beberapa lama kemudian, Ami keluar dari kamarnya dengan memakai daster lalu duduk di depan meja makan, kebetulan mereka makannya lesehan.

"Hari ini kita makan sup sayur dengan potongan wortel favorit mu" mama mama membuka tudung saji, lalu menuangkan sup di ke dua mangkuk dan menghidangkannya untuk Ami,

"mama, Ami bisa ambil sendiri" keluh Ami

"sesekali mama ambilkan, ini" ucap mama memberikan semangkuk sup sayur wortel kepada Ami,

Mereka pun makan sambil berbincang santai, "gak nyangka.. ternyata daster mama sudah muat ya di kamu" ucap mama sambil mengaduk-aduk kuah yang ada di mangkuk nya,

"iya dong, Ami kan sudah berumur 14 tahun" sumringah Ami

"lain kali jika uang sudah terkumpul kita akan membeli baju baru, kamu mau kan?"

"Beneran!? Asyiikk!" Ucap Ami dengan sangat antusias, mama hanya menjawab dengan senyuman

"dimakan dulu, nanti tersedak" tegur mama
"hehehehee"

"setelah makan jangan lupa cuci kaki dan tanganmu lalu tidur ya" ucap mama, "baiklah.." jawab Ami

mama pun berdiri dan pergi ke kamarnya.

🌷🌷🌷

//Keesokan harinya

"Ami! Ami! Ayo berangkat ke sekolah!" Panggil sang sahabat di depan rumah.

Ami yang baru saja selesai memakai sepatunya pun berdiri dan pamit kepada sang malaikatnya

"Mama, Ami berangkat sekolah dulu ya" ujar Ami lalu salim kepada mama,

"Iya hati hati ya.. oh ya ini bekalnya" ucap mama lalu memberikan kotak yang berisi makanan

"Mama Ami sudah besar, Ami sudah bisa beli sendiri" awalnya Ami menolak bekalnya

"tidak apa apa, bawa dan makanlah bersama temanmu jika tidak habis"

"Baiklah, terimakasih mama" mau tidak mau Ami menerima bekal dari mama nya dengan kotak bekal bekas Ami TK dulu.

//Di perjalanan

"Ibu mu memberimu bekal?" Tanya Yukie karena penasaran apa yang ada di dalam kresek hitam yang Ami bawa di tangan kanannya itu

"iya, ini bekal buatan mama ku, kenapa?"

"Kau anak kesayangan mama mu ya?" Tanya Yukie "mungkin, karena aku anak satu-satunya" jawab Am

"enaknya.. kau masih dianggap anak kecil dimata mama mu" ujar Yukie
"eh? Bukannya semua orang tua kayak gitu ya? Itu normal kok"

"Mami ku sudah tidak menganggap ku anak kecil lagi, bahkan mami ku sudah tidak pernah membuatkan ku bekal dan mengambilkan ku makan, dan jika aku meminta mami ku untuk mengambil sesuatu, mami selalu bilang ke aku-

'kau itu sudah dewasa Yukie! Cepat ambil sendiri dan jangan manja!' padahal aku sedang asyik-asyiknya menonton drakor, dan juga (bla bla bla)"

selagi Yukie bercerita dan berlagak seolah-olah seperti ibunya yang sedang mengomelinya, Ami pun tersadar, bahwa dia masih dianggap anak kecil, namun Ami tetap menyayangi mama, karena.. ternyata banyak yang ingin di manja oleh orang tuanya seperti ku ya...

"Ami! Ami! Kau gak dengerin cerita ku?" Tanya Yukie kesal

"a-aku nge dengerin kamu kok, hehehee"-Ami

Di kala Ami dan Yukie mengobrol, tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundak Ami, tak lain itu adalah Utamaru.

"Ami" setelah kalimat 'Ami' dilontarkan oleh seorang lelaki, tak lama Ami pun menoleh

"Utamaru! Bikin kaget aja!" Namun.. dilihat lihat.. kenapa wajah Utamaru pucat? Apakah dia sakit? Tapi kenapa dia sekolah jika dia sakit?

"Utamaru? Kamu gak papa?" Tanya Ami khawatir

"muka mu pucet tuh" sambung Yukie

"aku gak apa-apa, aku duluan ya." Tak lama setelah kalimat itu dilontarkan, Utamaru pun pergi meninggalkan Ami dan Yukie,

Hari hari dilewati dengan senang hati, namun hari ini Ami gagal fokus karena terus menerus menatap Utamaru yang pucat di kelas, sepertinya dia demam (?)

🌷🌷🌷

//Skip pulangan sekolah

Murid-murid pun keluar dari sekolah, ada yang ke kantin dulu, ada yang bermain, ada yang sedang menunggu jemputan, namun Ami memilih untuk pulang duluan dan dia baru teringat, bahwa bekalnya belum dia bawa,

"oh ya! aku belum makan bekal ku, kalo aku tidak makan, nanti aku bakalan dimarahin sama mama, bagaimana ini.. nanti aku makan di halte bus saja deh"

ucap batin Ami lalu pergi menuju halte bus kebetulan cuaca hari ini mendung,

🌷🌷🌷

Saat Ami sampai di halte bus, Ami pun duduk disana, lalu hujan datang dengan sendirinya, dan saat Ami ingin membuka kotak bekalnya Ami di kagetkan dengan Utamaru yang basah kuyup

"Utamaru?"
"aku boleh duduk disini?" Tanya Utamaru
"Ah boleh boleh" ucap Ami sedikit bergeser.

"Kenapa muka mu pucat kayak orang demam tadi?" Tanya Ami

"aku memang lagi demam." Tak lama Utamaru membaringkan tubuhnya di kursi halte bus yang panjang itu, dan menjadikan paha Ami adalah bantalnya

"Kalo kamu demam kenapa kamu berangkat sekolah?" Ngomel Ami dengan nada yang tegas

"aku mau ketemu kamu." Ucap Utamaru lalu menutup matanya

"Bukannya bisa lain kali lagi pas kamu sudah sembuh?"

"Gak, aku mau sekarang." Jawab Utamaru dan membuka matanya

"kau cantik sekali." Ucap Utamaru dengan mata berkunang-kunang, seolah-olah dia seperti melihat malaikat di depannya,

"Gausah becanda" ucap Ami dengan muka marah namun memerah,

"aku gak pernah bercanda soal kamu, Ami"

"Kau mau makan? Aku membawa bekal" tanya Ami

"Kalo kamu nawarin buat ku, aku mau" Utamaru pun duduk dan tubuhnya dilapisi dengan cardigan milik Ami supaya tubuhnya tidak kedinginan,

Ami membuka isi kotak bekalnya dan isinya adalah lauk yang di hias ala anak kecil, dan Ami selalu di buatkan bekal seperti itu saat ia masih TK.

Ami agak ragu untuk memberikan bekalnya kepada Utamaru, tapi teman di sampingnya sedang sakit, jadi mau gak mau Ami memberikan bekalnya kepada Utamaru.

"Ini bekal ku, dimakan ya" ucap Ami lalu memberikan bekalnya

"kita bisa makan bareng-bareng kan?" Tanya Utamaru sambil memberikan satu sendok kepada Ami sementara Utamaru makan menggunakan garpu,

"Ayo kita makan bareng-bareng"
"Selamat makan"

Entah kenapa.. mereka hari ini seperti sahabat dekat ya..

"Jangan berharap besok aku kayak gini lagi" ucap Ami judes

"Iyain"

Ami Saputri WijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang