Two 🐨

16 0 0
                                    

Happy Reading

...

Terkadang Nora sering tak habis pikir dengan Rania, beberapa menit lalu gadis itu menariknya keluar dari kelas yang memang sedang tidak ada guru.

Nora pikir sahabatnya itu memintanya untuk menemani touch up di kamar mandi seperti yang biasanya gadis itu lakukan. Namun, justru dirinya dibawa melangkah menuju atap sekolah.

Tempat yang memang sering dibuat para murid badung untuk membolos, Nora pengecualian tentunya. Dia dipaksa.

Tapi yasudahlah, Nora butuh refreshing diri sebentar. Gadis itu menghela nafas lelah, tiga hari belakangan ini ia mendapat banyak masalah. Di tempat kerjanya tentunya.

"Gue hari ini shift malam, gak usah ke rumah." ujar Nora membuka suara. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada teralis besi.

"Kenapa? Liam nanti sendirian dong?" jemari lihai Rania mulai memberikan polesan terakhir pada bibirnya.

Bukannya menjawab Nora justru mendelik melihat hasil akhir touch up Rania. "Lo, mirip cabe-cabean. Tapi versi premium."

BUAHAHAHAHAHA!

Keduanya kompak menoleh, memusatkan pandang pada titik suara terdengar. Rupanya suara tawa tak tahu malu itu milik Naufal, si duta lawak. Jangan ditanya lagi gimana muka Rania sekarang, mood gadis itu turun drastis.

Asher muncul dari balik tubuh besar Naufal, pemuda itu berjalan dengan menenteng kantong plastik besar di tangan. Lalu, Meletakkan barang bawaannya diatas meja usang.

"Gue bawain croissant langganan lo, nih. Gak usah cemberut, Nora bercanda doang. Lo cantik kok, cuman emang lipstik lo kemerahan." ujar Asher, pemuda itu melirik tajam kearah Naufal yang berjalan tertatih memegangi perutnya dan meringis sakit.

"Oner, mana? Kelasnya nggak jamkos?" tanya Nora. Kaki kecilnya dibawa melangkah mendekati tumpukan meja dan kursi yang sudah usang.

Mendudukkan pantatnya diatas meja, matanya melirik kesamping tepat dimana Rania duduk. Gadis itu sudah kembali seperti mood semula, terbukti dengan dia yang memakan roti khas dari Perancis itu dengan bersemangat.

"Iya." jawab Asher singkat, pemuda itu menarik kursi dan duduk tepat di samping Rania. Meraih kaleng minuman bersoda favoritnya, kepalanya mengadah ketika segarnya air soda mengalir di tenggorokannya.

Angin berhembus menerbangkan rambut Asher, Nora terpana. Dan semakin terpana ketika pemuda itu menyugar rambutnya kebelakang. Nora melirik Rania lewat ekor matanya, gadis itu tidak bereaksi apapun.

Sudah rahasia umum bagi mereka bahwa Asher memiliki perasaan tersendiri terhadap Rania, pemuda itu tak pernah bilang. Namun, cukup dari tatapannya saja itu sudah menjelaskan semua.

Ia diam-diam meringis. Sudah dua lelaki yang di tolak mentah-mentah oleh sahabatnya itu. Entah pria seperti apa yang diinginkan Rania, setiap kali dirinya bertanya, gadis itu akan menjawab.

"Yang mustahil."

Nora menoleh ketika merasakan colekan di pinggangnya, Rania menyodorkan satu rotinya. Ia tersenyum kecil, tangan mungilnya meraih roti yang masih rapih di kemasan. Membuka dan melahapnya.

1. Mommy for Henry | Kim JunkyuWhere stories live. Discover now