3. Apa maksudnya?

229 35 4
                                    

Jam baru saja menunjukkan pukul 05.30, di waktu yang se-pagi ini Lyn sudah siap dengan seragam yang membalut tubuhnya.

Kebiasaan bangun pagi dari kehidupan pertamanya terbawa hingga ke kehidupannya saat ini. Padahal kalau dia bangun pukul 7 pun tak akan ada yang marah dan memukulinya.

Sekolah masuk pada pukul 07.30, mungkin Lyn akan bersantai lebih dulu sekarang.

Duduk di depan cermin, ia kembali melihat berbagai macam makeup dan skincare yang berjejer. Lyn mungkin hanya tau lipstik, eyeshadow, eyeliner, bedak, namun hanya sekedar nama. Dia sama sekali tidak pernah mencoba, apalagi memiliki. Untuk makan saja susah, jadi tidak ada dalam pikirannya sekalipun untuk membeli skincare ataupun makeup.

Tapi berhubung skincare dan makeup sudah ada di depannya apa salahnya memakainya kan? Namun sebaiknya ia mencari cara yang tepat untuk menggunakannya.

Beranjak dari tempat duduknya Lyn mencari benda berbentuk persegi panjang. Saat di rumah sakit dia sama sekali tidak melihat benda itu di sekitarnya. Jadi dia berpikir, mungkin benda itu tertinggal di rumahnya.

Setelah menggeledah di seluruh tempat, mulai dari laci, kamar mandi, kasur sampai di lantai. Dan Lyn menemukannya di dalam lemari. Ia menghela napas, setelah berputar untuk mencari benda bernama handphone, nyatanya benda itu ditemukan di tumpukan baju.

Lyn memencet tombol power dan handphone itu menyala. Tidak banyak aplikasi yang ada di benda itu membuat Lyn tidak kesusahan untuk mencari. Akhirnya aplikasi yang untuk melihat video bernama YouTube itu ditemukan.

Lyn sedikit mensyukuri kenakalannya dulu yang meminjam sebentar handphone dari pengurus panti asuhan karena penasaran. Dan beruntungnya pengurus itu tidak mencurigai dirinya yang mengambil ponselnya.

'Macam-macam skincare dan kegunaannya'

'Urutan memakai skincare'

Dan berbagai video langsung muncul setelah dia memencet tombol telusuri. Lyn menonton video yang menurutnya pas kemudian melakukan sesuai cara-cara di video.

Sekali lagi gadis itu berdecak kagum melihat paras tubuh yang menjadi miliknya ini. Rambut pendek sebahu yang sejak dulu menjadi favoritnya, bibir yang berwarna pink pucat, dan kulit wajahnya yang mulus meskipun kini terdapat bekas luka di bagian dahi dan alisnya.

Pandangannya beralih dari kaca ke ponsel. Ia penasaran dengan isi galeri dari si Ella, apakah penuh dengan foto dari lelaki yang pernah ditembaknya?

Dan..

Tak ada foto lelaki itu sama sekali di galerinya. Hanya ada foto dirinya sendiri, entah itu selca maupun mirror selfie.

Lyn menghela napas, setidaknya dia tidak perlu menghapus foto paparazi ataupun foto dari lelaki yang disukai oleh Ella.

Sikap Ella terlalu aneh. Dia confess ke pemuda itu saat akhir semester 2 di kelas 10 dan setelah itu Ella terus memberi sesuatu kepada crush-nya. Namun, Lyn masih ingat dengan kehidupan Ella yang diperlihatkan kepadanya, tidak ada satu peristiwa pun saat Ella terlihat salah tingkah saat bertemu pemuda itu. Bukankah aneh?

"Ella.. gue ga tau apa motif Lo confess ke cowok itu sedangkan Lo sendiri sama sekali ga keliatan suka sama dia," Lyn bergumam sambil mengetukkan jarinya ke meja rias, "tapi, seenggaknya sikap Lo bukan kayak orang bucin tolol yang malu-maluin. Mm, meskipun pas confess Lo kelihatan kek wanita penghibur."

Kuku dengan cat hitam itu terus diketuk-ketukkan ke meja dan menimbulkan suara berisik.

"Kalau gue tiba-tiba ga ngedeketin si rel-rel itu nanti dikira nyari perhatian. Dih, amit-amit. Kalau bersikap tetap kayak si Ella sih juga ga mau!" monolognya di depan cermin.

Lyn berpikir sesaat kemudian menjetikkan jarinya ketika menemukan sebuah ide.

Ctik. "Nah, kalau gitu dia juga ga bakalan curiga kan?"

***

Waktu masih menunjukkan pukul 06.45, 45 menit lagi sebelum gerbang ditutup tetapi Lyn sudah sampai di sekolah. Dia berjalan dengan santai sembari menenteng kresek putih yang berisi susu dan roti coklat. Tangan kanannya juga tidak kosong, ada sandwich buah yang sudah dimakan setengah.

Belum banyak siswa yang datang, hanya ada beberapa siswa yang sudah ada di sekolah, dapat dihitung dengan jari. Murid yang berpapasan dengannya memilih menunduk dan pura-pura tak melihatnya. Lyn menduga mereka takut kepadanya, tepatnya tubuh yang dia tempati. Meskipun begitu Lyn tidak terlalu memikirkan, selama mereka tidak mengusiknya dia tidak akan berbuat ulah.

Dia melihat papan kecil di samping pintu yang bertuliskan XI MIPA 1 kemudian memasuki kelasnya. Hanya ada satu siswa yang berada di kelas, ia hanya meliriknya sekilas. Gadis itu mengambil kresek putih di tangan kirinya lalu meletakkannya di laci meja kemudian pergi.

Dia hanya akan meneruskan kebiasaan Ella, namun mengurangi intensitasnya. Jadi dia tidak akan dianggap mencari perhatian karena tiba-tiba berhenti memberi crushnya itu sesuatu.

Kemudian gadis itu berjalan menuju kelasnya, XI IPS 4. Kelas yang bisa dibilang terbelakang. Sesuai yang Lyn ingat, Ella memang malas-malasan dalam belajar sejak kecil. Tak heran nilainya selalu jelek, otomatis keluarga besarnya tidak menganggapnya.

Apakah Lyn akan membuat Ralyn Cantrella menjadi pintar, disayang guru, keluarga besar, peringkat 1 paralel, banyak teman karena dia sangat pintar. Pokoknya overpower dalam beberapa hari. Tentu saja, tidak.

Maaf saja dia juga sama bodohnya seperti Ella asli. Tinggal di panti asuhan yang kumuh dan pengurusnya seperti penyihir tua membuatnya tidak memiliki pengetahuan yang cukup seperti anak-anak seusianya. Dia hanya diajari cara membaca dan berhitung.

Dalam hatinya ia tertawa. Sungguh beruntung Eve menempati raga Ella. Sudah kaya, cantik, tubuh bak model, bodoh pun masih mendapat uang meskipun tidak sebanyak saudaranya yang lain. Lyn juga bersyukur, kebodohannya itu tidak terlalu terlihat karena dia berada di tubuh Ella yang sama bodohnya.

Sesampainya duduk di kursi yang sering ditempati Ella, Lyn mengeluarkan ponselnya. Ia membuka aplikasi bernama Instagram. Model aplikasinya mirip seperti aplikasi di kehidupannya dulu, jadi dia membukanya.

Lyn ingat pernah mengintip handphone seorang wanita. Wanita itu membuka sebuah aplikasi yang mirip dengan kamera berwarna ungu. Kemudian wanita itu menggeser layarnya ke kiri. Terlihat komuk kagetnya saat melihat dirinya sendiri di kamera. Namun tak berselang lama, wanita itu sudah berfoto-foto ria. Dan yang membuat Eve kaget, wajah wanita itu yang awalnya kusam dengan kantong mata menjadi putih (terlalu putih menurut Eve), bibir merah, dan pipi yang kepink-pinkan. Seperti disihir, namun hanya terlihat di handphone saja.

Lyn mengikuti cara wanita di ingatannya itu. Ia berdecak kagum melihat wajah milik Ella, sangat cantik. Tak berlama-lama ia segera berfoto.

Memang dari sisi manapun Ella itu cantik. Bukan cantik seperti ibu peri, namun seperti antagonis di film-film. Yang kebanyakan antagonis lebih cantik menawan ketimbang protagonis. Eve sendiri juga pandai bergaya. Meskipun penampilannya dulu sangat kusam dan dekil, dia sering bergaya di kaca toko, spion orang, atau tempat lainnya.

Setelah menemukan foto yang paling bagus dia mengunggahnya. Lyn melihat akun milik Ella. Ada hampir 10.000 pengikut. Beringas - beringas gini pengikutnya banyak juga. Batin Lyn. Tapi yang membuat ia salah fokus adalah postingannya.

Terdapat foto Ella yang mengenakan kaos putih tanpa lengan, celana hitam, jaket kulit berwarna coklat, sepatu boots selutut. Yang membuat Lyn shock adalah kaos dan celana yang dipakai hampir berukuran sama. Alias itu celana model hot pants (milik Ella mirip celana dalam saking pendeknya) yang menunjukkan kaki jenjangnya.

Lyn benar-benar menyukai Ella yang tidak takut menunjukkan pesonanya. Dan Ella bukan tipe orang yang memikirkan pandangan orang lain terhadapnya.

Lihat saja komentarnya yang..

Call me Lyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang