Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‟Aisa, bapak boleh minta tolong ke gudang tidak buat menyimpan kembali peralatan ini?” Tanya Pak George, menunjuk kepada satu kardus yang berisi peralatan olahraga.
Kebetulan disana cuma ada Aisa aja, karena temen-temannya yang lain udah pada pergi ke kantin.
‟Boleh pak.” Sahut Aisa sopan.
‟Terimakasih ya nak,”
‟Iya pak sama sama.”
Akhirnya mau ga mau Aisa pergi ke gudang buat menyimpan peralatan sehabis olahraga itu, awalnya Aisa dikagetkan dengan sosok Reyhan yang udah tiduran di gudang.
‟Loh Reyhan, udah disini aja.” Kata Aisa, ngga habis pikir perasaan tadi Reyhan masih disekitaran lapang.
‟Iya, mau tidur.” Sahut Reyhan.
‟Ya harusnya dirumah kalau mau tidur,”
‟Haha iya ya.”
Setelah itu hening, Aisa sibuk naro kembali peralatan olahraga yang baru aja di pake latihan sama kelasnya.
‟Disuruh pak George?” Tanya Reyhan, membuat Aisa yang semula fokus otomatis melirik kearahnya.
‟Iya,” Sahut Aisa seadanya.
‟Berat?”
‟Dikit,”
‟Kenapa ga minta bantuin yang lain?” Tanya Reyhan lagi, kali ini sambil beranjak dari duduknya dan ikut berjongkok disebelah Aisa. Berniat buat ikut membantu membereskan peralatan.
AISA AWALNYA KAGET SIH.
‟Yang lain udah pada pergi hehe,”
Setelah itu hanya keheningan diantara mereka, sampai angin yang berhembus kencang membuat pintu gudang itu tertutup dengan sangat keras.
‟Ketutup?” Tanya Reyhan sambil beranjak dan berjalan kearah pintu.
‟Hah. Terus gimana dong? Kita ga bisa keluar kalo kaya gini?”
Reyhan mengangguk pelan.
‟Iya ga bisa dibuka nih,” Jelas Reyhan.
Tak lama setelah itu, bel masuk berbunyi menandakan jam pelajaran kedua akan segera dimulai. Aisa yang tadinya panik semakin panik, mengetahui hal itu.
‟Aduh udah jam kedua lagi Rey, gimana ini? Temen temen yang lain pasti ga bisa bantuin kalo kayak gini,” Kata Aisa sambil mencoba menghubungi salah satu temannya berharap ada yang bisa membantu.
‟Iya ya..” Sahut Reyhan pelan dan kembali menjauhi pintu, lalu duduk dengan kelewat santai didepan Aisa.
INI SIH SANTAI BANGET.
‟Udah tenang dulu Ais, gua juga udah coba minta bantuan sama Azka siapa tau ada yang mau bantuin. Lo duduk sini aja dulu,” Kata Reyhan menepuk tempat tepat di sebelahnya.
Ya karena ngga ada gunanya panik sendiri, karena dia juga ga bisa ngapa ngapain akhirnya Aisa ikut duduk.
Ada dua hal yang bisa menjelaskan suasana disini, HENING DAN CANGGUNG.
Ditengah-tengah keheningannya itu, Reyhan malah tiba-tiba mendekatkan tubuhnya ke Aisa dan menyenderkan kepalanya ke pundak gadis itu. Aisa tersentak kaget sama tingkahnya.
‟Boleh gua tidur bentar?” Tanya Reyhan.
Tanpa mendapat persetujuan dari Aisa, Reyhan sekarang udah terlelap tidur.
‟Ah iya..” Sahut Aisa pelan.
HENING, SUNYI, CANGGUNG, sejujurnya jantung Aisa udah degdegan ga karuan.
‟Sa?” Panggil Reyhan.
‟Kenapa?”
‟Kayaknya gua suka sama lo,”
WOI BISA-BISANYA DISAAT BEGINI.
‟Ooh..” Sahut Aisa pelan, dia bingung harus berkata apalagi. Beda lagi sama Reyhan yang sekarang terkekeh kecil.
‟Oh aja?” Tanya Reyhan.
‟Bingung..”
‟Boleh ga kalo gua deketin lo?”
‟AISS LO GA PAPA KAN SAYANG??” Teriak Nindya bersamaan dengan pintu yang terbuka lebar, membuat Aisa maupun Reyhan terkejut bersamaan.
‟Astaghfirullah Rey, Ais, lo berdua abis ngapain aja??” Tanya Sonya berdecak ga percaya, sambil geleng-geleng.
‟Ga ngapa-ngapain,” Sahut Aisa cepat dan segera beranjak dari duduknya.
‟By the way, ini pintunya ga rusak kok.” Kata Azka bikin mata Aisa melotot ga percaya, Aisa langsung aja melirik Reyhan yang pura-pura nggak liat.
