13🕖

113 20 4
                                    

BUGH!! BRUGH!!

Hantaman kencang itu kembali pria itu terima namun dari pelaku yang berbeda.

"MIKE?! ARE YOU CRAZY?!" Umpat Johny pada sang pemukul.

"Ya! Saya gila! Tapi setidaknya saya masih punya hati nurani dan adab yang baik pada sesama manusia. Sedangkan kamu?! Hati kamu sudah mati sehingga kamu bisa bertindak sekeji ini!"

"Mike! Kamu jangan terpengaruh dengan perkataan para bocah kampung yang tidak berpendidikan itu! Mereka semua adalah penipu ulung, apa lagi si kecil yang di kursi roda itu! Akting seorang aktor ternama pun kalah olehnya jika berhubungan dengan harta."

"Mereka itu hanya para penjilat rendahan!" Umpat Johny kejam.

"Tutup mulut kamu!" Kecam pak Minto tegas.

"Tanpa perlu mendengarkan pengakuan dari mereka, aku sudah bisa menyimpulkan siapa kau sebenarnya Johny! Tidak ku sangka pertemanan kita yang sudah bagaikan saudara kau anggap hanya ikatan bisnis semata, sehingga kau bisa melakukan semua ini padaku! Kenap Johny? Apakah pembagian hasil kita kurang memuaskan atau memang kau saja yang haus akan harta?!"

Pak Minto melemparkan setumpuk laporan keuangan yang sudah dia rekap dari beberapa rekening milik Johny. Jumlah yang tak main-main mengalir setiap harinya tanpa dapat dicurigai.

Jemmy yang penasaran mulai membaca satu persatu kertas yang berserakan tersebut. Hatinya hancur, bagaimana bisa ayah yang sejak dahulu membesarkan dan mendidiknya menjadi orang yang bermatabat ternyata adalah seorang koruptor yang ulung.

"Ini hanya sebagian bukti yang telah aku kumpulkan, sisanya sudah ku serahkan seluruhnya pada pihak kepolisian." Sambung Pak Minto.

"Kkk --- KEPARAT KAU MIKE!! TERNYATA KAU MUSUH DALAM SELIMUT!!" Johny bangkit dengan cepat, seraya mengayunkan tinju mautnya kearah pak Minto yang lengah.

Diki yang berdiri paling dekat segera menangkis serangan Johny dengan kuda-kuda yang mantap. Yang muda lantas mengunci pergerakan si tua bangka itu agar tak lagi bisa melukai orang-orang disana.

Di tengah keributan, muncul sebuah mobil dengan logo kepolisian menepi di depan gerbang rumah besar itu. Beberapa anggota pun turun dengan berbekal selembar surat penangkapan di lengannya.

"Permisi! Apa benar disini rumah saudara Johny Teen?"

"Bener pak! Nih orangnya! Ambil deh sebelum saya piting lehernya!" Jawab Diki.

"Tangkap dia!"

"Baik pak!"

Dua orang petugas mendekat dan langsung memborgol kedua tangan Johny. Yang tua meronta namun tentunya tak semudah itu dirinnya bisa lepas dari cengkraman hukum.

"Bapak Johny Teen! Kami menangkap bapak atas laporan percobaan pembunuhan, penggelapan dana, dan juga penyalahgunaan perijinan negara. Oleh karenanya, bapak diwajibkan untuk ikut kekantor guna pemeriksaan lebih lanjut."

"TIDAK!! SAYA TIDAK BERSALAH!! ITU SEMUA FITNAH!! SEMUANYA FITNAH!!"

"Bapak bisa jelaskan itu di kantor. Bawa masuk ke mobil!"

"SIAP DAN!!"

Jemmy tertunduk lemas. Dia seakan tak memiliki wajah lagi untuk menatap orang-orang, bahkan hanya untuk mengangkat kepalanya saja dia merasa tak layak.

Syakil yang turut merasakan keterpurukan Jemmy pun menyenggol ringan lengan Bara. Memberi isyarat untuk segera menyelamatkan kekasih tercinta sang kakak dari jurang kehancuran. Namun Bara memilih acuh dengan wajah dinginnya.

"Maaf.... Aku mewakili Daddy meminta maaf pada kalian semua.. maafkan atas semua kesalahan dan kekhilafan yang Daddy lakukan. Aku memohon pengampunan kalian... Maafkan keluargaku, maaff..." Jemmy bersujud di hadapan semuanya. Wajah manis itu menekuk rendah hampir bersentuhan dengan tanah. Air mata jelas mengalir deras dari pelupuk matanya yang lelah.

[BL] Different TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang