12🕖

126 20 12
                                    

Syakil masih termenung memandangi benda berkilauan di hadapannya. Jujur, saat ini dia tak mengerti harus melakukan atau berkata apa? Mentalnya sama sekali belum siap untuk menghadapi hal besar seperti ini.

"Syakil? Kamu mau kan menikah dengan saya? Mau kan?" Chris terus mengulang pertanyaannya.

"Nikah? Siapa yang mau nikah?!" Tanya Hanaga ketus seraya berdiri dengan tatapan runcing di depan pintu ruang rawat.

"Kucing! Iya kucingnya om bule mau nikah, hahaha... Ya kan om...?" Ucap Syakil seraya memberikan kode pada Chris untuk menyembunyikan benda berkilau itu dari tatapan sang kakak sulung.

"Oh kirain apa." Tanpa curiga Hanaga masuk dan meletakan barang bawaannya di sisi lain ranjang Syakil sementara dua orang disana menatap resah keberadaan pemuda tampan itu.

"Pak Chris, saya ingin menyakan pada anda tentang perkembangan kasus adik saya. Apakah ada informasi terkini dari kepolisian tentang kasus ini?"

"Pagi ini saya mendapatkan laporan jika dua dari tiga tersangka sudah berhasil di amankan di kantor kepolisian dan tengah dimintai keterangan lebih lanjut tentang keterlibatan dan peran masing-masing pelaku dalam peristiwa tersebut."

"Umh baguslah..." Jawab Hanaga murung, seolah tak puas atas berita yang Chris sampaikan.

"Sebenarnya... Saya ada menaruh curiga pada satu orang." Lanjut Hanaga.

"Benarkah? Siapa?"

"Saya curiga... Bila... Bapak dari Jemmy, pacar Bara adalah dalang utama di balik kecelakaan ini."

"Kenapa anda bisa berasumsi demikian?"

"Sebenarnya, kemarin sore, saat saya pulang untuk mengambil pakaian Syakil, saya tidak sengaja berpapasan dengan bapak Jemmy di ujung gang perum. Dia terlihat menjumpai seseorang dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi dan mata yang tajam seperti elang."

"Dari jauh, saya dapat menerka jika keduanya sedang melakukan sebuah transaksi. Saya melihat bapak Jemmy memberikan sebuah amplop tebal kepada orang itu sambil sesekali matanya mengamati keadaan sekitar dengan resah. Setelah itu mereka pun berpisah begitu saja seperti tidak saling mengenal."

Chris memperhatikan dengan seksama kesaksian Hanaga sampai fokusnya tiba-tiba tersita oleh deringan nyaring di ponselnya. Chris pun sedikit berjalan menjauh untuk memastikan privasinya.

[📞] "Iya, selamat pagi. Begitu? Saya sungguh lega mendengarnya. Tapi?____"

Setelah satu kata itu, Chris tak lagi menanggapi pembicar dari balik sambungan telponnya. Kini matanya berganti menatap dua orang kakak beradik itu dengan resah.

[📞] "Hm, saya mengerti. Terimaksih."

Chris pun menutup sambungan telponnya dan berjalan mendekati Hanaga yang menantikan kabar dari pria asing itu.

"Polisi sudah berhasil menangkap pelaku terakhir. Dia ditangkap di daerah Sentul dekat terminal, sepertinya dia akan melarikan diri keluar kota." Ungkap Chris.

"Benarkah? Syukurlah." Jawab Hanaga sedikit lega.

"Tapi.... Polisi mengungkapkan fakta baru. Jika ada terduga pelaku ke empat yang menjadi dalang utama di balik kasus kecelakaan Bara dan Syakil."

"Dia merupakan otak sekaligus donatur bagi ketiga pelaku penyerangan."

Dari tatapa Chris yang dalam, Hanaga seolah dapat menerka nama dari pelaku keempat tersebut melalui jalur telepati.

"Johny Teen... Adalah dalang dari semua ini." Lanjut Chris hati-hati.

"Johny Teen? Umhh... Kayak pernah denger... Tapi dimana ya?" Gumam Syakil.

[BL] Different TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang