Alisha Alka, adikku ini memang benar-benar menggemaskan. Dia memiliki sifat yang ramah dan sedikit centil, hal itu membuat siapapun yang bertemu dengannya pasti akan langsung merasa nyaman.
"Sayang, bangun" guncangan di bahu membuat mataku terbuka.
Seorang wanita tersenyum manis ke arahku, malaikat tak bersayap yang telah melahirkanku dan adikku di dunia ini.
"Pagi Bu" sapaku sambil tersenyum ke arahnya.
"Nak, tolong bangunin adikmu ya, anterin dia daftar ke sekolah yang dia mau nanti. Tidurnya pulas banget kaya orang pingsan, ibu gak tega mau bangunin"
Aku mengangguk seraya tersenyum, begitulah ibuku, pekerjaan nya sebagai perawat membuatnya tidak sempat untuk menghabiskan waktu dengan keluarga kecilnya. Ayahku? Dia seorang pelaut, tentu saja kepulangan nya selama setahun bisa dihitung jari.
Setelah ibuku berangkat, aku bergegas mandi dan memasak sarapan untuk adikku tersayang itu. Kubiarkan dia untuk menjelajahi alam mimpinya lebih lama, aku baru akan membangunkannya setelah sarapan siap.
"Pagi princess" ucapku seraya membuka gorden, membiarkan sinar matahari menerobos masuk dan langsung menyinari wajah Alisha.
"Kakak," ujarnya mengerucutkan bibir kesal.
Aku terkikik geli melihat itu, lantas duduk di tepi ranjang.
"Kamu jadi daftar ke SMA Bhakti Persada?" Ujarku bertanya serius.
Adikku itu mengangguk mantap sebagai jawaban.
"Okay, cepetan siap-siap. Kalo dalam waktu sepuluh menit kamu belum juga selesai, kakak gamau anter kamu" ujarku mengancam yang membuatnya berlari untuk mandi.
***
Aku segera memakaikan helm untuk Alisha dan menyuruhnya agar segera naik di jok belakang motorku.
Aku berkendara dengan kecepatan sedang seraya menggoda adikku, membuatnya takut akan masa pengenalan lingkungan sekolah barunya. Hal yang membuatku paling bahagia adalah ketika dia mulai terpengaruh ucapanku dan mulai ketakutan memikirkan dirinya akan dikerjai oleh para seniornya.
Tigah puluh menit berkendara, motorku mulai memasuki gerbang SMA Bhakti Persada.
Ku parkirkan kendaraanku di halaman depan dari sekolah itu. Satpam yang berjaga menyapa kami ramah dan mulai mengarahkan tata cara pendaftaran. Aku segera mengangguk ketika satpam itu selesai dengan penjelasannya. Tidak lupa kuucapkan terimakasih atas bantuannya sebelum aku dan adikku mulai bergegas menuju ruangan yang telah dimaksud oleh satpam tadi.
Kulihat wajah adikku yang mulai muram, aku tahu betul ketakutannya saat ini. Aku mengelus pelan bahunya dan membuat sang empu tersenyum.
"Gausah takut, semua akan baik-baik saja" ujarku menenangkan dan dia mengangguk.
Langkah kaki kami berhenti pada sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat. Aku sedikit heran, kenapa harus ditutup? Bukankah ruangan ini dikhususkan untuk melayani calon peserta didik baru?
Aku mulai mengangkat tanganku untuk mengetuk pintu. Namun sebelum itu terjadi, pintu terbuka dan memunculkan seorang gadis yang usianya mungkin satu tahun di bawahku. Dia tersenyum manis dan mengangguk sopan.
Gadis itu lantas menjelaskan keadaan saat ini, alasan kenapa pintu itu tertutup.
"Mohon maaf kak, Bapak/Ibu guru yang bertanggung jawab untuk mengurus penerimaan peserta didik baru masih beristirahat makan siang. Mohon kesediaan kakak dan adik untuk menunggu sebentar hingga Bapak/Ibu guru selesai" ujarnya sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I realized I was wrong
Teen FictionAku tahu aku salah, namun aku percaya bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan takdir setiap hamba-Nya. Apapun yang aku alami kini telah kuterima sebagai takdirku. Jika memang benar karma itu ada, maka kupersilakan dia datang dan menghukumku...