"Kak, bangun ih!"
Aku membuka mataku perlahan, samar-samar melihat bayangan seorang gadis. Alisha dengan muka masam nya lah yang menyambutku pertama kali hari ini.
"Kenapa dek?" tanyaku malas.
"Bangun! Udah siang juga" ujarnya membuatku gemas.
"Kenapa? Tumben banget bangunin kakak, biasanya juga bodoamat kakak bangun atau enggak" ujarku menggoda yang membuatnya mendelik kesal.
"Hustt! Kakak ini bilang apa? Udah ah buruan mandi, habis itu anterin aku buat ambil seragam di sekolah" ujarnya sambil tersenyum menampilkan gigi putih rapinya.
"Ohh jadi ini maksudnya? Jadi perduli sama kakak cuma karena ada maunya?" ujarku sinis yang membuatnya memelukku seketika.
Aku terkekeh dan memeluknya sayang, lantas beranjak dari ranjangku untuk mandi.
***
"Kak, adek minta tolong dianterin ke sekolah katanya" ibuku berujar seraya menuangkan jus jeruk ke dalam gelasku.
Aku mengangguk, mengiyakan ucapan ibu. Ibu hanya tersenyum menatapku yang sedang menyantap nasi goreng buatannya.
Tak lama Alisha turun dan bergabung bersama kami. Dia terlihat begitu sibuk dengan ranselnya. Entah apa yang akan ia bawa ke sekolah nanti, sampai tas nya terlihat penuh.
"Dek kamu ngapain bawa ransel Segede itu?" Tanyaku heran.
Adikku itu hanya tersenyum menunjukkan giginya.
"Aku mau kasih sesuatu ke seseorang kak" ujarnya masih terus tersenyum.
Aku tersedak mendengar penjelasannya. Begitupun ibuku yang tampak melotot ke arah Alisha. Sedangkan sang empu hanya tersenyum salah tingkah.
"Mau kasih apa? Ke siapa?" Tanyaku bingung. Ibuku juga tampak menunggu jawaban dari putri bungsunya itu.
"Ada deh kak, kakak gausah kepo" ujarnya yang membuatku mendelik ke arahnya.
"Kamu udah mulai jatuh cinta?" tanya ibu kemudian yang membuatku mengulum senyum. Aku tidak mengerti kenapa pertanyaan itu terasa menggelikan.
Alisha tampak tersenyum dan menutup mukanya. Wajahnya memerah salah tingkah.
Aku dan ibu saling melempar pandang dan menggeleng, merasa lucu dengan tingkah Alisha.
"Dasar," gumamku lirih
***
Aku dan Alisha duduk pada sebuah gazebo. Kutatap kerumunan orang yang sedang mengantri untuk mendapatkan seragam. Aku dan Alisha yang pada dasarnya malas untuk berurusan dengan ras terkuat di muka bumi akhirnya mengalah dan duduk disini.
Ibu-ibu itu tampak berdesakan, saling adu mulut dan tidak mau mengalah. Mereka saling berebut untuk mendapatkan urutan pertama dan segera mendapatkan seragam putra-putri mereka.
Alisha tampak malas, ia memanyunkan bibir dan membuang muka ke arah kamar mandi. Tiba-tiba wajahnya tampak antusias.
Dengan senyum lebar menghiasi wajahnya, ia pamit untuk pergi ke kamar mandi sebentar. Aku yang melihatnya begitu aneh pun mencurigainya. Aku mengiyakan keinginannya. Ia tampak senang lantas segera berlari membawa ransel nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I realized I was wrong
Roman pour AdolescentsAku tahu aku salah, namun aku percaya bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan takdir setiap hamba-Nya. Apapun yang aku alami kini telah kuterima sebagai takdirku. Jika memang benar karma itu ada, maka kupersilakan dia datang dan menghukumku...