•PROLOG•

8 0 0
                                    

[Happy Reading Buciners]

Kriett....

Suara derit pintu usang itu terbuka lebar, menampilkan ruangan penuh debu yang sangat suram. Di ambang pintu, sosok gadis dengan tubuh yang indah terbalut gaun putih bersih berdiri tegap. Parasnya yang menawan memancarkan kepolosan dan keluguan seorang gadis muda.

Perlahan kaki panjangnya melangkah masuk, dia mengibaskan tangannya saat debu-debu beterbangan. Berjalan menuju jendela dan dia membuka jendela itu lebar-lebar. Dalam sekejap, ruangan suram itu disinari oleh matahari di musim dingin.

Sosok yang tampak lembut itu menghirup udara segar dalam-dalam. Tampak sangat menikmati pemandangan dari atas kastil.

Sementara di sudut ruangan, sepasang mata dingin nan tajam memperhatikan gerak-gerik gadis menawan itu. Dia hanya diam dengan tatapan tajam di sudut yang gelap, seperti binatang buas yang mengintai mangsanya.

"Sudah berapa lama?" suara lembut itu keluar dari bibir gadis itu. Dia, Lucyana Stonless. Putri ketiga dari Kerajaan Nevrada. Ah, tidak. Sekarang, lebih tepatnya adalah Putri Agung dari Kerajaan Nevrada yang saat ini telah berganti Rezim.

"Kakak, apakah kamu merindukanku?" sudut bibir Lucyana melengkung membentuk senyuman yang indah, menatap tenang pada sosok di sudut ruangan.

Sepasang mata tajam itu menatap Lucyana tanpa kedip. Dia tidak menjawab apa pun dengan pertanyaan konyol itu. Merindukan? Heh, ya, dia sangat merindukan adik kecilnya itu sampai ingin mencabik-cabik dagingnya untuk membalas setiap rasa sakitnya!

Di sudut ruangan yang gelap itu, sosok manusia dengan tubuh kurus yang hanya menyisakan tulang terbalut kulit itu tampak menyedihkan. Rambutnya yang panjang sangat berantakan seperti rumput kering, kulitnya yang dulu putih berubah kekuningan dan pucat. Kedua tangan dan kakinya di belenggu, membatasi ruang pergerakannya.

Dia, Camellia Stonless, dulunya adalah Putri Agung di Kerajaan Nevrada. Sosok yang sangat di kagumi oleh rakyat Nevrada. Merupakan simbol kekuatan dan keberuntungan di Negeri Nevrada. Jika orang-orang mendengar namanya, dada mereka akan mendidih karena semangat perjuangan. Gelar Putri Agung bukan semata karena dia adalah anak kedua dari Raja dan Permaisuri, melainkan karena keberaniannya dalam mengalahkan musuh-musuhnya di medan perang.

Dia berbeda dari putri lainnya, saat seseorang yang terlahir dengan gelar putri akan memanjakan diri dengan kemuliaan dan kemewahan, dia sedang bertarung di arena dengan kakak laki-lakinya. Di saat putri lain sedang belajar sastra, melukis, bernyanyi, menari, maka dia sedang belajar cara berpedang, memanah, dan menjatuhkan lawan dengan licik. Dia terlahir sebagai putri yang tangguh dengan tangan kasar yang setiap harinya memegang pedang, siapa sangka akan menjadi sosok yang menyedihkan seperti saat ini? Dan itu karena campur tangan seseorang yang selama ini dia panggil adik!

Menatap dingin pada gadis cantik di depannya. Sosoknya yang memiliki lekuk tubuh yang indah dan ramping, menghalangi cahaya matahari dari jendela. Dia tampak bersinar dan lembut. Bersih dan suci, tampak seperti bayi tanpa dosa.

Dia adalah gadis kecil yang dulu selalu menjadi 'ekornya'. Selalu memanggilnya kakak dengan suara yang lembut dan riang. Senyumnya yang polos, tingkahnya yang manja dan penuh perhatian selalu membuat hatinya yang keras luluh. Siapa yang menyangka, kelembutan hatinya malah dimanfaatkan untuk menjatuhkannya ke titik terendah seperti ini?

Lucyana mendekatinya, dia berjongkok dan mencengkram dagu lancip Camellia.

"Apakah kakak menyesal?" Nada itu terdengar meremehkan.

Lucyana melepaskan cengkramannya dan berkata dengan lembut, "Apakah kamu ingin menebus kesalahanmu?"

Lucyana menatap Camellia lekat, matanya yang bulat dan jernih tampak berbinar bahagia.

The Rebirth Of Princess CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang