Chap. 2

2 0 0
                                    

[Happy Reading Buciners]
.
.
.


"P-putri," seorang Kasim membungkuk dengan hormat. Pria tua itu merasa gugup saat melihat kedatangan Camellia yang tiba-tiba ke ruang kerja Raja. Semua orang di istana juga tahu, pasangan ayah dan anak itu selalu bertengkar karena perbedaan pendapat.

Camellia yang ditatap dengan aneh tidak mengatakan apa pun. Tanpa memberi kesempatan pada kasim itu untuk bereaksi, dia membuka ruang kerja Raja dengan cepat. Menimbulkan suara benturan yang nyaring.

"Siapa yang berani—"

"Camellia?"

Belum sempat kemarahan Raja terlampiaskan, semua amarahnya langsung menguap begitu melihat seorang gadis remaja dengan gaun merah menyalanya. Itu menampilkan sisi yang berani dan liar. Ah, putrinya memang memiliki penampilan luar biasa.

"Ada apa? Apakah kamu—"

Grepp....

Tubuh Damian membeku. Dia menatap heran pada gadis yang kini memeluknya dengan erat.

"Ayah, maaf ...." Camellia membenamkan wajahnya ke dada bidang Damian. Menekan rasa sesak yang menyerang dadanya. Di antara yang lain, dia paling berdosa pada ayahnya. Bahkan sebelum kematiannya ... dia tidak sempat untuk mengatakan kalimat baik. Yang ada hanya perdebatan panas dan sengit.

"H-hey, apa yang terjadi?" tanya Damian cemas. Dia paling tahu bagaimana ego putrinya yang begitu tinggi. Dibanding putranya—Orlando, yang lebih penyabar seperti ibunya, Camellia sendiri memiliki tempramen yang buruk, sama seperti dirinya. Putrinya ini juga memiliki ego yang tinggi, sangat sulit membuatnya meminta maaf meski dia tahu dia salah.

"Maaf selalu mendebatmu dan kata-kata kasarku," lirih Camellia.

"Raja, aku—" perkataan Kasim terhenti begitu melihat pemandangan luar biasa di ruang kerja Raja.

Damian melotot garang padanya, membuat Kasim itu menciut dan diam-diam mengambil langkah mundur.

"Apakah dunia sedang terbalik? Sejak kapan kedua orang itu menjadi akrab?" gumam Kasim bingung.

"Lepaskan, lepaskan dulu. Jangan bertingkah aneh seperti ini," ujar Damian sambil mendorong tubuh Camellia. Tapi gadis itu dengan keras kepala membelitkan tangan kecilnya pada pinggang Damian.

"Apakah ayah masih marah?"

Damian sontak gugup mendengarnya, pertanyaan aneh apa itu. Marah? Sejak kapan gadis ini peduli apakah dia marah atau tidak?! Bahkan setelah membuat emosinya campur aduk pun, gadis itu dengan kejam langsung pergi begitu saja meninggalkan istana dan menginap di barak militer. Dia tidak akan pulang sebelum Orlando menyeretnya pulang.

"Camellia, apakah kamu ... bertemu dengan roh pengganggu?" tanya Damian tiba-tiba yang langsung mendapatkan tinjauan keras di dadanya.

Damian meringis, menatap gadis kecil yang berdiri dengan kesal di depannya. Wajah mungilnya tampak basah karena air mata, mata Phoenixnya tampak memerah.

Sebagai seorang ayah, Damian mendadak gugup saat memikirkan usia putrinya yang sudah berusia 15 tahun. Itu adalah usia yang seharusnya sudah memiliki tunangan. Rasanya ... dia tidak rela kecantikan putrinya harus dibagi dengan pria lain.

"Melli, apakah kamu sudah menyukai seseorang?" tanya Damian yang mendapat pelototan garang dari Camellia.

"Ayah, apa maksudmu mengatakan itu?! Apakah kamu tidak sabar untuk mengusirku dari istana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Rebirth Of Princess CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang