🎯 1 : Tewas 🎯

591 32 27
                                    

Halo~
Akhirnya bisa nulis cerita lagi, haha, meski cerita lama ada yang belum kelar 😭

Di cerita kali ini (Hierarchy) aku bakal coba nulis di genre thriller yang ada teka-tekinya. Cerita ini aku ikutsertakan pada lomba Writing Marathon Galaxy 2. Do'ain lancar sampai akhir, ya🙏

Happy reading~

=.=.=.=.=.=.=.=.=.=

SISWA SMA CENDANA, RAFA JULIANSYAH DITEMUKAN TEWAS DI TOILET SEKOLAH

Kedua mata Shaka membulat saat membaca sepenggal headline berita yang terpampang pada layar ponsel temannya.

Shaka menggeleng. Tidak, ini tidak mungkin. Teman semasa SMP-nya tidak mungkin meninggal, kan?

Dengan rongga dada yang tersekat, diraihnya ponsel milik temannya. Ia menggulir layar ponsel dengan jari jempolnya. Melihat foto hitam putih Rafa secara utuh membuat seluruh otot di tubuhnya lemas.

"Korban meninggal karena kehabisan darah yang cukup banyak..."

"Polisi tidak menemukan barang bukti sama sekali di TKP..."

Ia menyandarkan punggungnya ke dinding. Jari jemarinya mulai bergerak bergantian di atas layar ponsel. Ia mengetik kata kunci 'Kasus Tewasnya Rafa Juliansyah' untuk memastikan apa ada portal berita lain yang meliput hal serupa. Barangkali portal berita sebelumnya memaparkan berita bohong.

Jantung Shaka mencelos kala melihat sejumlah website memaparkan berita yang serupa. Kedua matanya terasa memanas, selang satu detik air mata meluruh tanpa bisa ditahan.

Shaka menatap temannya yang masih berdiri di hadapannya. "Rafa pasti dibunuh."

"Gimana lo bisa ngambil kesimpulan kek gitu? Kalo emang nyatanya dia bunuh diri gimana?" tanya Tata balik dengan sedikit penekanan.

Shaka menghela napasnya. "How? Gimana cara dia bunuh diri tanpa ada benda tajem?"

Tata terdiam.

"Polisi ngga nemuin barang bukti apapun, Ta," ucap Shaka. Pandangannya memburam karena air mata yang menggenang di permukaan matanya.

"Dari berita yang gue baca, Rafa mati gara-gara luka tusukan sama luka sayat. Aneh, kan, kalo di TKP katanya ngga ada barang bukti sama sekali, harusnya ada piso atau benda tajem apapun, tapi ini ngga ada. Kalo emang dia bunuh diri, seenggaknya benda tajem itu ada di TKP," lanjut Shaka dengan suara pelan, menahan emosi serta isak tangisnya di saat rongga dada dan kedua matanya sudah memanas bukan main.

Tata mengembuskan napasnya. Kepalanya mengangguk pelan. Ia memang belum sempat membaca berita itu secara keseluruhan. Begitu mendapat kabar ini dari teman semasa SMP-nya yang ada di kelas sebelah, Tata langsung membuka tautan portal berita yang dikirimkan, lalu bergegas memberitahunya pada Shaka-teman dekat Rafa semasa SMP.

Shaka membiarkan setetes air mata kembali. "Rafa dibunuh, Ta. Gue yakin."

***

Semburat jingga menghiasi langit dengan indahnya usai hujan ringan beberapa menit lalu. Mobil Daihatsu Sigra milik keluarga Tata melaju dengan kecepatan normal di jalan raya yang lengang.

Hierarchy [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang