𝕯𝖚𝖆 𝕯𝖚𝖓𝖎𝖆, 𝕬𝖓𝖙𝖆𝖗𝖆 𝕷𝖆𝖚𝖙 & 𝕷𝖆𝖓𝖌𝖎𝖙

55 6 3
                                    

"Kak El, di antara laut dan langit, kakak lebih suka yang mana?" Tanya bocah perempuan itu, menatap kakak laki-lakinya dengan penuh penasaran.

"Emm, bolehkah kakak memilih keduanya? Keduanya sama-sama memiliki keindahan masing-masing. Terlebih lagi, saat menatap keduanya secara bersamaan, keindahannya akan semakin terlihat." Tutur Marvel sambil tersenyum manis ke arah Valeria.

Gadis kecil itu hanya termanggut-manggut mendengar jawaban kakaknya.

"Bagaimana denganmu? Lebih menyukai laut ataukah langit?" Tanya Marvel yang ikut penasaran.

"Sebenarnya, aku lebih menyukai laut karena jika aku kesepian, aku bisa menepi di pinggir pantai untuk menikmati deburan ombak di sana. Tapi setelah mendengar jawaban Kak El, kurasa aku juga menyukai keduanya." Jawab Valeria dengan antusias.

Suara deburan ombak laut semakin jelas, menandakan ombaknya semakin deras. Angin malam semakin kencang berhembus, membuat Marvel dan Valeria harus menutup wajah mereka untuk menghindari hembusan angin yang kuat.

"Val, ayo kembali. Semakin dingin di sini, tidak baik terlalu lama terkena ombak laut. Nanti adik kecilku ini bisa sakit." Ajak Marvel sambil menggandeng Valeria untuk segera pulang ke rumah.

Saat berjalan pulang, Marvel memperhatikan Valeria yang menggigil kedinginan karena hanya mengenakan kaos tipis. Tanpa berpikir panjang, ia segera melepas jaketnya dan mengenakannya ke tubuh Valeria.

Valeria yang terkejut segera mengalihkan pandangannya, menatap kakaknya dengan ekspresi bingung. Sementara itu, Marvel hanya tersenyum tipis dan kembali menggandeng tangan Valeria.

"Thanks, kak." Ucap Valeria sambil tersenyum manis dan memeluk jaket hangat yang diberikan kakaknya.

"Val, coba lihat ke arah langit!" Seru Marvel.

"Ada apa, kak?" Tanya Valeria penasaran, matanya terpaku pada langit malam yang dihiasi gemerlap bintang.

"Pasti kak Nathan akan menyukainya jika dia ada di sini." Ujar Marvel sambil mengingat ucapan Nathan beberapa tahun yang lalu.

"Apakah kak Nathan pemarah itu menyukai langit? selera orang menjengkelkan memang aneh" Jawab Valeria yang terlihat kesal.

"Kak Nathan punya alasan spesial kenapa dia begitu menyukai langit. Dia bilang bahwa papa dan mama kita ada di sana, jadi setiap kali melihat bintang berkilauan, dia merasa mereka sedang memperhatikannya."

Valeria yang mendengarkan penjelasan itu hanya terdiam, merenung dalam hati. Sejujurnya, dia juga sangat merindukan kedua orangtuanya yang telah meninggalkannya selama 5 tahun ini.

Marvel yang memperhatikan adiknya murung, akhirnya mengelus kepala Valeria untuk memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan dia akan selalu ada untuk menemaninya.

"ceklek..

"Dari mana saja kalian?"

Suara itu berasal dari ruang tamu. Nathan, yang sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya, menatap tajam ke arah mereka.

"Valeria, cepat masuk ke dalam kamar dan kamu Marvel, tetap di sini." tegas Nathan.

"Tapi, aku ingin Kak El menemaniku tid..."

"MASUK, VALERIA!" bentak Nathan dengan penuh penekanan, membuat mata Valeria semakin berkaca-kaca.

Marvel mencoba menenangkan adiknya dengan lembut, "Ayo masuk, Kakak ingin bicara dulu sebentar dengan Kak Nathan. Kakak antar ke kamar kamu yaa?" Tawar Marvel sembari mengelus pipi lembut Valeria.

Sesampainya di kamar, saat Marvel hendak bangkit dari duduknya, tangan kecil Valeria menahannya.

"Kak, temenin aku aja ya?" rengek Valeria yang tidak ingin kakaknya pergi.

Marvel hanya tersenyum dan memeluk tubuh kecil adiknya.

"Kakak tidak akan lama kok, nanti kakak kembali lagi kesini, ya?" Jawab Marvel sembari memegang tangan kecil Valeria. Valeria yang mengerti, perlahan melepaskan genggamannya dari tangan Marvel.

"Kak, tolong bisakah kakak tidak selalu berbicara dengan nada tinggi saat dengan Val? Coba bicara dengan lebih lembut. Dia itu perempuan. Kalau Kakak terus-menerus membentak Val, dia bisa merasa tertekan dan trauma. Aku tidak ingin suatu saat nanti Val menyimpan dendam pada Kak Nathan."

"Aku tidak peduli, lagipula aku tidak pernah meminta Val untuk menyukaiku."

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran Kak Nathan. Semuanya terasa tidak masuk akal."

"Aku tidak butuh kamu untuk memahami cara berpikirku."

Hening. Itulah suasana yang dirasakan Nathan dan Marvel untuk meredakan emosi masing-masing. Meskipun mereka berdua adalah saudara, latar belakang mereka sangat bertolak belakang. Marvel adalah pribadi yang ramah, sopan, dan murah senyum, sehingga mudah bergaul di mana pun ia berada. Sementara itu, Nathan adalah kebalikannya; ia jarang bicara, keras kepala, pemarah, dan sulit dipahami. Meskipun begitu, Marvel memahami mengapa kakaknya menjadi seperti itu. Kakaknya telah menanggung banyak rasa sakit sendiri dan memikul beban keluarga sejak berusia 13 tahun. Nathan harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan kami, dan Marvel tidak sepenuhnya tahu apa saja yang telah dialami Nathan saat itu. Oleh karena itu, Marvel merasa tidak pantas merendahkan kakaknya.

"Marvel, kau pasti tahu bahwa aku sangat membenci laut, bukan? Mengapa kau tetap membiarkan Valeria berada di sana? Aku sudah memperingatimu berulang kali, tetapi mengapa kau tak pernah mendengarku?"

"Kak, itu hanya kejadian di masa lalu. Aku tahu kakak trauma, tetapi jangan sampai kakak melarang Val untuk berhenti menyukai hal yang ia sukai."

"Hanya? Jika waktu itu aku tidak mengajak papa dan mama untuk pergi pesta di laut, semua ini mungkin tidak akan terjadi."

"Kak, berhenti merasa ini semua karena salah kakak. Ini hanya musibah."

"Tapi, jika saja mereka tidak ada di situ, kita semua masih bisa hidup bersama."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Antara Ombak & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang