Bab 4

19 14 0
                                    

"Apa yang bisa kita lakukan?", tanya Inggit pada ke empat temannya.

"Kita akan berusaha menyelidiki kasus ini agar kebenaran terungkap", jawab Katrin.

"Bagaimana caranya?", tanya Denis.

"Kita bisa memulai dengan cara memanggil arwahnya dengan permainan jailangkung", ucap Katrin.

Semua matapun menatap terkejut ke arah Katrin.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?", tanya Katrin dengan nada tenang. Sikapnya lebih tenang di bandingkan teman - temannya yang lain.

"Tidak apa - apa, dari permainan ini, kita bisa mencari tahu lebih banyak tentang korban, siapa yang mungkin memiliki motif untuk melakukan pembunuhan itu, atau jika ada saksi mata yang melihat", ujar Ray.


"Apa kalian yakin?", tanya Inggit

"Kamu takut?", tanya Katrin balik.

"Sedikit", jawab Inggit jujur.

"Tenang saja, kita tidak mengganggunya, justru kita ingin membantunya, kalau kita tidak menjalankan misi ini, selamanya kamar hotel ini akan selalu terlihat mistis", ujar Katrin menjelaskan.

"Menurut kamu bagaimana Ray?", tanya Denis pada Ray.

"Menurut aku, kita memang harus melaksanakan misi ini", jawab Ray.

"Untuk kali ini, aku setuju sama kamu, kayaknya kita harus lanjurkan misi ini", kata Amar setuju dengan ucapan Ray juga.

"Baiklah, terus kapan kita akan melakukan misi ini?", jawab dan tanya Inggit akhirnya.

"Begini saja, bagaimana kalau malam ini kita semua tidur di kamar nomor 17 itu?", ujar Ray.

"Kamu mau kita semua di tuduh berzina", ujar Inggit kaget.

"Hei, meskipun kita semua satu kamar, tapi kita tidak satu kasur juga kali, di kamar itu kan ada 3, kamu bisa bareng Katrin, aku dan yang lainnya bisa bertiga, nanti kasurnya di dempetkan saja", usul Azam.

"Oke...".

"Nanti malam kita semua kumpul di kamar nomor 17 ini, pokonya siapkan semua peralatan", ujar Katrin.

"Beres...", jawab ketiga laki - laki itu serempak.

Malam harinya, kelima sahabat itu sudah berada di kamar nomor 17, sesuai janj mereka, mereka akan membongkar misteri yang ada di kamar nomor 17 itu dengan memilih memainkan permainan jailangkung untuk memanggil arwah itu, dan mereka sengaja memainkannya langsung di kamar nomor 17 itu.

Katrin adalah orang yang paling bersemangat untuk bermain jailangkung ini. Malam ini mereka berlima kumpul di kamar nomor 17 itu dengan membawa sebuah boneka dengan kepala batok kelapa di kasih dua tangan dan di kasih spidol yang konon katanya untuk boneka itu menulis nantinya.

"Kamu yakin Kat kita mau main jailangkung di kamar ini?", tanya Azam.

"Yakinlah", ujar Katrin.

"Gila!, kamarnya serem juga ternyata", ujar Denis bergidik ngeri melihat sekeliling kamar itu.

"Ah sudahlah, kalian jangan jadi penakut, ingat tujuan kita", ujar Katrin.

Kamar nomor 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang