Bab 5 (Kematian Aleta)

19 13 0
                                    

Waktu menunjukan pukul 19.00 , Alvin mendatangi kamar Aleta yang merupakan calon tunangan saudara kembarnya Alvaro. Aleta yang mengira yang datang Alvaro sang tunangan, segera membukakan pintu kamarnya.

"Malam cantik", ucap Alvin dengan suara yang terdengar dingin, sebuah senyuman melengkung di bibirnya, tentu saja senyuman yang mirip dengan kembarannya Alvaro.

Tanpa menunggu persetujuan Aleta, Alvin segera masuk melewati tubuh Aleta begitu saja, kemudian ia sedikit mendorong tubuh Aleta untuk masuk ke dalam kemudian berbalik mengunci pintu. Sehingga orang - orang mengira yang masuk ke kamar Aleta itu adalah Alvin.

"Kak Alvin mau ngapain ke sini?", tanya Aleta yang kini sudah duduk di sisi ranjangnya.

"Mau ketemu kamu Aleta, sayang sekali kamu harus bertunangan dengan orang yang salah, justru seharusnya kamu itu bertunangan denganku, karena di sini aku sangat mencintaimu Aleta", ucap Alvin tepat di hadapan Aleta.

"Maksud kak Alvin apa, aku tidak mengerti?", tanya Aleta mulai tidak enak.

"Kakak ingin berduaan bersama kamu Aleta, masa itu saja kamu tidak faham", jawab Alvin dengan senyum mengeringai.

"Kak, ini tidak benar kak, sebentar lagi aku akan menikah dengan kak Alvaro, mana mungkin aku bisa menerima cinta kakak", balas Aleta.

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin bersamamu sebelum kamu benar - benar menjadi tunangan dan menikah dengan Alvaro", ucap Alvin tertawa terbahak.

Mendengar tawa Alvin yang menggelegar, Aleta menggelengkan kepalanya, merasa ada yang aneh dengan kelakuan saudara kembar calon tunangannga itu.

"Harum sekali aroma tubuhmu sayang, apalagi kamu baru saja selesai mandi", ucap Alvin sambil mendekat dan mencoba menciumi Aleta.

"Kak... mau ngapain kak, jangan! Tolooong, lepaskan aku!, jangan kak, jangan hancurkan masa depan aku kak, ingat kak, aku ini calon iparmu, tolooong kak, jangan seperti ini, istighfar kak, kenapa kak Alvin jadi seperti ini? ", lirih Aleta sambil terisak, ia mencoba memohon pada Alvin untuk tidak memperkosanya, untuk berteriakpun rasanya ia tidak mampu saat ini.

"Ayolah Aleta, sedari awal kita bertemu kakak sudah menyukaimu, tapi kamu ternyata telah dulu mengenal Alvaro, jadi sebelum Alvaro mencicipi tubuhmu, biarkan kakak juga ikut menikmatinya", ucap Alvin lagi - lagi terbahak.

"Tapi itu semua bukan salah aku kak, kita saja yang telat bertemu, jadi jangan lakukan itu padaku kak, aku ini akan menjadi iparmu kak", jawab Aleta semakin ketakutan.

"Persetan dengan semua itu, aku hanya ingin menikmati tubuhmu saja Aleta, walaupun hanya untuk hari ini saja, kamu tidak akan bisa lepas dariku Aleta", ucap Alvin yang kini mendekap tubuh Aleta.

"Jangan, aku mohon jangan lakukan itu kak", Aleta semakin di buat ketakutan oleh tingkah Alvin yang sudah di kuasai oleh nafsunya.

Alvin di buat terbahak - bahak melihat Aleta yang mulai ketakutan dalam dekapannya, dia tidak membiarkan Aleta untuk melepaskan diri dekapannya. Tampak sekali ia tidak memperdulikan jeritan Aleta yang tidak berdaya, ia terus mendekap tubuh Aleta sambil terus saja tertawa puas. Wajahnya yang mengerikan dan sorot matanya yang tajam membuat suasana semakin panik.

Aleta yang ketakutan dan merasa jijik mendengar serta mendapat perlakuan tidak senonoh dari Alvin, dengan sekuat tenaga ia mencoba mendorong tubuh Alvin agar menjauh dari tubuhnya, namun sayang tenaga Aleta tidak sebanding dengan tenaga Alvin.

Kamar nomor 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang