"Permisi bu, kami berlima ingin pesan nasi uduknya, masing - maaing kami satu porsi ya bu", ucap Ray.
"Oh iya nak, tunggu sebentar ya, ibu buatkan dulu", sahut ibu penjual.
Setelah menunggu sekitar belasan menit, pesananpun datang.
"Ini nak nasi uduknya, silahkan di nikmati".
"Iya bu, terimakasih", jawab kelimanya.
Merekapun mulai memakan pesanannya.
"Nak, kalian orang baru ya di sini, soalnya ibu tidak pernah lihat kalian selama ini?", tanya ibu penjual nasi uduk itu.
"Iya bu, kami baru di sini, kami dari daerah sebelah kota ini, kami di sini kebetulan sedang mengikuti acara perlombaan dari sekolah, dan kami menginap di hotel dekat air mancur dan taman kota itu", jawab Ray menunjuk ke arah hotel yang kami tempati yang tidak jauh dari warung ibu penjual nasi uduk.
"Jadi kalian menginap di hotel yang dekat dengan air mancur dan taman kota itu?", tanya ibu penjual nasi uduk itu terlihat panik.
"Iya bu, baru kemarin sore kami menginap di hotel itu, kenapa memangnya bu, apa ada yang salah?, apa ibu tahu tentang kamar hotel itu?", jawab Katrin.
"Kalian tidak takut gitu menginap di kamar hotel itu?, kamar hotel itukan...", tanya ibu penjual nasi uduk itu terpotong.
"Takut kenapa bu?", tanya Katrin memotong pembicaraan.
"Memangnya kalian belum pernah dengar rumor tentang hotel itu?", tanya ibu penjual nasi uduk sambil menatap Katrin dan ke empat temannya.
"Rumor apa maksudnya bu?", sela Amar.
"Hati - hati saja nak, beberapa bulan yang lalu ada kasus bunuh diri di salah satu kamar di hotel itu, kabarnya pihak keluarga juga menolak untuk autopsi, sehingga kasusnya tidak di lanjutkan dan arwahnya gentayangan, kalau boleh saran lebih baik kalian tinggalkan saja kamar hotel itu dan pindah ke hotel lain, konon katanya ada salah satu kamar hotel itu yang berhantu, intinya ibu cuma mengingatkan kalian saja", sambil melayani ibu penjual itu menceritakan tentang hotel yang Katrin dan temannya tempati.
"Wah, masa iya bu?, aku baru tahu, ngomong- ngomong kasus bunuh dirinya di kamar nomor berapa ya bu?", tanya Ray
"Ibu tidak tau pasti sih, ibu lupa, cuma ibu taunya ya di hotel itu kejadiannya, kalau ibu tidak salah ingat, kamar nomor 17 nak", jawab ibu itu lagi.
"Loh kami tadi malam nginap di kamar nomor 17 itu", ujar Inggit.
Ibu penjual nasi uduk otupun semakin terkejut mendengar kalau Katrin dan Inggit menginap di kamar yang di maksud.
"Jangan ngawur. Kamar itu sudah lama tidak di sewakan. Tidak ada seorangpun yang mau menginap di kamar itu, kamar hotel itu memang sudah di cap angker oleh warga sekitar".
"Tapi aku dan Inggit benar - benar tidur di kamar itu semalam bu".
"Apa kalian merasa ada yang mengganggu kalian?".
"Sepertinya tidak ada bu".
"Berarti kalian ini bukan orang sembarangan nak!".
"Maksud ibu?", tanya Denis.
"Kalian bukan orang sembarangan. Kalian adalah perantara Allah untuk mengusut tuntas kasus ini", ujar ibu pemilik warung itu.
"Astagfirullahhaladzim! Kenapa harus kami yang mengalami semua ini? Kami kesini tidak punya niat buruk dan bermaksud mencari musuh, kami hanya menumpang menginap untuk beberapa hari saja", ujar Inggit.
"Itu artinya kalian yang di percayainya, dan ingat kalian harus berhati - hati saja, jangan mengusiknya, lebih baik kalian ambil sisi positifnya saja. Mungkin almarhumah memang ingin kalian yang membantunya mengusut tuntas kasusu ini".
"Iya bu, mungkin saja begitu, terimakasih karena sudah memberitahu kami infonya".
"Baik nak, ibu lanjut melayani pembeli lainnya dulu ya, kakian silahkan nikmati makanannya", ujar ibu penjual nasi uduk itu.
"Iya bu, oh ya bu berapa toral pesanan kami yang haris di bayrkan bu?", tanya Ray, yang pemuda itu adalah tang terkaya di antara kelimanya.
"Lima puluh ribu saja nak".
"Ini bu, terimakasih atas infonya, dan makanan ibu cukup enak", ucap Ray menyelesaikan pembayarannya.
Perantara. Perantara apa maksudnya?. Kami percaya ini semua adalah takdir Allah. Ada ssesuatu yang ingin Allan tunjukkan pada kami.
"Mengapa aku jadi kepikiran terus sama cerita ibu - ibu tadi ya?, apa benar kamar yang aku dan Inggit tempati sekarang ini adalah kamar berhantu?, mana mereka menyebutkan nomor kamar yang aku dan Inggit tempati lagi!, bikin aku jadi kepikiran dan takut saja", gumam Katrin setelah mereka selesai makan pagi ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar nomor 17
HorrorPerjuangan lima sekawan yang mengalami kejadian mistis saat menginap di sebuah kamar hotel ketika mereka mengadakan lomba cerdas cermat. Mereka berlima yang memiliki kemampuan indigo membuat arwah mempercayakan kelimanya untuk mengungkap kasus kemat...