Kakak 20 "Thanks ya.. Fikri!"

16 3 1
                                    

Setibanya Fikri di rumah, ia mendapati Mama telah duduk di atas sofa sambil meminum secangkir teh. Tatapannya terfokus ke layar TV, namun belau menyadari langkah Fikri yang perlahan mendekatinya. "Udah dianter sampe rumah calon mantu Mama?," tanyanya tanpa memalingkan pandangan dari layar TV.

"Udah..," jawab Fikri datar.

Melihat suasana rumah yang cukup tenang tanpa kehadiran adiknya, Fikri bertanya, "Lea mana, ma?"

"Lea udah tidur..," jawab mama yang masih enggan memalingkan pandangannya dari layar TV. Kemudian mama memberi isyarat kepada Fikri agar dia duduk disebelah mamanya dengan menepuk-nepuk dudukan sofa disebelahnya. "Sini, duduk disebelah mama!," titahnya lembut.

Fikri menuruti keinginan mamanya tanpa basa-basi. Namun saat pandangannya teralih ke layar TV, sorot matanya meyipit seketika. "Pantes serius banget, senetron ternyata!," gumamnya pasrah.

Fikri pun berusaha tidak peduli dan memulai topik pembicaraan tentang Amalia. "Tadi Lea kenapa ma?," tanyanya penasaran.

"Lea?," tanya mama memastikan, dan setelah mendapat anggukan Fikri, mama lanjut berkata, "Lea kecapean tadi, dia lupabawa obat makanya jadi gitu.."

"Obat? Emang Lea sakit apa?," tanya Fikri semakin penasaran.

"Tumben kamu kepo banget? Dulu waktu Lea balik kerumah kamu cuek.." jawab mama dengan raut seolah tengah menyindir.

"Ya, itu kan dulu ma.." tukas Fikri yang masih berusaha bicara selembut mungin dengan mamanya. Fikri akui, dulu dia memang tidak begitu peduli dengan Amalia. Dia pikir, Amalia diurus eyang dari kecil karena mama gak sanggup ngurus dua anak yang selisih umurnya cuma setahun.

Mama pun menenggak tehnya sebentar, lalu berkata, "Iya, makanya mama kira kamu gak bakal se-kepo itu sekarang.."

Sambil meletakkan kembali cangkir tehnya ke atas meja di depannya, mama Kembali berkata, "Gini Fikri.. Lea itu tinggal di rumah eyang dari kecil, karena rumah eyang deket rumah sakit. Kamu juga tau kan kalo Lea baru mama titipin dirumah eyang pas umurnya lima tahun?"

Ya, Fikri hanya diam. Nampaknya ia berusaha mengingat-ingat kembali hari itu. Mama pun lanjut berkata, "Ya, soalnya penyakit Lea baru ketauan pas dia umur segitu.."

Penyakit? Fikri penasaran dan sangat ingin menanyakan tentang penyakit yang diderita adiknya itu. Tapi mama terus saja berceloteh, mencegah Fikri meneluarkan satu huruf pun dari mulutnya. Mama bilang beliau tidak kuat menahan rindu pada Amalia, jadi saat Amalia berusia sekitar 13 atau 14 tahun mama membawanya pulang. Saat itu, karena mama khawatir kondisinya akan memburuk kalau Amalia melakukan kegiatan di luar rumah, jadi mama membatasi kegiatan Amalia dan melarangnya keluar rumah makanya Amalia homeschooling waktu SMP. Fikri juga dilarang mengajak temannya masuk kedalam rumah karena takut Amalia terinfeksi.

"Ya, terus Lea itu sakit apa ma?," tanya Fikri yang tak sanggup bungkam. "Kok Fikri gak dikasih tau? Kalo separah itu mending Lea homeschooling aja sampe lulus SMA.." sambungnya sambil menahan emosi.

"Hmm.. sebenernya gak separah itu sih.. mama cuma takut aja, kata pak dokter juga asal dia gak kecapean gapapa.. tapi mama tetep aja takut..," jawab mama kikuk.

Fikri tersentak, dia jadi merasa bersalah karena dia yang mengajak Amalia sekolah di SMA yang sama dengannya. Kalau dia tahu dari awal alasan adiknya jadi gadis pingitan kan dia tidak perlu sok asik mengajak adiknya sekolah di tempat yang sama.

"Pokoknya! Abis ini Lea gak boleh kecapean lagi!," kata mama penuh semangat. Lalu lanjut berkata, "Fikri.. kamu harus anter jemput Lea kemanapun Lea mau pergi, kalo bisa ditungguin adeknya!"

Itu terdengar seperti ancaman di telinga Fikri, namun Fikri setuju dengan ancaman itu dan langsung mengiyakannya. Anehnya, mama sama sekali tidak menjawab saat Fikri menanyakan apa penyakit yang Amalia derita! Fikri yang masih penasaran hendak bertanya Kembali, namun mama malah bangkit dan berjalan kedapur sambil berkata, "Udah! Sholat ashar dulu sana!'

...

Keesokan paginya, beberapa pasang mata tersorot pada Scoopy putih kesayangan Fikri Elrazak. Bagaimana tidak? Sebuah pemandangan langka terbentang dihadapan mereka, 'Fikri ngebonceng adek kelas ke sekolah pagi-pagi! Bukan Sabella!', itu pandangan yang gak tau kalau mereka adik kakak. Buat yang tau mereka bakal berpikir, 'Akhirnya tuh adek kakak mau berangkat sekolah bareng!'

Scoopy itu pun terparkir mulus di lapangan parkir sekolah, lalu Amalia turun dari atasnya dengan manis sambil melepas helmnya. Tanpa mereka sadari Tiara telah berada di dekat mereka dan bertanya, "Ternyata beneran berangkat bareng kak Fikri.."

Amalia tersenyum pasrah menanggapinya sambil menyerahkan helmnya kepada Fikri, dan berkata, "Iya Ra, maap ya, gak bisa pulang pergi bareng lagi.."

"Gakpapa Le, daripada lo kecapean lagi.." sahut Tiara santai.

Mereka pun melangkah beriringan menuju kelas, lalu Amalia berkata, "Kemaren gue jadi ngerepotin, padahal kita belom selesai belajarnya.."

"Eh Dek!," panggil Fikri yang baru selesai mengurus motor dan helm-helmnya. Setelah mendapat tanggapan Amalia, Fikri bertanya, "lo udah bawa obat lo?"

Amalia terdiam sesaat, berusaha mengingat-ingat kembali kegiatannya sebelum berangkat sekolah, lalu gadis itu tersenyum manis dan menjawab, "Udah kok!"

Mendengarnya Fikri menarik napas lega. Lalu dengan tulus Amalia berkata, "Thanks ya.. Fikri!"

...

Jarak Rumah Eyang ke RS(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarak Rumah Eyang ke RS(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

#janganlupasholatguys
#sehat-sehatterusguys
#tbc~

KAKAK ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang