New Era. (Kadal !)

21 9 0
                                    

"Tok tok tok!" Terdengar ketukan pintu dari luar, murid-murid dan guru yang ada di dalam kelas lantas menoleh ke arah pintu tersebut. Chelina membuka pintu dengan pelan dan setengah gugup. "Permisi semuanya... Bu, maaf, saya telat.", " Nggak papa, lain kali datang tepat waktu ya." Guru itu ber intonasi lembut ketika berbicara. "Anak-anak, ternyata masih ada murid baru yang datang." Guru itu menoleh ke arah Chelina, "Silahkan, kamu perkenalkan diri." Murid-murid lain terpesona dengan penampilan Chelina, mereka menatap Chelina dengan wajah senang. Namun, siapa yang tahu salah satu di balik wajah mereka yang terlihat welcome itu ternyata berbanding terbalik. Chelina maju, menarik nafas dalam dalam dan mengubah wajahnya dari gugup menjadi tenang dan ceria. Ia tak mau dianggap anak yang pendiam karena dalam pikirannya anak pendiam tidak akan mendapat teman, walaupun sebenarnya tidak begitu. "Halo, selamat pagi semua. Salam kenal, aku Chelina Anastasya. Panggil aku Elin, Chel, sesuka kalian ya. Terimakasih, mohon kerjasamanya semua, semoga kita bisa berteman baik." Chelina menghela napas lega karena ia bisa memperkenalkan dirinya dengan lancar. Biasanya jika Chelina disuruh melakukan hal seperti ini di depan umum, ia akan gugup dan terpatah-patah. "Baik, Chelina. Kamu boleh duduk di sebelah Ranaya."

Masa perkenalan dan berbincang-bincang di kelas berjalan, sampai bel berbunyi dan waktu untuk istirahat tiba. "Salken ya, gua Ranaya. Anyway, mau ke kantin bareng gua nggak? Masih sendirian nih, haha." Suara perempuan itu terdengar lembut namun keras, membuat Chelina mengarahkan kepalanya ke sumber suara. "Eh, boleh, boleh." Chelina mengangguk ke arah gadis yang rambutnya di kuncir kuda, terlihat seperti anak yang tomboy. Mereka berdua menuju ke kantin yang sudah setengah ramai. "Lo duduk disini aja gapapa, biar gua yang pesenin ya? Lo mau makan apa?" Ucap Chelina yang berdiri di sebelah Ranaya. Chelina adalah orang yang tidak masalah dibikin repot sekalipun jika orang itu bersikap baik dan tidak menjengkelkan padanya. "Pengen bakso sih, tapi lumayan tau ngantrinya, bareng-bareng aja Lin." , "Nggak usah, aman." Chelina mengacungkan jempol dan berlari kecil menuju kantin dengan papan tergantung di atas bertuliskan "Bakso & Mie Ayam Teh Mala.", Ranaya hanya bisa tertawa dan mengangguk. "Teh, mau bakso nya dua ya." Chelina membentuk jarinya seperti huruf V, "Mau pake apa aja, neng geulis?" Chelina spontan menepuk jidatnya, ia lupa menanyakan hal ini kepada Ranaya.
"Aduh iya, eee, lengkap aja deh teh."
"Siap!"

"Teh, aku duluan ya! Bikinin bakso yang kayak biasa!" Saut laki-laki itu kepada teh Mala. Laki-laki itu berdiri di samping Chelina, dengan alis yang ditempel hansaplast serta bibir yang terluka seperti habis dipukuli, entah kenakalan apa yang diperbuat. Chelina yang hanya sebatas pundak laki-laki itu harus menoleh keatas untuk melihat wajahnya, Chelina menatap laki-laki itu dengan wajah jengkel dan cemberut. "Apaansih, nggak ada. Ngantri di belakang!" Chelina berkacak pinggang dan berbicara dengan nada yang ngegas, tidak terima ia diselak begitu saja. "Kalo aku gamau?" Balas laki-laki itu dengan senyum seringai, mengejek. Chelina tidak membalas dengan kata-kata, melainkan menjitak jidat si laki-laki menjengkelkan itu. "Aw!"

6 menit berlalu dan Chelina berjalan menuju meja yang sudah dari awal mereka tempati dengan kedua tangan yang masing-masing memegang semangkuk bakso. "Ran, nih baksonya. Gua gatau lo mau pake apa, jadi gua pesenin yang lengkap." Chelina meletakkan baksonya di atas meja lalu duduk di hadapan Ranaya. "Kok lama? Rame banget kah?" Ranaya mengangkat alisnya bingung. "Nggak, tadi sempet berantem sama..." Chelina menopang dagunya berpikir, tidak mengetahui nama orang yang membuatnya kesal itu. "Kadal?? Gatau ah, yuk makan." Chelina hendak mengambil sendok, namun Ranaya bertanya dengan wajah yang bingung. "Hah? Kadal? Lo berantem sa-", "Eh iya! minum gimana minum? Lo mau apa? Gua beliin ya." Chelina mengalihkan topik, berusaha tidak membahas hal yang menurutnya konyol. "Eeits," Ranaya menahan Chelina agar tetap duduk, "Biar gua aja, gantian." Chelina mengangguk dan memesan air putih pada Ranaya.

Na-ttheo & the forgotten oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang