Tangan Gita bergetar. Dia benar-benar ketakutan sekarang. Takut jika Amanda mendengar apa yang Gina ucapkan. Sebab hal ini memang hanya menjadi rahasianya bersama Tuhan. Tidak ada yang tahu kecuali dirinya. Bahkan ayah dari anak yang dikandung juga tidak tahu apa-apa."Aku tidak akan mengatakan pada siapapun kalau kamu tidak bertingkah. Aku tidak sejahat itu pada kembaran."
Gita langsung menuju dapur. Meninggalkan Gina yang hanya membeku. Dengan tubuh tegang karena takut.
Matanya juga sudah berkaca-kaca saat itu. Karena bagaimanapun juga dia masih sembilan belas tahun. Dia belum cukup dewasa untuk menghadapi masalah itu.
Aku akan menghancurkan hidupmu kalau sampai kamu mengadu!
Batin Gita saat menatap si kembaran. Gina sudah berada di dapur sekarang. Membantu memasak makan malam. Bersama Lucas yang memang sangat akrab dengan Amanda. Karena dia pintar bergaul seperti Gita. Tidak heran jika mereka bersama.
Tok... Tok... Tok...
Gita membuka mata saat pintu terbuka. Karena setelah mandi dia ketiduran. Maklum saja, ini karena dia sudah belajar sejak pagi hingga siang tanpa jeda. Karena ada banyak hal yang perlu dipelajari sekarang.
"Ayo makan! Mama minta aku panggil kamu sekarang!"
Seru Gita yang memang pelakunya. Dia yang mengetuk dan masuk kamar Gina sekarang. Sebab ini sudah jam enam dan sebentar lagi makan malam akan dilangsungkan.
"Kamu tahu soal itu dari mana, Gin?"
Gita mulai mendudukkan badan. Dia menatap Gina yang mulai melipat tangan di depan dada. Seolah dia yang paling hebat sekarang.
"Gumpalan darah yang tercecer di kamar mandi aku yang bersihkan. Saat aku dihukum wali kelas. Gara-gara ketahuan membolos mapel matematika."
Gita mulai memutar memori pada satu tahun ke belakang. Saat dia meminum obat aborsi di sekolah. Lalu merasa mulas beberapa jam kemudian.
Gita bahkan harus berlari dari kelas ke kamar mandi terdekat. Karena pembalut ukuran besar yang sengaja sudah dipakai dari rumah tidak bisa menampung darah. Hingga gumpalan darah tercecer tanpa dia sadar.
"Siapa ayahnya?"
Tanya Gina penasaran. Sebab dia juga ikut mengingat kejadian satu tahun silam. Saat dia membersihkan toilet yang memang sepi orang. Karena jam pulang sekolah sudah lama lewat.
Namun entah kenapa Gita tiba-tiba datang dan berlarian. Lalu memasuki salah satu bilik kamar mandi. Cukup lama hingga keluar tanpa mencuci tangan dan langsung pergi setelah melihat ada Gina yang sedang mengepel sendiri.
Sebenarnya pemandangan Gina dihukum sudah sering terjadi. Tidak heran jika Gita tidak berkomentar dan langsung pergi. Gina juga tidak menegur karena merasa ini tidak penting.
Hingga saat Gina mengepel bilik tadi, tiba-tiba saja dia merasa mual saat melihat gumpalan merah seperti hati. Membuatnya jelas mengumpati. Lalu menarik banyak tisu agar bisa langsung dibuang di kloset kamar mandi. Sebab dia malas mencari serokan untuk membuang ceceran darah ini.
Toh. Gita adalah kembarannya. Darahnya sama seperti miliknya. Seharusnya tidak apa-apa.
Itu yang dulu Gina pikirkan sebelum tahu apa yang ada di dalamnya. Sebab sedetik kemudian, dia kembali mengumpat saat melihat jika ada makhluk kecil yang berada di dalam.
Gina menyembunyikan ini cukup lama. Dia diam saja karena tidak ingin menyulut pertikaian. Tidak ingin membuat Gita dalam masalah. Karena ini memang hal besar dan sudah pasti hidup si kembaran akan berantakan jika dia mengadukan.
"Bukan urusanmu! Jangan pernah membahas itu!"
Gita langsung membuka lemari. Meraih hoodie warna merah hati. Berserta celana panjang warna navy.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBARAN ADALAH MAUT
RomanceGina hanya pernah berpacaran sekali seumur hidupnya. Dengan Lucas, anak dari pemilik universitas swasta tempat dirinya belajar. Namun hubungan mereka tidak bertahan lama karena enam bulan kemudian Lucas ketahuan menghamili Gita, saudara kembarnya. O...