A new day

714 43 0
                                    

Silencia kembali ke kamarnya dengan hati yang masih berdebar. Ia tidak percaya bahwa dirinya dengan lancang telah memasuki ruang kerja Ares pada larut malam. Wajah Ares ketika sedang fokus dengan pekerjaannya begitu memesona, dan untuk sesaat, Silencia terpana oleh ketenangan serta tekad yang terpancar dari Duke Utara tersebut.

Setelah menutup pintu kamar, Silencia menyandarkan punggungnya pada pintu, mencoba menenangkan diri. Namun, dadanya masih berdegup kencang. Ia berjalan menuju tempat tidur dan naik ke atasnya, membenamkan wajah di bantal sejenak.

Bayangan kejadian yang baru saja ia lewati bersama Ares terus berputar di pikirannya. Wajah Ares yang serius namun lembut saat menerima teh darinya, dan senyum kecil yang menghiasi bibirnya saat menyentuh tangan Silencia, semuanya terekam jelas dalam ingatan.

Kemudian pikirannya melayang ke kejadian beberapa waktu yang lalu, saat percobaan pembunuhan dengan makanan penutup, Silencia merasakan getaran dingin di punggungnya saat memikirkan apa yang mungkin terjadi jika Ares tidak kebal racun. Ia menatap langit-langit kamar, memikirkan bagaimana jika saat itu ia kehilangan Ares.

"Jika saja Ares tidak kebal racun..." gumamnya, suara bergetar dengan ketakutan yang terpendam. Ia tidak bisa membayangkan kehilangan orang yang ia cintai.

cinta?
Apa ia benar-benar mencintai Ares? Tokoh yang hampir tidak di sebutkan di dalam novel Flower Blossom. Tokoh yang tidak pernah ia baca sehingga ia tidak tahu sifat dan masa depannya.

Silencia lemah terhadap wajah tampan, tubuh yang bagus, serta hati yang baik dan perhatian. Semua hal itu dimiliki oleh Aresio Sergey.

Setiap kali dia melihat Ares, jantungnya berdebar lebih cepat, seolah-olah sadar bahwa pria itu adalah seseorang yang sangat istimewa.

Aresio Sergey adalah sosok yang memukau. Rambut hitam legamnya selalu tampak rapi meskipun kadang-kadang berantakan secara alami. Pesonanya misterius, ada sesuatu dalam diri Ares yang membuat ia begitu menarik.

Sepasang mata merah yang tajam dan memikat menjadi ciri khasnya, memancarkan kekuatan dan ketegasan yang tak tertandingi. Setiap tatapannya bisa membuat siapa pun merasa terhanyut dalam lautan misteri yang mendalam dan tak terduga.

Tubuh Aresio tinggi dan tegap, dengan bahu lebar dan otot yang terlatih dengan baik. Posturnya selalu tegak, memancarkan wibawa dan kepercayaan diri. Setiap gerakannya menunjukkan kekuatan dan ketangguhan, namun di balik semua itu, terdapat kelembutan hati yang hanya diketahui oleh mereka yang dekat dengannya.

Silencia sering terpesona oleh kontras dalam diri Aresio. Penampilan luarnya yang gagah dan tampan sering kali bertentangan dengan hatinya yang baik dan penuh perhatian. Ia ingat bagaimana Ares selalu memperhatikannya, memastikan bahwa ia merasa aman dan dicintai.

Silencia menarik selimut hingga menutupi tubuhnya, mencoba mengusir rasa takut yang terus menghantui. Namun, pikirannya terus kembali ke kejadian itu. Kematian terasa begitu dekat, dan ancaman terhadap nyawanya terus membayangi setiap pikirannya.

Pertanyaan berputar di kepalanya. Apakah Silencia ditakdirkan mati? Jika tubuhnya kembali mati, kemana lagi jiwanya akan kembali? Apakah turut mati beserta dengan raganya? Tidak ada jawaban. Tidak ada yang tahu.

Silencia membuka telapak tangan, seberkas cahaya sihir putih keemasan bergerak melingkar seiring ia menggerakkan jemarinya. Ia masih tidak percaya jika tubuh yang ia tempati sekarang memiliki sihir kuat. Apa tujuan diberikannya kekuatan ini? Bagaimana mungkin kekuatan sihir bercampur dengan kekuatan suci? Bukankah kedua hal itu adalah hal yang berlawanan?

Dewa Flocke tentu senang bermain-main dengan kebingungannya. Melihat Silencia yang kebingungan tentu menarik bagi Dewa Flocke.

Ia memejamkan mata, berharap bisa tertidur dan melupakan kekhawatiran. Namun, bayangan wajah Ares yang tegas saat bekerja tetap ada di benaknya, memberikan sedikit ketenangan di tengah ketakutannya.

The Duke's Adopted Daughter (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang