Weak ; 3

345 46 11
                                    

Indonesia memasuki ruangan tersebut, walaupun bersih dan semuanya tertata rapi, ntah kenapa ia masih saja merasa bahwa ruangan itu bau amis darah dan banyak darah yang menempel pada tembok ruangan tersebut.

Ia melihat seorang pria paruh baya yang tengah duduk di kursi yang terlihat seperti singgasana dengan buku ditangannya.

"Oh Indonesia, kau sudah datang." Ucapnya menyadari kehadiran Indonesia.

"Apa alasanmu memanggilku kesini!?" Bentak Indonesia berusaha untuk terlihat tak takut dengan pria tinggi dihadapannya ini.

"Indonesia, sudah berani membentak Papa ya nak?" Ucap Asean tersenyum lebar dengan nada lembut tetapi mencekam membuat Indonesia merinding ketakutan.

"Sudah! Tidak usah basa basi lagi bajingan! Apa alasanmu memanggilku kemari!?" Teriak Indonesia yang membuat Asean berhenti tersenyum, dan digantikan dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau katakan tadi?"

"Kau tuli apa bagaiman- Ugh!" Ucap Indonesia terhenti karena dicekik oleh Asean.

"Tidak sopan bertingkah seperti itu... siapa yang mengajarimu hm~?" Tanya Asean mengelus paha Indonesia sensual sebelum kembali mengeratkan pegangannya.

"Kau sangat tidak sopan! Aku bahkan tak pernah mengajarimu seperti itu!" Bentak Asean pada Indonesia.

"K-kau m-memang takh pernakh mengajari k-ku! Makanya a-aku kurang ajar! AKH!" Ucap Indonesia terbata-bata yang membuat Asean semakin menguatkan cekikannya.

"Aku bahkan bisa membuat mu mendesah dibawah kukunganku bocah sialan!" Ucap Asean mengehempaskan Indonesia ke dinding ruangan tersebut.

"Tiga hari lagi kau akan sekolah, aku sudah mendaftarkanmu, jangan mengacaukan lagi seperti waktu itu, aku akan memanggil Sei untuk membantumu." Ucap Asean dingin membelakangi Indonesia.

Sebelum keluar Asean terhenti di depan pintu ruangan tersebut.

"Bocah kurang ajar." Hina Asean yang kemudian sepenuhnya menghilang dari pandangan Indonesia.

Indonesia menatap kosong kearah tangannya yang berlumuran darah, lagi... lantai yang ia pijak kini kembali tergenang oleh darah, tubuhnya yang dulunya sudah sepenuhnya bersih dari luka (-pergelangan tangan) kini kembali penuh dengan darah.

Dirinya yang sudah mulai bersih dari sentuhan kini kembali kotor karena Papanya sendiri.

Ia... sudah tak kuat.

Indonesia menitikkan air matanya, tangannya yang penuh dengan darah bergerak menghapus air matanya, kenapa harus dia? Kenapa tidak orang lain saja? Mengapa takdir begitu kejam? Ia bahkan tak pernah mendapatkan kebahagiaan.

"Sakit..." Cicitnya meremas dada pelan.

Tanpa sadar, orang yang tadinya memperhatikannya saat di depan pintu, kini kembali mengintip di celah pintu.

Rasanya campur aduk, orang itu ingin membantu tetapi masih ingin mengikuti kata Singapore.

"Maaf kak Indo..." Cicit pemuda itu pelan kemudian meninggalkan Indonesia yang masih saja menangis putus asa.


































Indonesia telah diobati, ia juga telah dibersihkan dari darah oleh Sei.

Tetapi ia masih merasa bahwa tubuhnya kotor.

Kini Indonesia tengah melamun di balkon umum mansion, tatapan kosong miliknya melihat kearah taman mansion yang mana ada seorang Maid, suami dari Maid tersebut, dan kedua anak mereka.

Terlihat dua anak itu bersenda gurau sembari bermain lari-larian dengan senyum yang mengembang di wajah mereka.

Karena terlalu lama melihat anak-anak itu bermain, akhirnya kedua anak itu peka dan mengalihkan atensi mereka pada Indonesia yang tengah melihat mereka juga.

Anak-anak itu melambaikan tangan mereka pada Indonesia, Indonesia yang melihat itu tentu sedikit bingung.

"Kakak cantik! Ayo bermain bersama Athala!" Teriak seorang anak lelaki dengan topi dikepalanya (Like Pinocchio)

"Iya kakak cantik! Ayo bermain dengan Athala dan Athalia!" Ucap anak perempuan satunya mengikuti sang kakak untuk mengajak Indonesia, Indonesia yang melihat itu sedikit bingung tetapi ia tetap melangkahkan kakinya turun ke taman mansion.

Sesampainya di bawah, dua anak kecil tersebut menghampiri Indonesia dan menarik tangannya menuju kursi taman.

Ibu kedua anak tersebut yang melihatnya tentu saja sedikit panik, tetapi Indonesia mengatakan tak apa.

"Kaka cantik! Nama kaka siapa?" Tanya anak perempuan dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.

Indonesia yang mengerti jika kedua anak itu ingin mengajaknya bermain ikut tersenyum manis.

"Nama kakak Indonesia, nama kalian siapa?" Ucap Indonesia memperkenalkan diri sekaligus bertanya.

"Aku Athala!" Jawab anak lelaki bertopi tersebut.

"Aku Athalia!" Jawab anak perempuan disampingnya.

"Kaka cantik sudah punya pacal belum?" Tanya Athalia penasaran.

Indonesia hanya menggelengkan kepalanya sembari memegang tangan kecil Athalia.

"Kenapa? Padahal kan kaka cantik sekali??" Tanya Athala bingung.
















































"Karena kakak tidak berguna."


























































wkwkwk

perlu dibuatin flashback Indonesia dilecehkan ga??

sebenarnya aku bisa-bisa aja buat sih, tapi sorry kalau ada hal yang 'aneh' soalnya aku gapernah ngebuat kayak gituan wkwkw

bakal aktif dikit di book ini, kasian soalnya aku udah lama ngeghostingin.

Weak -Indo haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang