5. Hujan

62 3 0
                                        

TYPO TANDAIN ❗

🌷 HAPPY READING 🌷

🌷🌷🌷

"Apakah benar Altara itu ... Dia?"

Alsya Clarissa Queenby

🌷🌷🌷

Alsya menghela nafas berat. "Udah hari libur aja, semakin bosen deh gue di rumah sakit," lirihnya. Ia menarik selimut berwarna putih itu hingga menutupi wajahnya.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara ketukan pintu. Alhasil, Alsya menurunkan selimut yang menutupi wajahnya. Dikarenakan hanya ada dirinya diruangan ini, ia harus beranjak turun dan mengecek siapa yang mengetuk pintu kamar rawat inap nya.

Saat pintu sudah terbuka, ia melihat seorang laki-laki berpakaian serba hitam sambil memegangi buket bunga tulip.

Alsya terdiam sejenak saat laki-laki itu perlahan mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah dirinya. Laki-laki itu tersenyum, kemudian ia memberikan buket bunga tulip itu kepadanya.

Alsya sempat terheran sebelum ia menerima buket pemberian dari laki-laki itu yang ternyata Vero. "Makasih."

Alsya mengizinkan untuk Vero masuk kedalam kamar rawat inap nya. Ia meletakkan buket bunga pemberian Vero diatas lemari.

Tiba-tiba terdengar suara bunyi petir bergemuruh kencang. Alsya berteriak karena kaget mendengar bunyi petir bergemuruh, ia melompat kecil dan sempat ingin menutup telinganya. Tapi Vero langsung mendekap tubuh Alsya ke dalam pelukannya.

"Hujan?" tanya Alsya yang masih di dalam bekapan Vero sambil mendongakkan kepalanya. Vero mengangguk. "Yah ... Gak bisa main diluar dong," lirih Alsya.

"Gak apa-apa, kita masih bisa nonton, main kartu, kebetulan gue bawa. Mau main?" tanya Vero.

Alsya melepaskan pelukan Vero secara perlahan dan menggelengkan kepalanya. "Gak mau ... Mau nya mandi hujan, boleh kan?" pinta Alsya dengan lembut.

"Lagi sakit, gak usah mandi hujan, ya? Yang lain aja."

Alsya memutar bola matanya malas. Dengan sekuat tenaga yang ia punya, ia pun beranjak turun, melepaskan infusan yang ada ditangannya dan keluar dari kamar rawat inap untuk pergi mandi hujan sesuai dengan keinginannya.

Vero menghela nafas dan mengejar Alsya yang sudah keluar sedari tadi. Selama diperjalanan, Vero membujuk Alsya untuk kembali masuk kedalam dan menonton atau bermain bersama.

Tetapi, Alsya tetap nekat untuk terus berjalan dan mengabaikan bujukan dari laki-laki bernama Vero itu. Sesampainya di lobby, ia menatap langit-langit yang perlahan cahaya mataharinya mulai redup. Ia melangkahkan kakinya keluar dari lobby rumah sakit. Namun, Vero menarik lengan Alsya dan mencegah perempuan itu untuk tidak pergi keluar dari rumah sakit.

"Balik ke kamar aja, ya? Jangan mandi hujan, nanti makin sakit lagi," bujuknya.

"Gak mau ... Gue mau mandi hujan. Lo kalau mau ikut, ayok, kali enggak gue aja, gak apa-apa kok." Alsya melepaskan tangan Vero dari lengannya dan berjalan keluar.

Vero hanya bisa menghela nafas dan tetap berada di lobby sambil memperhatikan Alsya yang sedang mandi hujan. Vero khawatir dengan kondisi perempuan itu, tetapi di saat melihat ekspresi perempuan itu ia hanya bisa terdiam saja dan tetap memperhatikan.

Sudah beberapa menit, Alsya berada di luar. Vero bertanya ke beberapa suster, apakah ada yang mempunyai payung. Setelah mendapatkannya, ia membuka kemeja berwarna hitamnya dan berlari keluar untuk menghampiri Alsya.

Kita Gak Pacaran, Tapi Kamu Punya Aku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang