Chapter 9

121 26 1
                                    

Suara gemercik air terdengar menenangkan, membuat tubuhnya terasa rileks setelah air hangat mengenai kulitnya. Setelah itu, Beomgyu mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Sesekali pikirannya melayang membayangkan hal mesum bersama Taehyun di kamar mandi. Beomgyu terkikik, merasa dirinya mulai dimabuk asmara.

Kemudian, ia membuat kopi hitam dan menikmatinya di halaman rumah. Menikmati angin pagi yang sejuk, ia juga menghisap batang tembakau di celah bibirnya untuk menambah ketenangannya di pagi hari yang cerah. Ia masih belum bisa melupakan hal manis yang terjadi tadi malam di festival pasar malam. Matanya menangkap mobil yang berhenti di depan rumahnya. Seorang pemuda tinggi dan berkulit putih keluar dari mobil tersebut. Beomgyu terdiam sejenak, menganggurkan tembakaunya yang masih menyala.

Ohayo Gozaimasu Michiro-sama,” sapanya. [Selamat pagi, Tuan Michiro]

Otaknya kembali berputar dan baru ingat nama lamanya.

Ohayo, Choi Yejun,” balas Beomgyu dan tersenyum. Yejun menjabat tangan Beomgyu yang disambut hangat olehnya.

“Akan aku buatkan minuman. Kopi atau teh?” tanya Beomgyu dan bangkit dari duduknya hendak pergi ke dapur.

“Aku harap kau tidak lupa dengan misimu, Tuan.”

Beomgyu memberhentikan langkahnya dan menoleh. “Apa maksudmu? Aku suka tinggal di sini, aku nyaman.”

“Nyaman?” tanya Yejun kembali, membuat Beomgyu mengangguk sambil membuatkan teh hijau hangat untuknya. Ia menyodorkannya dan Yejun kembali bertanya, “Sampai kau berpacaran dengan anak pemilik perusahaan yang kita incar sebagai rencana selanjutnya?”

“Diminum dulu, mumpung masih hangat,” ucap Beomgyu mengalihkan pembicaraan.

Yejun menghela napas kasar dan kemudian menatap Beomgyu dengan serius. “Aku sudah berjuang lebih jauh, Tuan. Aku sampai rela mencuri berkas kasus tentangmu dan membuat kekacauan baru agar masalahmu terkubur di polisi, sementara kau bersenang-senang. Kau pikir itu mudah?”

Beomgyu terdiam. Ia bisa merasakan kekecewaan Yejun karena tidak ada tindakan lebih lanjut darinya yang ingin merebut perusahaan telekomunikasi milik ayah Taehyun. Beomgyu juga tidak ingin munafik; ia menikmati momen cintanya dan terlena dengan itu semua.

Beomgyu menggenggam cangkir kopinya dengan erat. "Aku tidak bisa meninggalkan Taehyun begitu saja."

Yejun mendekat, menepuk bahu Beomgyu. "Kau harus fokus. Ini bukan hanya tentang kita, ini tentang masa depan seluruh organisasi."

Beomgyu terdiam sejenak, hatinya berperang antara cinta dan loyalitas. Untuk beberapa saat berpikir, ia memutuskan. "Baiklah, aku akan ke Jepang. Tapi aku akan kembali untuk Taehyun."

Malam itu, Beomgyu berkemas dengan berat hati. Ketika ia keluar dari rumahnya, mobil yang sama menunggunya. Yejun sudah siap di kursi kemudi, wajahnya serius. Beomgyu masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara, hanya mengangguk singkat pada Yejun. Perjalanan ke bandara terasa lama dan sunyi. Pikiran Beomgyu terus berputar, memikirkan Taehyun dan masa depan mereka yang semakin tidak pasti. Di pesawat, ia duduk dengan gelisah, merasa hatinya tertinggal di Korea bersama Taehyun.

Sesampainya di Jepang, mereka langsung menuju markas. Beomgyu disambut oleh beberapa anak buah yang setia, namun suasana tegang terasa di setiap sudut ruangan.

"Penyusunan rencana sudah siap, Tuan," kata salah satu anak buah dengan hormat.

Beomgyu mengangguk, mencoba memfokuskan pikirannya. "Baik, kita akan menjalankan rencana ini secepat mungkin. Tapi ingat, kita harus tetap berhati-hati. Mengingat kesalahan kita tahun lalu.”

Sakura SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang