Chapter 10

111 21 0
                                    

Taehyun membelalakkan matanya dan merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan pria dihadapannya.

"Apa? Tidak, setahuku rumah ini milik Beomgyu sensei."

"Entahlah, rumah ini sudah aku beli, berarti ini rumahku sekarang," jawab pemilik baru dengan nada datar.

Taehyun menghela napas panjang dan kemudian mengetik sesuatu di ponselnya. Ia kembali menghela napasnya berat, saat melihat pesannya tidak dibalas. Taehyun frustrasi sebab Beomgyu menghilang tiba-tiba tanpa mengabarinya. Hatinya terasa kosong dan bingung. Ia tidak tahu harus kemana lagi mencari guru lesnya itu.

Dengan langkah berat, Taehyun meninggalkan rumah tersebut. Ia berjalan tanpa arah, membiarkan pikirannya tenggelam dalam kekhawatiran dan kesedihan. Sambil terus berjalan, Taehyun mencoba menghubungi Beomgyu sekali lagi. Namun, seperti sebelumnya, panggilan itu langsung masuk ke pesan suara.

"Beomgyu sensei? Aku sangat merindukanmu. Tolong hubungi aku," katanya dengan suara gemetar sebelum menutup telepon.

Hari demi hari Taehyun masih belum mendapat kabar dari Beomgyu. Hampir setiap harinya ia duduk di bangku taman dekat rumahnya, berharap melihat sosok yang dirindukannya itu. Rasa rindu dan khawatir semakin menyiksa hatinya. Sampai suatu sore, ketika Taehyun duduk termenung di taman, seorang teman sekelasnya, Gihoon, menghampirinya.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan cemas.

Taehyun hanya menggelengkan kepala, air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Gihoon. Beomgyu sensei menghilang begitu saja. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya."

Gihoon duduk di sampingnya. "Mungkin dia punya alasan yang sangat penting. Ayo pulang, aku belikan es krim."

Taehyun mengangguk dan mengikuti ajakan Gihoon. Temannya sangat mengerti jika dirinya butuh dihibur, walau sudah mengobrol dan tertawa bersama dengannya, tetap saja Taehyun masih merasa risau dengan kehilangan Beomgyu yang secara tiba-tiba.

Malam itu, di kamarnya yang gelap, Taehyun merasa putus asa. Ia mengambil sebuah kotak kecil dari laci meja belajarnya. Di dalamnya, ada beberapa kenang-kenangan dari Beomgyu: sebuah foto mereka berdua di pasar malam, sebuah buku catatan yang penuh dengan pelajaran bahasa Jepang, dan tak lupa gelang sepasang yang saat ini masih ia pakai. Ia menggenggam gelang itu erat-erat, berharap bisa merasakan kehadiran Beomgyu.

"Aku harap kau terus mengingatku, Beomgyu. Aku merindukanmu," gumamnya, menatap langit-langit kamarnya dengan mata berkaca-kaca.

Di sisi lain, di Jepang, Beomgyu duduk di ruang kantor yang gelap, menatap layar komputernya dengan mata lelah. Pikirannya terus melayang pada Taehyun, pada senyuman dan tawa yang selalu membuat harinya cerah. Namun, ia tahu bahwa untuk saat ini, ia harus menyelesaikan misi yang sudah lama direncanakan. Keputusan untuk kembali ke Jepang adalah keputusan yang paling sulit yang pernah ia buat, dan setiap hari tanpa Taehyun adalah siksaan baginya.

"Maafkan aku, Taehyun. Maaf," katanya sambil membenturkan kepalanya di meja komputer. Ia memaki dirinya yang begitu bodoh hingga ponselnya hilang di bandara dan membuatnya tidak bisa mengabari kekasihnya hingga saat ini.

Dahinya hampir saja membiru jika suara nada dering ponselnya tidak berbunyi, memberhentikan dirinya yang terus menerus membenturkan kepalanya ke meja. Beomgyu mengangkat telepon dengan malas tanpa mengucapkan apapun.

"Tuan, tolong kami, saat ini kami sedang diburu oleh polisi."

Beomgyu bangkit dari duduknya dan menjawab, "Akan kuatasi."

Ia menutup sambungan teleponnya dan mengambil beberapa senjata tajam miliknya. Beomgyu menghela napas, berusaha memfokuskan diri dan mengesampingkan Taehyun dari pikirannya. Beomgyu juga menelepon Yejun untuk mengirim anak buah lainnya guna menghabisi polisi. Rencananya berhasil sesuai dugaannya, dan sebelum dirinya memutuskan untuk mengambil langkah selanjutnya, keesokkan harinya ia mampir ke kedai perhiasan untuk membeli kalung emas putih yang memiliki bandul berinisial B.

"Untuk apa itu?" tanya Yejun sambil mengusap pipinya yang terdapat noda darah.

"Kekasihku," jawab Beomgyu sambil menyimpan kalungnya di saku celana. Lalu ia kembali berucap, "Kita butuh dana untuk pengeboman, mungkin selanjutnya kita mencuri uang di bank. Saat waktunya tiba, aku yang akan bergerak."

Sakura SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang