Chapter 12

116 19 5
                                    

Beomgyu mengerang pelan, ia terbangun dari tidurnya. Setelah mandi, Beomgyu membuka jendela rumahnya dan menghirup udara segar di pagi hari. Ia tersenyum cerah saat melihat bunga sakura bermekaran dengan warna merah muda. Sungguh pemandangan pagi yang sangat cantik. Beomgyu melirik ke arah ponselnya sejenak. Senyumnya semakin lebar saat mendapati laporan bahwa anak buahnya berhasil mengebom perusahaan THzu dan mengambil seluruh dana milik perusahaan tersebut untuk modal membeli barang ilegal, lalu dijual lagi. Sesuai dengan rencana yang sudah matang bersama Yejun.

Untuk merayakan keberhasilannya, ia menikmati paginya dengan teh matcha dan biskuit. Sambil menonton televisi yang menayangkan berita peledakan gedung THzu yang sudah hancur berkeping-keping. Diduga terdapat 15 korban yang kini dilarikan ke rumah sakit dan 9 korban yang sudah meninggal di tempat.

“Ah, Michiro. Kau memang ahli dalam membuat kekacauan dan membuat polisi pusing,” katanya sambil tertawa. 

Tak lama kemudian, ia mendengar suara petugas pos di luar rumahnya. Dengan malas, Beomgyu menghampiri pintu dan menerima surat tersebut tanpa memberikan tip. Setelah menutup pintu, ia membuka surat dan membacanya. Seketika sekujur tubuhnya terasa lemas. Dengan tangan yang gemetar, ia mengambil ponselnya dan menghubungi Yejun. Setelah sambungan teleponnya tersambung, Beomgyu langsung berucap, “Yejun, kita punya masalah besar. Taehyun ada di gedung itu saat ledakan terjadi.”

“Apa? Bagaimana bisa?” balas Yejun dengan terkejut.

“Aku tidak tahu. Tapi aku mendapatkan surat darinya, dia bilang dia datang ke Tokyo untuk mencariku. Kita harus mencari tahu keadaan dia sekarang,” kata Beomgyu dengan suara penuh kekhawatiran.

Yejun menghela napas berat. “Baik, aku akan segara mencari tahu dimana dia dirawat. Tunggu kabar dariku.” 

Beomgyu menutup telepon dan meremas surat itu di tangannya. Hatinya diliputi rasa bersalah dan penyesalan. Ia tidak pernah menyangka bahwa tindakan mereka akan melukai orang yang paling dia cintai. Tekadnya bulat, dia harus menemukan Taehyun dan memastikan dia selamat. Nyatanya takdir berkata lain, setelah Yejun mengabari soal Taehyun yang masih dirawat di rumah sakit. Baru saja Beomgyu sampai di rumah sakit dan menemukan kamar Taehyun. Sang kekasih menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit bahkan saat Beomgyu belum menampakkan diri di hadapannya.

Beomgyu berdiri terpaku di depan kamar rumah sakit, menatap tubuh Taehyun yang terbaring tanpa nyawa. Air mata mengalir deras di pipinya, hatinya hancur berkeping-keping. Semua perasaan bahagia yang pernah ia rasakan kini berubah menjadi duka yang mendalam. Beomgyu juga dapat melihat kedua orangtua Taehyun yang sedang berduka di dalam kamar.

"Maafkan aku, Taehyun," bisiknya lirih, suaranya serak.

Yejun datang mendekat, menepuk bahu Beomgyu dengan lembut. "Kita harus pergi sekarang, Tuan Michiro. Polisi sedang mencari kita."

Beomgyu menggelengkan kepalanya lemah, matanya masih terpaku pada wajah Taehyun yang damai. Dengan langkah berat, ia mendekati ruangan itu. Namun, langkahnya tertahan karena polisi sudah lebih dulu menangkapnya.

"TIDAK, AKU INGIN BERSAMA KEKASIHKU. TAEHYUN, BANGUNLAH, AKU KEMBALI," teriak Beomgyu sambil menangis. Sungguh, Beomgyu sangat menyesal dan tidak menyangka kekasihnya akan mati karena perbuatannya sendiri.

Tentu setelah peristiwa ini, perasaan bersalah dan kehilangan akan selalu menghantui sisa hidupnya.

Sakura SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang