Chapter 11

108 22 3
                                    

Selamat atas kelulusanmu, Taehyun.

Senyumannya mengembang saat melihat pesan dari saudara Ayahnya di ponsel dan kemudian, senyumannya pudar setelah matanya melirik ke arah pergelangan tangannya. Ia melihat gelang yang masih setia melilit tangannya dan tidak ada sekalipun Taehyun berniat untuk melepasnya. Ia mengelus gelang tersebut sejenak dan menutup matanya, mengingat kenangan manis bersama Beomgyu beberapa tahun lalu yang masih ia ingat hingga dirinya lulus sekolah.

“Tuan, ada paket untukmu.”

Taehyun membuka matanya dan menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara salah satu maid di rumahnya. Taehyun bangkit dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya.

“Paket dari siapa? Aku tidak memesan apapun,” kata Taehyun.

Maid itu menggeleng dan menjawab, “Saya tidak tahu, Tuan. Saya hanya menerimanya. Mungkin Tuan bisa membukanya, siapa tahu terdapat nama pengirimnya di dalam paket itu.”

Taehyun menatap paket tersebut yang dibalut kertas kado berwarna keemasan dan juga tas kecil untuk melindunginya. Taehyun mengangguk setuju dan berpikir mungkin ada benarnya jika ia membuka paketnya lebih dulu. Taehyun menebak paket ini hadiah dari Gihoon karena beberapa hari lalu Gihoon bilang ia ingin memberikan kado di hari kelulusan mereka nanti sebagai kenang-kenangan.

Saat Taehyun membuka kotak tersebut, ia terperangah melihat kalung berkilauan yang terbuat dari emas putih dengan bandul berinisial B. Taehyun juga mendapati foto polaroid yang menampilkan dirinya dengan Beomgyu di pasar malam. Jantung Taehyun berdebar tak karuan dan kemudian ia melihat selipan kertas. Dengan perlahan ia membaca kertas yang bertuliskan tinta pulpen.

°❀—❀°

Maaf. Kata yang mungkin tak cukup untuk mengampuni rasa bersalahku padamu, tidak cukup jika hanya selembar kertas ini aku jabarkan kesalahanku. Tapi percayalah, aku masih mengingatmu dan bahkan aku juga merindukanmu, sangat. Tak dapat dipungkiri, tentangmu melayang di pikiranku, tak dapat dipungkiri pula aku semakin sulit melepaskan atau bahkan berpaling darimu. Saat ini aku berada di Jepang, tepatnya di Tokyo. Tapi jangan khawatir, suatu saat aku akan datang menemuimu, dan aku dalam keadaan baik-baik saja. Aku berjanji, Taehyun. Dan maaf, karena membuatmu memendam rasa rindu dan kerisauan yang menyayat hati, tetapi ketahuilah bahwa aku juga merasakan hal yang sama

Maaf, jika kau harus menunggu kembali untukku.

- Beomgyu

°❀—❀°

Mata Taehyun berkaca-kaca dan air matanya pun tak sempat terbendung lagi. Ia memeluk suratnya dengan erat.

“Kau juga masih ada di hatiku. Aku sangat merindukanmu, Beomgyu,” gumamnya.

Bulan-bulan berlalu dengan lambat. Taehyun menunggu dengan sabar, berharap setiap hari bahwa Beomgyu akan muncul. Namun, tak ada tanda-tanda dari Beomgyu. Sampai suatu hari, Ayahnya mengajak Taehyun untuk pergi ke Tokyo dengan alasan untuk mengajarinya cara mengelola perusahaan keluarga. Awalnya Taehyun menolak untuk ikut, tapi saat mengingat Beomgyu yang keberadaannya di Tokyo, ia pikir lebih baik ia menyusul dan mencari keberadaan kekasihnya itu.

Suasana kota Tokyo cukup ramai dengan orang-orang berjas yang sibuk bekerja. Mereka berlalu-lalang tanpa henti. Taehyun seringkali mengamati satu per satu wajah mereka, berharap ia dapat bertemu kekasihnya di jalan. Namun hasilnya nihil. Sudah seminggu ia di Tokyo, tetapi belum menemui keberadaan Beomgyu. Taehyun termenung di kamarnya, Ayahnya memang sudah membeli rumah di Jepang karena ke depan nanti mereka akan menetap di Jepang. Taehyun mengeluarkan surat dari laci nakasnya, menatap kertas bernoda tinta pulpen tersebut. Saat ia membalikkan kertasnya, ia terkejut bahwa terdapat tulisan lain, yaitu suatu alamat yang Taehyun duga adalah alamat rumah Beomgyu. Taehyun tersenyum senang, dan dengan semangat ia mengambil kertas serta pulpen dan mulai menulis.

Keesokan harinya, Taehyun dan Ayahnya sedang berada di dalam mobil menuju kantor Ayahnya. Beberapa menit kemudian, sang Ayah membuka suaranya lebih dulu.

“Saat ini kau akan belajar tentang operasional bisnis dan juga belajar memperkirakan simpanan dana untuk perusahaan. Dan jangan lupa kau ada meeting nanti sore dan beberapa dokumen yang harus kau kerjakan dan selesai hari ini,” katanya. 

Taehyun menoleh dan kemudian mengangguk paham. Mengingat perusahaan Telekomunikasi milik Ayahnya sudah cukup terkenal dan sangat maju. Memang perlu mempelajari beberapa materi penting untuk mempertahankan perusahaannya. Untungnya Taehyun sudah cukup pintar berbahasa Jepang, sebab posisinya saat ini membuatnya sering berkomunikasi dengan para klien dan juga presentasi di depan para karyawan. Ayahnya kembali berkata, "jam makan siang nanti kau ingin makan sushi bersama?”

“Tentu,” jawab Taehyun singkat.

Sesungguhnya ia merasa jengkel dengan pekerjaan seperti ini, tapi ia ingat dengan tujuan utamanya yang membuatnya mau pergi ke Tokyo. Dengan segala tugas di kantor dan tumpukan dokumen yang dirasa tidak berkurang, untungnya Taehyun menyempatkan diri untuk mampir ke kantor pos untuk mengirimkan surat ke alamat yang dituliskan di balik surat dari Beomgyu.

Pada malam harinya, Taehyun seorang diri di dalam ruang kerja Ayahnya. Matanya sudah lelah menatap layar komputer, tangannya juga sudah mulai terasa berat walau hanya menggeser mouse. Taehyun memegang kalung emas putihnya, ia menyandarkan bahu di kursinya dan melihat huruf B di kalungnya. Taehyun memberi kecupan pada huruf tersebut.

"Kapan kau akan datang? Dan sampai kapan aku harus menunggu?" tanyanya sambil menatap kalung tersebut.

Setelah itu, dirinya mendengar suara detikan jam dinding terdengar di telinga Taehyun, saking sunyinya ruangan yang ditempatinya saat ini. Namun setelah diteliti lagi, itu bukanlah suara detikan jam. Belum sempat Taehyun bangkit untuk mengecek sekitar ruangan, ia melihat kilatan cahaya merah serta suara hentakan keras hingga telingannya berdenging, lalu membawanya terpental jauh dan membakar seluruh gedung hingga hancur.

Sakura SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang