Setiap kali aku bertanya pada Mama dari mana asalnya bau busuk itu, Mama selalu menjawab itu pasti dari bangkai tikus. Kamar belakang hanya dipakai untuk menyimpan barang lamaku, Mama, dan Papa. Jadi, wajar saja jika banyak tikus disana. Mungkin saja tikus-tikus disana mati karena kelaparan? Entahlah.
Tak terasa, 16 episode drama kuhabiskan hanya dalam sehari, dan kini hari sudah malam. Anehnya, Mama tak kunjung pulang. Biasanya hari senin begini, Mama paling lama, ya, pulang petang.
Perutku mulai memanggil makanan. Aku lapar. Baterai laptopku juga hampir habis, jadi, aku mengisi dayanya. Lalu segera ke dapur lagi untuk melihat apakah ada mi instan dan telur.
Untung saja ada. Aku mulai menyalakan kompor dan mendidihkan air. Memasak mi dan telur rebus bersamaan.
Aku. Lagi-lagi. Mencium aroma ini. Bau busuk. Di dalam kamar belakang.
Selagi mi dan telur milikku dimasak dengan api sedang, aku berjalan perlahan menuju ruang tengah, di sana terdapat laci besar. Aku pernah melihat Mama menaruh kunci kamar belakang disana. Sekarang kunci itu ada di tanganku. Aku memberanikan diri untuk membuka kamar belakang dan memastikan apa isinya. Berasal dari mana sebenarnya bau busuk itu?
Aku membuka pintu cokelat hampir usang itu dengan hati-hati lalu memegang engsel pintunya kemudian mendorong engselnya perlahan agar bisa melihat sepenuhnya kamar belakang itu.
Aku membuang napas dari mulut. Mataku berkaca-kaca. Tanganku yang memegang engsel pintu kulepaskan dan aku menjauh dari sana hingga jatuh meringkuk. Aku. Terkejut. Melihat isi di dalamnya.
Dengan tiba-tiba dari arah berlawanan, 3 orang berpakaian polisi telah mendobrak pintu utama rumah dan bergerak cepat menuju kamar belakang sembari membawa pistol yang diangkat, seperti menangkap penjahat.
Para polisi itu, tidak melihat keberadaanku. Para polisi itu, menembus badanku begitu saja. Yang ada di dalam kamar belakang itu adalah aku. Jasadku yang duduk di satu kursi kayu—terduduk dengan kedua tangan yang diikat tali tambang ke belakang kursi.
Ternyata aku. Sudah tiada.
Saat aku berusaha memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi, suara mi dan telur yang meluap dari panci terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Belakang
RandomMamaku memperbolehkan semua apa yang aku mau, kecuali satu, memegang engsel pintu-apalagi sampai membuka pintu kamar belakang rumah. Tapi bagiku larangan adalah perintah.