9. Promise

98 15 0
                                    





Dari celotehan Luna sekilas, Sham bisa tau kalau Keanu datang berkunjung dengan alasan yang tidak pasti alias tanpa tujuan. Pria itu bahkan sampai harus menunjukkan foto bersama mereka kepada Luna hanya demi memperjelas bahwa dia bukanlah orang asing dan mengenal baik Sham.

Omong-omong, kini mereka bertiga sedang berada di kantin pabrik di mana Luna tengah menyantap makanan, lalu Keanu dan Sham mengobrol serius tak jauh dari posisi anak itu berada.

Keduanya terfokus memandangi Luna sambil sesekali menyeruput kopi pada gelas masing-masing.

"Kamu benar-benar bawa dia, Sham?" tanya Keanu, masih memperhatikan Luna yang sibuk menikmati es krim.

"Sesuai perintah Anda, Bos."

Keanu mengangguk pelan, pria umur tigapuluh lima itu memasukkan tangan kanannya ke dalam saku. "Hm... Kamu memang sangat layak jadi orang kepercayaan saya."

Sham menunduk sejenak sebelum kembali menatap Luna.

"Dia awalnya memang sok jual mahal seperti Lena. Tapi nggak buruk juga, menarik," imbuh Keanu.

"Maksudnya?" Sham melirik Keanu bingung karena transisi pembahasan tersebut.

“Dia sangat mirip Lena,” tutur Keanu lagi. Ia menghela napas panjang, matanya tampak suram sejenak. “Hhh, perempuan itu... Bisa-bisanya...”

"Papa, ada kupu-kupu!"

Sejenak, seruan Luna berhasil menarik perhatian Sham dan Keanu sebelum kembali saling tatap.

"Oh, wow, bahkan kamu dipanggil begitu?" Keanu seakan baru menyadarinya.

"Bukan begitu Bos--"

Belum sempat menjelaskan, Keanu menginterupsi Sham menggunakan tangan. "Berhenti memanggil saya demikian, saya lima tahun lebih muda dari kamu, Sham."

Keanu mengambil satu tegukan lagi pada gelas kopinya. "Lagian, kamu nggak perlu ngejelasin. Apapun alasannya, saya nggak penasaran."

Sham kembali menundukkan kepala, meminta maaf. Dari seluruh caranya menyikapi sang bos, sudah terbaca jikalau ia merupakan bawahan yang patuh.

Kali ini Keanu menatap serius Sham yang juga memandangnya. "Luna bisa tinggal sama saya kalau kamu merasa kesulitan."

Usulan tiba-tiba itu membuat Sham terkejut meskipun tidak kentara. "Nggak perlu, Bos. Saya bisa urus dia sendirian."

"Dan biarin dia di rumah kamu tanpa pengawasan? Bagaimana kalau kebakaran waktu itu terulang lagi?" Keanu mengangkat sebelah alis. "Kamu yakin bisa tanggung jawab?"

Sham menatap terkejut sekaligus heran. Bagaimana dia bisa tau? Dan, kenapa pula bosnya ini sangat berlebihan? Batinnya. "Setelah ini saya akan lebih waspada. Jadi, Bos tenang aja. Saya pikir juga, Luna bakalan susah dibujuk."

Sham kemudian menunduk sopan saat Keanu menatapnya sengit.

Namun sejurus kemudian, pria beralis tebal itu justru terkekeh kecil, menyeruput santai kopinya yang beberapa menit terabaikan. "Kamu memang orang yang tepat, Sham," gumamnya.

Kening Sham mengernyit, sedari tadi pria itu terus saja melantur dan berbicara kurang jelas—ah, tidak! Sikap Keanu hari ini memang tergolong tidak jelas.

Seolah sadar akan kebingungan Sham, Keanu terkekeh sebentar kemudian berujar, "Oke, Luna tinggal sama kamu. Tadi, saya cuma becanda."

Sham semakin rancu, lelucon macam apa itu? Di mana letak kelucuan yang seharusnya membuat ia tertawa?

Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang