Bab 6

421 54 8
                                    

"Perangin?"

Keluarga itu seketika hening. Satu kata yang diucapkan oleh Rion Kenzo itu membuat satu ruangan itu hening.

Karena yang menjadi masalahnya adalah, sebuah bendera lain yang ingin merebut tol kiri yang adalah sebagai daerah kekuasaan mereka ini. Dan para penduduk pun sudah tahu jelas bahwa tol kiri adalah daerah kekuasaan milik TNF.

"Aku ikut papi aja"

Kata itu membuat seluruh atensi mata pada Mia, sang anak bontot keluarga TNF yang disayangi keluarga itu, walaupun ia dilindungi dan dijaga, tetap saja darah keturunannya adalah Rion Kenzo.

"Gua ga terima sih kalau mereka ngaku-ngaku daerah kita, perangin aja ayo"

Kali ini berasal dari Gin, perkataan itupun mendukung pemikiran yang lain untuk yakin dengan keputusan mereka.

"Aku sih ayo aja"

"Boleh"

Semakin banyak yang menyetujui keputusan Rion, merekapun menentukan kapan peperangan itu terjadi.

Sementara Exu, yang awalnya mendengarkan dengan seksama. Menyadari tingkah Agil yang tidak berisik seperti biasanya saat mendengar kata peperangan

"Gil?" bisik Exu dengan nada rendah, takut mengganggu pembicaraan Rion saat ini.

"Eh!"

Agil menutup mulutnya, ia mengerjap-erjapkan matanya, begitu pula Exu. Malu karena tindakan Agil,

"Kenapa Gil? Ada yang salah?" Tanya Rion pada Agil,

"Nggak. Lanjut aja"

Agil cengar-cengir, Rion pun mengabaikan. Yah anak itu memang selalu aneh sih, dasar anomali.

"Kenapa, Xu?" Agil ikut berbisik, mengikuti nada Exu

"Kepikiran?"

"Dikit"

Percakapan itu selesai, begitupula yang diruang tengah. Merekapun bubar untuk melanjutkan rencana kegiatan masing-masing.

Tak terkecuali Agil dan Exu, yang kini sedang bersamaan pergi ke Binco,

"Gil, cepet"

"Iya sabar nyet"

Exu menyilangkan kedua tangannya, sesekali menatap jam tangannya. Begitu lamanya waktu yang diperlukan pria ini untuk bersiap-siap

"Dah, ayo"

"Lama amat, cewe lu?"

"Ngga lah, orang masih ada wujud otong dibawah gua, mau lihat ga?"

"Ngeri"

Agil tertawa mendengar kata Exu, ia melajukan mobilnya menuju gedung walikota, memarkirkan disana dan membukakan pintu untuk Exu

"Makasih, ayo"

Sampailah mereka pada meja tunggu temu walikota, sebenarnya tidak perlu karena Agil putra walikota itu sendiri, tapi SSA (suka-suka Agil), menunggu dengan tenang salah satu walikota—MenHan—untuk menemui mereka

"Gil, Xu, masuk aja"

Tanda yang diberikan oleh pak Ano pada Agil bahwa tidak ada lagi kesibukan didalam.

Mereka menghadap sosok yang membelakangi mereka, menunduk tanda hormat, lalu mengangkat bicara,

"Papi, ini Gilbert"

Yang membelakangi itupun balik menghadap mereka, terutama pada Exu

"Gilbert, Golbort, Agil aje nape sih" Menhan berhenti bicara sejenak, mendekat pada mereka, "Selamat datang Xu, nyamanin diri kamu ya" lalu menyambut ramah dan mempersilahkan untuk duduk

"Dih, anaknya ga disambut"

"Elu udah berkali-kali kesini, diem"

Agil pun memutar bola matanya, berdiri dibelakang sofa yang diduduki Exu

"Jadi hubungan kalian udah kayak gimana?"

Jawaban itu diheningkan sebentar, berpikir, tidak tahu cara untuk menjelaskannya

"Sehat kok pi"

"Iya tau gue, udah gimana tapinya belom kah apa lurus hubungan kalian"

"Lah kami kan belok pi makanya saling suka"

"Terserah"

Menhan menuju pintu keluar tetapi ditahan oleh Agil, ayah yang ngambekan perlu anak yang jahil kan?

Agil mendudukkan Menhan disofa seberang Exu, dan kembali keposisi awalnya

"Iya-iya, udah pacaran kok"

"Lu itu udah tua Gil, udah mau berkepala tiga, cepet-cepet deh lu"

"Apasih pi belum juga, aku masih 27 tahun"

"Digenapin jadi apa?"

"30, hehe"

"Tai emang lu"

Exu hanya terkekeh dengan komunikasi dua ayah-anak ini, jarang-jarang melihat situasi begini

"Santai aja pak, bakal keburu kok"

Perkataan Exu itu menghentikan komunikasi kedua itu, diam dan menurut pada pernyataannya

"Kamu yakin Xu?"

"Apasih pi, yakin-yakin ajadeh." Agil sudah lelah dengan paksaan dan pertanyaan 'kapan nikah' dari papinya ini, ia perlu satu hari dengan tenang tanpa adanya pertanyaan seperti itu.

Menhan menghela nafas pelan, "Apapun keputusan kalian, saya dengerin, saya bakal diam asal pernyataan kalian bahwa ga sampai '30 tahun' itu kejadian."

"Iya pak, santai"

"Iya iya pi"

Menhan tersenyum tipis, menatap kedua pasangan itu, mengingatkannya pada masa-masa mudanya,

"Kalau gitu, ayo minum dulu Xu. Saya juga kosong sampai kedepannya"

"Terimakasih pak"

Berkomunikasi itu memang pilihan terbaik untuk menemukan jalan keluar ya?

༄ؘ

Hai semuanya aku nulis lagi nih! Setelah sekian lama akhirnya aku nulis lagi, terimakasih untuk kalian yang udah nunggu kelanjutan karya ini, stay rp yaa jangan membawa emosi yang nyata untuk yang sedang menjadi topik pembicaraan fans TokyoVerse saat ini. 600 words.

Lily.

ProsesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang