36

8 3 1
                                    

Pertandingan kedua akan dilakukan oleh Ralu dan Noe, dipertandingan kali ini Linn tidak bisa menebak siapa yang akan menang. Linn melihat Siel dan Ola melangkah ke pojok bangunan dimana mereka berkumpul, sedangkan Noe dan Ralu berjalan ke bagian tengah bangunan.

"Aku mulai," ucap Ralu sambari menggunakan kekuatannya untuk membuat beberapa tiruan Noe.

Manusia buatan Ralu itu cukup banyak, namun Noe tidak kesulitan karena bisa dibilang mereka mudah dikalahkan. Kekuatan Ralu jika digunakan untuk meniru seseorang hanya meniru penampilan bukan keahlian mereka. Kecuali jika Ralu membuat tiruan dirinya sendiri.

"Lemah banget tiruannya," remeh Noe sembari menyerang manusia tiruan itu dengan pedangnya.

Ralu tidak peduli dengan ucapan Noe, dia terus membuat manusia tiruan itu setelah Noe menyerang dan menusuk mereka hingga mereka hilang tak tersisa. Ralu menatap pergerakan Noe dengan tajam.

Sedangkan Noe tersenyum miring dan menunjukkan tatapan meremehkan, hanya tersisa Ralu di depannya. Noe berlari sambil bersiap mengayunkan pedangnya ke kiri.

Noe melihat sendiri kulit Ralu sedikit bersentuhan dengan bilah pedangnya, namun Ralu hanya menunjukkan senyum kecil. Ralu menghilang sedetik kemudian, Noe paham jika orang yang tadi dia serang hanya manusia tiruan Ralu.

Bahkan keempaat orang yang tengah menonton pertandingan mereka tidak menyangka jika Ralu membuat tiruan dirinya sendiri. Suara langkah kaki di balik pilar beton di tengah bangunan tua itu.

Ralu muncul di sana, sambil mengangkat alis kanannya dengan raut meremehkan. Noe akui Ralu cukup pintar memanfaatkan titik buta lawannya saat bertarung.

"Lawanmu di sini," tepat di belakang tubuhnya, Ralu mengeluarkan belati yang siap menggores lehernya.

Ralu tersenyum tipis, untungnya saat Noe bertarung dengan manusia tiruannya itu dia sempat membuat tiruan dirinya sendiri untuk rencana cadangan.

Noe tidak bisa terlalu bergerak atau dia akan terkena belati di tangan Ralu. Sedangkan seseorang yang dia lihat di depannya tadi bukanlah Ralu yang sebenarnya.

Seseorang itu menarik kedua sudut bibirnya membuat lengkungan senyum remeh. Perlahan tubuhnya menghilang, menjadi partikel-partikel kecil yang terbang bebas di udara.

Noe melempar pedangnya, kemudian pedang itu menghilang. Kedua tangan bergerak menahan tangan kanan Ralu yang memengang belati itu, dengan cepat dia membalikkan badannya dan membuat sedikit celah di antara mereka.

"Sial," kesal Ralu dengan suara kecil, cengkraman tangan Noe cukup sakit, Ralu mendesis pelan sembari menggerakkan tangan kirinya untuk mengelus pergelangan tangan kanannya.

Pedang Noe muncul di tangan kanan Noe, dengan cepat dia mengayunkan pedangnya itu. Bilah pedangnya berhasil menggores pipi Ralu yang berada di depannya.

"Ralu luka nih!" teriak Noe dengan telapak tangan kanannya berada di dekat sudut bibir sebelah kanannya. Pedang yang tadi dia gunakan sudah menghilang entah kemana.

Karena goresan tipis itu, Ralu dinyatakan kalah. Pertandingan selanjutnya cukup menarik, yaitu Linn melawan Zev. Ralu dan Noe keluar dari area tengah dan berjalan ke pojok kiri tempat dua orang lainnya tengah menonton. Linn dan Zev berjalan ke tengah bangunan.

"Serang duluan aja," ucap Zev sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Kalau luka maaf ya," jawab Linn dengan raut ragu-ragu dengan kekuatannya.

Zev tahu jika kekuatan Linn akhir-akhir ini meningkat. Tapi Zev tidak terlalu memperhatikan seberapa besar kekuatan Linn jika dibandingkan kekuatannya.

"Jatuhlah." Linn menunjuk ke arah lantai di bawah Zev dengan jari telunjuk tangan kanannya.

EDELSTENEN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang