[ Sekuel dari Reinkarnasi Menjadi Istri Petapa Agung ]
Mata hijau gelap Sakura menatap seorang pria tinggi berkulit putih dengan rambut hitam lebat runcing yang memiliki sedikit warna biru.
"Kau sudah bangun rupanya.. Mito. Aku baru selesai merokok...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam karakter dan tidak memperoleh keuntungan bersifat materi dari fanfiksi ini.
*****
Mito ingin istirahat sebentar untuk mengatur nafasnya. Ia melihat sebuah rumah kayu kecil di sebelah pohon buah persik.
"Sejak kapan ada rumah kayu disini?"
*****
Desa Konoha
Siang itu di kediaman Senju, Tobirama membuka pintu kamar kakaknya. Membawa baki berisi gulungan-gulungan kertas.
"Melihat dari kelakuanmu hari ini sudah pasti kau tidak ingin membaca surat-surat ini.. " Cibir Tobirama dengan nada dingin. Seperti ia sudah hafal dengan kelakukan kakaknya, Hashirama.
Tobirama lalu duduk di meja Hashirama dan mulai membaca tumpukan gulungan tersebut. Mengingat Madara sudah meninggalkan desa 1 minggu lalu, kini laporan dan gulungan kertas menumpuk. Biasanya yang memeriksa laporan dari desa lain adalah Madara dan Hashirama. Kini dilakukan oleh Tobirama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bi.. biarkan aku beristirahat sebentar.." Hashirama berbaring tanpa pakaian di lantai. Tangannya menepuk wajahnya berusaha menyadarkan diri dari rasa pusing senyap di kepalanya.
Semalam Hashirama meminum sake favoritnya. Ia terlalu banyak pikiran setelah Madara pergi. Kepergian temannya membuat hatinya penuh sesak.
"Oh.. sepertinya akan ada pertemuan para Kage di Desa Suna. Mereka sudah menentukan para Kage. Hanya Konoha yang belum memiliki Kage.Mereka mungkin akan menunjukmu, Kak.." Lapor Tobirama dengan nada serius.
Hashirama terbangun dari tidur ayam-ayamnya dan merangkak perlahan menuju mejanya. Ia duduk di depan dan mengamati Tobirama yang masih sibuk menulis surat balasan.
