🐱 SanWoo 🦊

173 27 0
                                    


.
.
.
Top: San
Bott: Wooyoung
.
.
.
Pertemuan pertama mereka itu bukan dalam kondisi baik, kedua nya bertemu saat San dalam kondisi terpuruk.

Pernikahan nya gagal karena calon istrinya memilih pergi dengan selingkuhannya, San malu pada anggota keluarga nya hingga memilih mengurung dirinya sendiri di apartemen pribadinya.

Pergi ke club malam dan mabuk adalah hal wajib yang dilakukan San setiap malam, tidak ada yang bisa menahannya, bahkan sahabatnya sendiri memilih memperhatikan San dari jauh dan akan menyeret San pulang saat lelaki itu sudah tidak sadar.

San marah, dia kecewa, namun dia tidak bisa melampiaskannya. San menyakiti dirinya sendiri, merusak hidupnya dengan mabuk dan melukai dirinya sendiri.

Hal yang paling parah San lakukan adalah melompat dari lantai lima gedung yang menjadi club malam langganannya, San kritis namun secara ajaib masih selamat.

Disana lah San bertemu Wooyoung, seorang pemuda petakilan yang harus di rawat karena melukai kakinya sendiri saat berlatih dance.

San tidak peduli awalnya, namun Wooyoung yang lebih dulu mendekatinya dan mengajaknya berteman.

"Kau pasien baru ya? Kenalkan aku Wooyoung, siapa namamu?" San awalnya tidak berniat menjawab, namun mata berbinar pria di sebelahnya itu membuatnya tidak bisa menolak.

"San."

"Halo San, ayo berteman!" Senyum ceria Wooyoung membuat San menganggukan kepalanya.

*****

Wooyoung terus menemui San sejak saat itu, bahkan memaksa untuk bertukar nomor ponsel mereka.

San awalnya mengabaikan namun perhatian yang di berikan Wooyoung akhirnya membuat San luluh. Wooyoung dengan mudah mengembalikan San menjadi San yang dulu, San yang ceria dan ramah.

Semua keluarga San senang karena hal itu, mereka berharap jika Wooyoung benar-benar akan menjadi pasangan San nantinya.

Wooyoung sendiri terlihat sangat bahagia saat bersama San, meskipun pada saat itu status mereka hanya teman.

Baru dua tahun lalu San meresmikan hubungan mereka, mengikat Wooyoung dengan status kekasih, tentu saja setelah San berdamai dengan hati nya.

"Wooyoung, nanti tunggu aku di lobi perusahaan, aku akan menjemputmu." Wooyoung mengangguk saat San mengatakan itu, padahal setiap hari mereka sudah melalui hal yang sama berulang kali.

"Siap tuan muda Choi, aku akan menunggu mu di lobi seperti biasa. " San mengangguk puas. Lagi pula Wooyoung bekerja di anak perusahaan milik keluarga Choi, jadi tidak masalah jika San keluar masuk perusahaan tempat Wooyoung bekerja seenaknya.

"Jangan membuat keributan seperti sebelum nya Choi San!" San hanya mengangguk, karena dia juga tidak mau melihat kekasih nya itu marah.

"Sampai jumpa nanti Woo, malam ini kau akan menginap kan?" Wooyoung kini mengangguk.

"Tentu saja, tapi jangan macam-macam!"

*****

"Kau bisa mandi dulu jika ingin Woo." Wooyoung mengangguk saat San mengatakan hal itu.

"Lalu kau bagaimana? Tidak ingin mandi bersama saja?" San tersenyum dan menggeleng.

"Tidak, aku tidak ingin kelepasan." Wooyoung berdecih pelan, tidak ingin kelepasan apanya.

"Ya sudah aku akan mandi terlebih dahulu, setelah itu aku akan siapkan makan." San tersenyum sendu saat Wooyoung masuk kedalam kamar mandi di kamar nya.

San sendiri memutuskan mandi menggunakan kamar mandi luar, akan terlalu lama jika San menunggu Wooyoung yang jika mandi sama dengan konser.

San hanya butuh waktu lima belas menit untuk mandi, San segera masuk ke kamar nya untuk mengganti baju, dia sangat yakin jika Wooyoung pasti belum selesai mandi.

San menatap cermin di kamar nya, sedikit memiringkan tubuhnya agar dapat melihat bekas luka yang sedikit panjang di bahu nya.

Luka itu selalu mengingatkan San atas hancurnya hidupnya beberapa tahun lalu, luka yang di dapat San sesaat sebelum memutuskan melompat dari lantai lima.

Grep

San terkejut saat tiba-tiba sepasang lengan memeluk pinggang nya, pria itu panik saat tau jika Wooyoung bahkan sudah keluar dari kamar mandi.

"Woo, lepaskan dulu, aku akan memakai kaus ku." Wooyoung menggeleng.

Cup

Cup

"Apa ini yang membuatmu tidak pernah telanjang dada di hadapan ku San?" Sana terdiam, bingung harus menjawab seperti apa, namun saat Wooyoung kembali mengecup bekas luka di bahu nya San akhirnya membuka suara.

"Apa yang kau lakukan Woo?" Wooyoung tersenyum manis.

"Tidak ada yang peduli dan memperlakukan bekas luka ini seperti ini sebelumnya, jadi aku melakukan nya sekarang."

"Kau harus berdamai San, tidak perlu di lupakan, tapi kau harus tetap melangkah maju. Sama seperti bekas luka mu ini, sakitnya memang hilang namun bekas nya akan selalu ada. Maka itu menjadi tugas ku untuk menerima semua yang ada dalam diri mu, bekas luka mu juga masa lalu mu."

"Mulai sekarang aku akan terus melakukan ini, sampai kau siap untuk menyayangi tubuh mu sendiri." San tersenyum mendengar ucapan Wooyoung. Pria itu berbalik dan segera memeluk tubuh Wooyoung.

"Terima kasih Woo, terima kasih karena sudah hadir di hadapan ku saat itu, dan terus bertahan disisi ku hingga saat ini."

"Sekarang aku semakin yakin jika kau memang di takdirkan untuk ku, namun tuhan memberiku cobaan sesakit itu sebelum mengirim mu sebagai obat dari segala hal untukku, ayo menikah dengan ku!"
.
.
.
End
.
.
.



MischenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang