6. Titik Terang

26 5 48
                                    


"Revita Wati, korban pertama pembunuhan berantai onnation city, 30 tahun yang lalu, anda yang melakukan autopsinya." Sagha masuk ke ruangan dr. Reno, dokter senior sagha, dengan membawa berkas.

Pria itu mengambil berkas tersebut dan membukanya. "Ah iya benar, saya yang mengautopsi. Saya rasa ini kasus pertama setelah bergabung di BFN."

"Pisaunya mengenai tulang rusuk?" Sagha menunjuk ke foto. "Disini."

"Dulu... pelakunya masih belum ahli memaksa pisau, jadi dia menusuk korban membabi buta."

"Apa ada jejak di tulangnya?" Tanya Sagha. "Maksudnya, saya rasa bilah pisaunya bisa saja patah karena tusukan brutal sebanyak itu."

"Itu mungkin." Sahut Reno. "Tapi dulu itu kamu tau sendiri kalau semua belum canggih, kita tidak memiliki teknologi yang bisa menemukan komponen pisau tersebut."

Sagha mengangguk, lalu melengos pergi.

"Anak muda yang tidak sopan." Reno menggeleng.

-

"Lo bisa ga datang langsung ke markas kalau butuh sesuatu?" Jeihan datang wajah masam ke ruangan Sagha.

"Gue malas ketemu Sardi."

"Si anjj-" sungut Jeihan. "Apaan?"

"Bantuin gue."

Jeihan mengambil minuman dingin yang ada di kulkas Sagha. "Apaan gue tanya?"

"Carikan gue mayat."

BRUSHHH

Muka Sagha kena semburan maut Jeihan.

"Emang babi!" Kesal Sagha.

"Lo yang babi, ngapain nyari mayat segala?!" Sungut Jeihan mengusap mulutnya.

"Hello everybod- waw glowing wajahmu pak." Sania masuk langsung tepuk tangan,dan melihat Jeihan dengan tatapan aneh. "Lo ngapain disini?"

Tidak langsung menjawab Jeihan memilih duduk. "Temen lo minta carikan mayat."

"Woaw..."

"Ini penting, korban pertama kasus yang lalu." Kata Sagha setelah mukanya bersih.

"Cari sendiri!"

"Lo punya akses kalo soal begini, gue mana bisa."

"Ya cari aksesnya lah."

"Mana bisa, aneh lo!"

"Lo berdua aja berangkat anjir, ngapain debat kek bocah gini." Kata Sania.

"Ogah, gue mau pacaran sama anaknya pak Radeon." Sahut Jeihan.

"Pacaran pala Lo! Kaya Sania mau aja. Ini urgent." Cibir Sagha.

"Ya mau lah, yakan San?"

Sania tidak menjawab, ia lebih fokus pada berkas milik Revita Wati tadi.

"Ini hasil autopsi korban pertamanya?"

"Iya. Makanya gue minta tolong buat cariin lokasinya, penting." Sahut Sagha.

"Buat apa cari jasad korban pertama?" Tanya Jeihan.

"Ada yang mau gue cek." Jawab Sagha.

Sania menoleh. "Berdua aja berangkatnya daripada ribut."

"Lo ikut." Kata Sagha, pada Sania.

"HAH?!" Sahut Sania dan Jeihan bersamaan.

"Gak, berdua aja. Ga ada ngajak Sania.". Protes Jeihan.

"Gitu kek dari tadi." Sahut Sania. "Sampe lupa mau ngomong apa, dah ah nanti aja." Gadis itu langsung keluar meninggalkan dua laki-laki yang bingung melihatnya.

The Truth Untold 2 : Who Are You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang