2.Pelarian Yang Gagal

5K 1K 70
                                    

*****

"Dia lahir dari rahim seorang wanita suci yang telah dinodai binatang penguasa hutan. Dalam kegelapan malam, saat bulan tiada, dan langit lebih pekat dari jelaga. Dia bukan manusia. Percampuran dalam dirinya menjadikannya buas dan biadab. Kedatangannya adalah pertanda malapetaka-"

"Hoamm ...."

"Voya, mengapa kau malah menguap?"

"Karena aku bosan dan Kakak merusak keseruan hari ini."

"Apa?"

"Kakak, aku lelah. Sangat. Pesta itu panjang dan menyenangkan. Aku mencicipi minuman untuk pertama kalinya. Dan Sam, Sam menciun pipiku."

Leeyra segera menutup mulut Voya yang hampir memekik karena kesenangan. Leeyra sungguh tak mengerti mengapa adiknya sebahagia itu setelah melakuka hal tak senonoh.

Voya menyingkirkan telapak tangan kakaknya dengan agak keras. Mulut gadis iti cemberut.

"Kakak memang payah. Ini akibatnya jika Kakak hanya duduk di beranda untuk menghabiskan waktu. Kakak tam akan tahu rasanya bergaul dengam sesama manusia."

"Pergaulan yang tak terlihat bagus."

Voya memutar bola mata. "Kakak memang salah tempat hidup. Seharunya Kakal dikirim ke kuil saja."

Voya merebut buku di tamgan kakaknya dan melempar ke atas meja.

"Voya!"

" Sudah berapa kali Kakak membaca buku itu? Buku yang membuat otak Kakak jadi sinting. Kakak harus segera mengembalikannya pada si tua Kais, meski pelupa buku itu miliknya."

"Tentu saja aku tahu dan pasti kukembalikan, tapi tidak sekarang. Kita masih membutuhkannya."

"Membutuhkan untuk menjadi dongeng pengantar tidur?"

"Ini bukan dongeng. Ini tertulis di sini."

Voya kembali menguap, membuat Leyra gemas. Anggur rupanya sedikit mempengaruhi kesadaran adiknya.

"Adikku, apa kau tak curiga dari mana emas-emas itu berasal? Aku melihat lambang dipetinya dan tau. Itu lambang kerjaan. Tak mungkin kerajaan menanam peti emasnya di tengah hutan. Seseorang atau sekelompok orang pasti melakukannya, dan kita tahu siapa yang paling mampi. Karena itu kita harus bersungguh-sungguh mempelajari segalanya."

"Aku bersungguh-sungguh mengantuk. Dan bersungguh-sungguh ingin tidur."

"Voya-"

"Kak, besok aku harus membawa domba ke padamg rumput. Aku, akulah yang bertugas melakukannya sementara Kakak hanya sibuk merajut. Duduk di dalam rumah dan tak terkena angin dingin di ladang."

"Maafkan Kakak."

"Tak perlu minta maaf. Sudah nasibku harus selalu mengerjakan yang lebih berat dari Kakak."

"Voya, aku akan bicara pada Paman-"

"Lalu membuat Paman mencambukku lagi? Tidak perlu. Aku hanya perlu bersabar, menunggu lebih besar lalu meninggalkan rumah terkutuk ini."

"Voya, jangan bicara seperti itu."

"Tapi memang itulah yang kuinginkan."

Leeyra menatap adiknya dengan sedih.

"Aku tak bermaksud menyakiti Kakak, tapi aku sudah tak tahan. Paman kita itu sinting. Bukan salahku jika Ibu berselingkuh dan akhirnya melahirkanku bukan? Jika bisa, aku pun ingin punya ayah yang sama dengan Kakak."

Ring Of The TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang