4.Pertentangan

4.8K 1K 234
                                    

Nyai yang nyari buku lama Inak, yang udah gak dicetak lagi, kek Tetangga sebelah, simpul mati, Hidden Wonds, Hidden Love, Detak, bisa hubungi Mak Ulla Stupidbos atau WA ke 081770021915. Stock terbatas yaaaaak.

*****

Pria itu menyelimuti tubuh Leeyra dengan jubahnya. Sementara dirinya hanya mengenakan celana yang masih basah saat akhirnya berlari menggendong wanita itu menuju anak buahnya.

Semua orang yang telah bersiap untuk pergi, terperangah melihat pemandangan di depannya. Jubah itu memang telah lusuh, tapi satu-satunya pakaian yang tak boleh disentuh siapapun. Jubah itulah yang konon membungkus tubuh sang ketua saat pertama dilahirkan dulu. Jubah yang telah berumur lebih dari tiga puluh tahun.

"Rokha! Di mana Rokha?!" teriak pria itu dengan suara menggelegar. Tubuh wanita dalam gendongannya itu terasa makin dingin. Wajahnya semakin pucat dan napasnya melemah.

Rokha, yang merupakan ahli obat-obatan dalam kelompok mereka, segera maju. Pemuda berambut keriting hingga sepinggang itu memberi hormat.

"Siapkan ramuanmu. Dan yang lainya dirikan tenda. Sekarang!"

Perintah itu membuat semua anak buahnya mulai berpencar, melakukan perintah.

Tenda sementara didirikan dalam waktu kilat. Pria itu segera membawa tubuh Leeyra ke dalam tenda, membaringkannya di tempat tidur dari tumpukan kain lalu menyelimuti. Dia menggosok-gosokkan tangannya di telapak tangan Leeyra.

"Rokha!" panggil pria itu lagi.

Rokha masuk tergopoh-gopoh dengan sebuah ramuan yang telah dihangatkan.

"Biar aku saya!" ujar pria itu. Dia menumpuk bantal agar wanita itu bisa setengah berbaring. Dia kemudian mencengkeram rahang Leeyra hingga mulut wanita itu terbuka. Dengan perlahan dia meminumkan ramuan itu.

Wanita itu terbatuk pelan. Membuat pria itu tanpa sadar mengela napas. Sisa ramuan diusap pria itu dari sudut bibir dan dagu Leeyra.

"Apa kau bisa memeriksanya?"

"Te-tentu, Ketua," ujar Rokha tergagap. Pemuda itu terlalu terpana karena melihat untuk pertama kalinya, ada sedikit sisi lembut dari sang ketuanya yang terkenal bengis.

Pria itu memperhatikan setiap gerakan Rokha. Rokha akhirnya berusaha memeriksa semampunya.

"Dia tidak akan mati bukan?" tanya pria itu tak sabaran. Dia menepis tangan Rokha yang menyentuh tangan Leeyra terlalu lama.

"Dia sangat lemah, Tuanku. Kondisinya cukup buruk."

"Tapi dia tak akan mati bukan?" ulangnya.

"Tergantung sejauh apa Ketua menyiksanya."

Rokha mendapat tatapan tajam yang membuatnya menelan ludah.

"Tubuh gadis ini jauh lebib lemah dari wanita lainnya. Saya bukan tabib, Ketua. Saya hanya biasa mengobati luka-luka karena tebasan pedang dan pertempuran. Tapi saya meyakini, wanita ini memang sudah dalam keadaan sakit."

"Sakit?"

"Tubuhnya terlalu ringkih."

"Aku mengerti."

"Apa boleh saya mengatakan sesuatu ketua?"

"Tentu."

"Wanita seperti ini hanya akan menyusahkan, Ketua. Dia tak akan sanggup melayani, Ketua."

"Berhenti. Kau bisa keluar sekarang."

Rokha merasa telah melakukan kesalahan, tapi tak urung akhirnya mengangguk hormat lalu undur diri.

Ring Of The TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang