Wednesday

452 51 2
                                    

Happy reading jangan lupa untuk vote dan komen yaa...

☆ ★ ✮ ★

Sekarang ini hari rabu, menurut jadwal pelajaran yang sudah diatur oleh sekolah. Hari ini adalah jadwalnya XI MIPA 3 dan XI IPS 4 mendapat mata pelajaran olah raga sebagai jam pertama hingga jam pelajaran ketiga.

Seperti kebanyakan orang, semua murid kelas yang mendapat jadwal untuk berolahraga hari ini pada turun kelapangan. Tidak berbeda dengan yang lain, ketiga sahabat dari XI MIPA 3 juga ikut turun kelapangan untuk berolahraga. Mereka sudah berbaris rapi.

Omong-omong hari ini kedua kelas beda jurusan itu digabung karena guru olahraga yang seharusnya mengajar di kelas IPS berhalangan hadir dan menitipkan anak didiknya pada guru olahraga yang mengajar di jurusan IPA.

Setelah absen per kelas tadi, sang guru langsung memberi arahan untuk merentangkan tangan agar mereka dapat memulai pemanasan. Satu murid dari jurusan MIPA dan satu murid dari jurusan IPS maju untuk bersama-sama memimpin pemanasan.

❝ Kepala keatas, hitungan mulai! ❞ ujar pemimpin pemanasan dari kelas MIPA.

❝ Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan.. Dua.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan ❞ hitung kedua kelas itu secara bersamaan dengan tempo pelan.

❝ Toleh ke kanan, hitungan mulai! ❞ ujar pemimpin pemimpin dari kelas IPS.

❝ Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan.. Dua.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan ❞

Begitu terus secara bergantian mereka memimpin sampai pada gerakan pemanasan pada kaki. Tiba-tiba guru olahraga mereka memekik kuat membuat anak-anak muridnya menoleh kearah sumber suara.

Dapat mereka lihat guru tersebut berdiri sambil menatap lima orang siswa dengan seragam olah raga berjalan kearahnya. Bisik-bisik mulai terdengar dibarisan itu. Lily dan kedua temannya yang tadi fokus pada pemanasan menoleh ke arah pria paruh baya yang terlihat sedang memarahi kelima siswa itu, saat mendengar nama yang mereka hindari terdengar ditelinga mereka.

Ketiganya saling menatap. Sudah susah-susah sembunyi di kelas malah ketemu dilapangan gini, mana bisa sembunyi. Mereka tidak tau menau tentang jurusan dan kelas apa cowo yang mereka hindari itu. Toh biasanya saat jam pelajaran olahraga pun mereka tidak pernah melihat kelima cowo itu ada di lapangan padahal kelas mereka memakai lapangan yang sama, makanya mereka tidak berpikir jika cowo itu termasuk bagian kelas XI IPS 4.

❝ Hai, ketemu lagi kayanya kita jodoh deh ❞ lamunan ketiganya buyar saat suara yang terasa tidak asing menyapu pendengaran ketiganya. Mereka menoleh ke kanan, mendapati cowo bergigi kelinci itu sudah berbaris disamping kanan Lily.

Lily yang pada dasarnya emang orangnya ga enakan cuma senyum paksa ke arah Justin. Berbeda dengan kedua temannya yang sudah mencebikkan bibir tak suka dengan ucapan yang dilontarkan oleh Justin.

Didepan sana guru menyuruh pemimpin pemanasan untuk melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda tadi. Lily yang merasa canggung dengan kedatangan tiba-tiba Justin hanya memfokuskan dirinya kedepan dan mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh temannya didepan.

❝ Nomor gue kenapa di block li? ❞ Lily menoleh sebentar kearah Justin, dilihatnya cowo itu bukannya ikut pemanasan malah hanya berdiam diri sambil menatap kearahnya. Lily kembali menoleh kedepan, didepan sana pak guru sedang menjelaskan sesuatu.

❝ Ohh itu nomor kamu? Aku kira orang asing jadi langsung aku block aja ❞ jawabnya tanpa memperhatikan si penanya. Justin terdiam, kayanya kemarin dia udah ngenalin diri deh. Masa cewe di depannya ini lupa? Apa cewe itu ngiranya nama Justin bukan hanya dia? Makanya di block buat jaga-jaga? Bisa jadi, pikirnya.

❝ Berarti nanti boleh dong kalo lo unblock nomor gue? ❞ diam-diam Justin menekan senyum yang hampir tercipta di bibirnya, ada kesempatan hehe. Memilih tidak menjawab, Lily terlihat memikirkan sesuatu terus menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

❝ Eh udah dulu ya, anak MIPA sam IPS dipisah. Aku sama temenku mau gabung ke anak kelas dulu ❞ ucapnya langsung menarik kedua temannya yang sudah terlihat seperti cacing kepanasan.

Merasa sudah agak menjauh dari cowo itu dan gengnya, Mikayla langsung angkat suara.

❝ Li, lo ngga bener-bener mau unblock tuh cowo kan?? ❞ panik dikit dia denger pertanyaan yang diberikan oleh Justin pada teman lucunya ini, eh pas noleh kebelakang dia malah mendapati anggukan dari kepala Lily sebagai tanda jawaban untuk Justin.

❝ Aku cuma ngangguk doang, bukan bilang bakal unblock nomor dia kan? ❞ mendengar jawaban Lily membuat Rosa dan Mikayla memeluknya. Tak sia sia mereka mengajari gadis itu cara menolak orang tanpa diketahui.

Jauh dari ketiga sahabat itu, Malvin merangkul Justin yang sedang menatap punggung ketiga gadis yang sudah menjauh itu.

❝ Gimana? Aman ga? ❞ tanyanya.

❝ Harus aman, gue gamau tau. Kuping gue dah berkorban harus dengerin omelan tu bapak buncit masa kaga aman ❞ ujar Yoga menimpalii. Jujur saja, tadi ia dan dan keempat temannya sudah akan bolos seperti biasa ke kantin belakang. Tapi, tiba-tiba Justin narik mereka ke loker buat ambil baju olahraga.

Awalnya mereka nolak, gila aja kalo mereka pergi kelapangan yang ada mereka dihukum lari lapangan sebagai ganti pemanasan yang terlewat. Tapi, Justin kekeh ngajak mereka buat turun kelapangan sambil ngejelasin kalo cewe yang dia suka hari ini juga lagi olahraga.

Keempat temannya itu jelas menolak keras, males amat liatin Justin ngebucin. Mending mereka bolos, biar bisa ngudud kantin belakang. Tapi, berkat kekuatan uang Justin yang berjanji akan mentraktir keempatnya selama seharian penuh. Mereka langsung berganti pakaian dan turun kelapangan, walaupun harus kena semprot dikit oleh pak buncit

❝ Aman, kayanya? ❞ Justin menjawab sambil tersenyum, benar kan dia? Orang tadi gadis itu menganggukkan kepalanya berarti aman dong? Hehe. Cowo itu beranjak dari tempatnya dengan tangannya yang membuat gestur 'let's go' diikuti riang keempat temannya. Bodo amat soal olahraga, yang penting tujuan mereka udah terpenuhi.

☆ ★ ✮ ★

Bell sekolah berbunyi tiga kali, pertanda sudah waktunya bagi murid SMA Bumiaksa untuk pulang kerumah masing-masing. Tangan Lily bergerak cepat mengemasi alat tulis serta buku paket miliknya yang tergeletak dimeja.

Kedua temannya menatap aneh, napa ni bocah? Buru-buru amat keliatannya. Mikayla melirik Rosa yang juga menatapnya, keduanya mengedikkan bahu bersamaan.

❝ Buru-buru amat mau kemana li? ❞ tanya Rosa, gatal mulutnya ingin bertanya dari tadi. Lily yang sudah membereskan mejanya langsung merogoh saku tasnya untuk mengambil handphone. Telihat gadis itu sedang mengotak-atik sesuatu, sedetik kemudian menunjukan layar handphonenya pada kedua sahabat karibnya itu. Membuat keduanya mengangguk paham.

❝ Gih sana ❞ Lily mengangguk, setelah berpamitan dengan kedua temannya ia langsung melesat keluar kelasnya. Keduanya hanya bisa terkekeh melihat tingkah gadis itu.

Saat melewati parkiran, tiba-tiba motor sport berwarna hitam berhenti didepannya, membuat gadis itu terkejut bukan main. Sang pengendara langsung membuka helmnya, Lily langsung mengenali si pemilik motor itu.

❝ Mau pulang bareng ngga? ❞ tanya si pemilik motor itu. Lily menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

❝ Makasih tawarannya, aku duluan ya ❞ dengan sedikit berlari, Lily menjauh dari motor sport hitam yang menghalanginya.

❝ Woy Justin ayo buruan ❞ teriak Malvin, yang diteriaki hanya mendengus pelan. Sedikit kesal karena tawaran pulang barengnya ditolak sama cewe yang dia suka. Gapapa, coba lagi besok. Ia memakai kembali helmnya dan melajukan motornya menyusul keempat temannya yang sudah melaju duluan.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝟕/𝟕 | LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang